Rapat hari ini berjalan tidak lancar, fikiranku terus saja berfokus pada Safeea dan Adriyan, yang tengah berbulan madu. Sehingga kuputuskan untuk menundanya minggu depan, dan memilih untuk menyusul Safeea ke Bali. Jika aku tidak tenang dengan hidupku, maka aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang, dengan hidup mereka================== Aku meminta sekretarisku, memesankan tiket pesawat, dan kamar hotel di Bali, untuk ku dan juga Bagus. Hotel yang ku minta, yang lokasinya berdekatan, dengan resort tempat Safeea dan Adriyan menginap saat ini. Setelah itu, ku hubungi Andi, untuk bersiap – siap menjemputku di Bandara Ngurah Rai.Pukul lima sore aku tiba di Bali. Tidak banyak yang berubah di sini, tetap ramai oleh wisatawan, baik lokal maupun internasional. Di dalam mobil aku meminta bagus melaporkan apa saja, yang dirinya amati dari kegiatan Safeea hari ini. Sebenarnya aku sudah tau, jika yang akan Andi sampaikan, tentu akan menyakitkan hatiku, namun entah mengapa, aku tetap ingi
“Jangan kurang ajar kamu, Mas!”“Tenang, Saf, bukankah dulu kamu yang sering menggodaku? Mengapa sekarang sok jual mahal?” seringainya sungguh mengerikan.Aku baru saja akan beranjak dari kursiku, ketika tiba – tiba Mas Damar dengan sengaja menjatuhkan gelas berisi orange squash milik ku, sehingga menimbulkan keributan. Mas Damar sengaja menjatuhkan mentalku, membuatku merasa tidak nyaman dan terpojok, dengan yang di lakukannya.“Saf? Apa yang terjadi?” Degh!===========================POV AuthorDamar tersenyum senang, karena rencananya untuk menjebak Safeea berjalan sempurna. Dirinya sengaja meminta Andi, untuk memantau kemanapun Safeea pergi, dan melaporkan semuanya kepada Damar. Hingga kesempatan itu datang, Andi mengabarkan jika Safeea hanya pergi berdua saja dengan Tiara, ke sebuah Spa dan Massage. Tentu saja ini info yang menggembirakan. Damar meminta Andi terus memantau, sementara dirinya bersiap – siap untuk menyusul Safeea. Damar meminta Bagus mengantarnya ke sebuah Café,
Mas Essa beranjak dari sisiku, berjalan memutar untuk mengambil ponselnya. Kemudian memberikannya kepadaku. Jangan tanya bagaimana reaksiku, tentu aku kaget bukan main, bagaimana bisa ada fotoku dengan Mas Damar sedang berpegangan tangan di sana. Padahal jelas – jelas tadi aku menghindarinya, bahkan aku mengibas tangannya yang hendak memegangku. Lalu, siapa yang tega melakukan ini? Siapa yang memotret kami dan mengirimkannya kepada Mas Essa?========================== Semua ini pasti ulahnya mas Damar, ya, aku ingat ancaman yang dia sampaikan kepadaku saat di Café tadi. Tidak, aku tidak akan membiarkan Mas Essa termakan, oleh permainan kotor mas Damar. Aku tidak rela, jika hidupku dan Mas Essa di hancurkan oleh orang seperti mas Damar.“Mas, aku tadi memang bertemu dengan dia, tapi itupun tidak sengaja, kamu bisa tanyakan kepada Tiara. Dia sendiri yang mengiinkan mas Damar, untuk satu meja sama kami, dengan alasan kasihan dengan kondisinya sekarang. Aku bahkan menolak bicara dengann
Sambil menunggu Zahra bersiap – siap, aku menceritakan perihal ancaman Damar untuk Zahra, kepada Dhanis, Tiara, Riza dan Gianira. Sesuai dugaanku, mereka semua terkejut dengan yang kuceritakan, terutama Tiara.Dirinya merasa bersalah, karena kemarin membiarkan Damar, duduk satu meja bersama mereka. Kami juga membahas, mengenai kemungkinan - kemungkinan yang akan Damar lakukan lagi, untuk memisahkan ku dan Zahra, serta membicarakan bagaimana mengantisipasinya.Aku berharap, dengan pembicaraan ini, aku mendapat banyak masukan dan bantuan, untuk melindungi hubunganku dan Zahra, dari gangguan jahat manusia gila seperti Damar.==================== POV SafeeaPukul satu siang, kami berangkat menuju Nusa Penida. Kelingking Beach berlokasi di Dusun Karang Dawa, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Bali. Karena daratan Pulau Bali dan Pulau Nusa Penida dipisahkan oleh laut, maka untuk menuju ke sana, kami harus menyeberang terlebih dahulu.Kali ini aku dan rombongan memilih menggunakan f
“Serius? Ku fikir dia lajang,” kataku, mengutarakan rasa penasaranku.“Entahlah, Verrel terlalu tertutup masalah pribadinya. Dia pernah cerita, kalau telah menikah dengan seorang perempuan, tapi kemudian berpisah dan tidak pernah bertemu lagi. Tapi akupun baru tau, jika dia memiliki anak dengan istrinya,”“Hhmm . . . Baiklah, kamu bisa tanyakan dia nanti! Sekarang aku lapar dan sangat haus, ayo cari makan!” ajak ku, menarik tangan Mas Essa, untuk memasuki sala satu Café, yang ada di sekitar tebing Pantai Kelingking.=============== POV DamarMalam itu, setelah Bagus menjemputku di Café, sepeninggalnya Safeea, aku langsung kembali ke hotel, beristirahat karena aku merasakan sakit yang teramat, pada lambungku. Entah apa penyebabnya, mungkin karena aku tidak sarapan maupun makan siang hari ini, sehingga asam lambungku naik dan menyebabkan perutku sakit. Dulu, Safeea selalu merawatku ketika asam lambungku naik, dengan telaten dia akan membuatkan bubur kaldu dan menyuapiku, hingga seles
Aku masuk ke dalam kamar setelah para tamu – tamu kami bersamaan pamit, untuk masuk ke dalam villa mereka masing – masing. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, karena jujur saja, aroma tubuhku sudah bercampur dengan aroma asap bekas bakar – bakaran tadi.“Zah, kamu belum capek, kan? Kita bisa nana nina dulu dong sebelum tidur?” ucap Mas Essa dengan suara serak, tanpa aba – aba memeluk tubuh polosku dari belakang. Duh, bakal begadang sampai pagi lagi ini.=============== Rinai hujan yang turun berarak menjadi musik yang begitu merdu didengar, mengalun syahdu menenangkan hati. Kurapatkan selimut tebal agar menempel ketat pada tubuhku yang semakin masuk dalam dekapan kasur kapur yang telah usang. Sempat kudengar kokokan ayam milik ayah, berteriak begitu nyaring membangunkan manusia yang masih terlelap dalam mimpinya. Namun, mata dan tubuhku seakan kelu untuk sekedar meresponnya. Memilih kembali menengkur pada tidur nyaman yang memabukan.Suara denting dari sutil yang bertemu d
Ting – tong ….Terdengar bel villa-ku berdering, bergegas aku keluar kamar menuju pintu depan, melihat siapa yang datang bertamu pagi-pagi seperti ini.“Siap-a?” aku terkejut bukan main, demi melihat siapa gerangan orang yang datang ke villa-ku untuk bertamu.“Maaf mengganggu, bisakah saya bertemu Safeea?” ucapnya lancar, sungguh tidka tau malu.================= Kuarahkan tatapan tajam sebagai reaksi ketidaksukaanku kepadanya, pria brengsek yang berkali-kali membuat wanitaku mengeluarkan air mata karena ulahnya. Andai tidak melihat kondisinya yang duduk di kursi roda, sudah pasti ku arahkan bogem mentahku ke wajahnya yang menyebalkan itu.“Ada perlu apa mencari istriku? Dia masih tidur, kelelahan,” ucapku ambigu, sengaja agar hatinya panas, terlebih saat ini aku hanya menggunakan handuk yang menutupi pinggang hingga lututku. Sudah pasti dia paham maksud dari yang kutakan barusan.Kulihat wajahnya mengeras, aku yakin dia terpengaruh dengan ucapanku. Rasakan, kuingin dia sadar, jika t
“Maaf, Pak. Cinta itu tidak mengenal alasan, dia tulus dari dasar hati yang paling dalam. Tidak bisa direkayasa apalagi dipaksakan,”“Maksud kamu?”“Tadi bapak bilang jika dulu menyia-nyiakan bu Dokter karena tidak tau kebenaran akan dirinya, kan? Nah, sekarang tiba-tiba bapak mencintai dia karena sudah tau fakta sebenarnya. Bukankah itu karena suatu alasan bapak sekarang mencitainya?” ujar Bagus lagi, mencoba memberikan penjelasan tentang perasaan yang sedang dirasakan Damar saat ini.============= Damar terkesiap mendengar penuturan Bagus. Bukan tanpa alasan Bagus akhirnya berani mengemukakan pendapatnya, pasalnya Bagus sudah muak melihat tingkah laku Damar yang terlalu memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan Safeea lagi.Selama ini Bagus mengenal Safeea sebagai wanita yang baik dan sangat menjaga kehormatannya sebagai wanita. Tidak pernah sekalipun Bagus melihat Safeea membuat kekacauan ataupun skandal selama di rumah sakit. Dirinya bahkan tidak menyangka jika Safeea sudah menika