Share

Chapter 31

Gigiku gemeletuk dan saraf-saraf di sepanjang lenganku bergemetaran. Dania sigap menggenggam tanganku tapi aku tak merasakan apa-apa selain kebas yang perlahan merayap ke belakang leher. Dari sudut mata kulihat dia duduk di deretan yang hanya terpisah satu meja dari kami.

Tentu saja dia sabahat dekat Arwan, dia akan ditempatkan di kursi prioritas sama halnya dengan kami. Tapi tunggu. Matanya belum menemukanku dia memandang lurus ke depan. Aku berharap keajaiban sepanjang waktu ini, berharap dia tak menyadari keberadaanku.

“Mai, ingat kamu nggak mau kan kelihatan terpuruk di depan dia? Sekarang tegakkan leher kamu dan berusahalah bersikap biasa saja,” bisikkan Dania membuatku terperenyak.

"Iya, Dan."

"Senyum dikit." Lelaki kemayu di sampingku berdesis lagi. Dia mendelik protes. Mungkin aku masih terlihat kaku.

"Ini aku juga senyum ..."

"Kurang lebar." Dia mencubit pelan lenganku.

Kutarik napas dalam-dalam. kemudian memasang senyum seperti yang Dania perintahkan.

"Nah, gitu dong. Ja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status