Share

Iri

"Temen lu masih lama?" Mas Fariz mondar-mandir di depan mobil. Sesekali dia melirik jam yang melingkar bersama dengan gelang kayu yang tak pernah lepas dari tangannya.

Sudah sepuluh menit kami menunggu Lola di depan mini market pinggir jalan. Namun, ibu anak satu itu masih tak kunjung datang. Apalagi Mas Fariz tak mau pergi sebelum sahabat dekatku itu datang. Katanya dia khawatir meninggalkanku sendiri, padahal ini jalanan yang ramai, dekat pusat perbelanjaan juga. Tapi, dia masih juga ngotot kalau Jakarta itu berbahaya di mana pun tempatnya.

"Ah, itu dia!" Tak lama sebuah mobil Sedan merah berhenti di samping mobil kami. Lola keluar dengan heboh seperti biasanya.

"Sorry, sorry, sorry banget, Bestie!" Dia menggenggam tanganku. "Tadi Bapaknya Si Arka nggak mau ditinggal."

Aku mengernyitkan dahi.

"Bapaknya?"

"Elah, kamu kek nggak tahu aja Betrand gimana."

Aku meringis kecil.

"Kalau gitu gue pergi dulu, ya, Ci!" Mas Fariz tiba-tiba menginterupsi.

"Oh, iya, Mas. Hati-hati." Dia mengangguk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status