Kata-kata Linda agak menyentuh hati Rudi.Tidak ada yang bisa mengucapkan kata-kata yang menyentuh hati seperti Linda karena Linda bukanlah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia adalah seorang jenderal yang memimpin pasukan di medan perang dan merupakan pahlawan yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Kota Uldi.Jenderal wanita yang luar biasa mengatakan tidak masalah merawatnya dan keluarganya. Hati Rudi langsung terasa hangat dan kekecewaan yang dia rasakan terhadap Linda di masa lalu juga hilang.Tantangan dilaksanakan saat matahari terbenam. Alfred hanya mengutus Darius untuk memberi tahu Intan. Intan masih berlatih di padang rumput. Setelah mendengar kabar dari Darius, dia mengangguk dan berkata, "Oke, aku mengerti."Seluruh pasukan mengetahui hal ini, jadi Marsila dan yang lainnya berlari ke padang rumput untuk mencari Intan setelah latihan.Semua orang menepuk pundaknya dan hanya memberinya dua kata, "Hajar dia."Intan tersenyum pada mereka. Dibutuhkan banyak kesabaran un
Suara Linda terdengar oleh para jenderal dan Pasukan Baja yang hadir.Dia bangga pada dirinya sendiri karena blak-blakan dan berbicara tanpa menghindar dari orang lain.Akan tetapi, kalimat ini membuat mereka yang sudah meremehkan Intan semakin membencinya.Suara diskusi berangsur-angsur berubah menjadi caci maki yang membuat Intan kewalahan.Marsila dan yang lainnya sangat marah hingga wajah mereka memucat. Kalau bukan karena terikat oleh peraturan militer, mereka akan melangkah maju untuk mengajari Linda bagaimana harus bersikap.Saat melihat Intan, mereka malah lebih marah lagi. Orang-orang itu sangat provokatif, tetapi Intan sama sekali tidak marah. Dia menatap Linda dengan tenang tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebagai balasan.Intan tidak menjawab dan raut wajahnya sama sekali tidak berubah, hanya sorot matanya yang menjadi lebih gelap."Intan!" Alfred mengambil tongkat panjang dari tangan Darius dan melemparkannya kepada Intan, "Jangan pakai Tombak Bunga Persik, pakai tongkat
Linda panik dan menatap sepasang mata gelap Intan, kemudian melihat ternyata tongkat kayu di tangannya sama sekali tidak memiliki bekas tebasan dan diam-diam terkejut.Mungkinkah ini bukan tongkat biasa? Benar, Raja Aldiso bersikeras untuk melindunginya, jadi mana mungkin dia memberinya tongkat kayu biasa?Pasti ada yang tidak beres.Memikirkan hal ini, Linda mencibir, "Takutnya tongkat kayu ini bukan tongkat biasa. Sepertinya panglima telah memilih senjata terkuat untukmu."Tongkat itu sama panjangnya dengan Tombak Bunga Persik. Pada dasarnya itu adalah tiang kayu yang digunakan untuk membangun kemah. Selama Linda mengamatinya dengan saksama, dia bisa melihat itu hanyalah tongkat kayu biasa.Akan tetapi, Linda yakin Raja Aldiso memihak Intan dan tidak mungkin memilih tongkat kayu biasa untuk Intan dalam tantangan seperti itu.Para prajurit tidak bisa melihatnya dengan jelas karena jaraknya yang jauh. Setelah mendengar kata-kata Linda, mereka mengira itu adalah senjata yang sangat bagu
Linda memuntahkan seteguk darah. Tendangan itu seolah hampir membuat organ dalamnya tergeser. Rasa sakitnya begitu luar biasa hingga membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara untuk waktu yang lama.Wajah Linda memucat dan dia tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Jari-jarinya berlumuran darah dan seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Bukan karena takut, melainkan karena dia tidak bisa menerima akhir seperti itu.Linda menatap Intan dengan tidak percaya. Dia belum pernah melihat seni bela diri seperti itu seumur hidupnya.Akan tetapi, bagaimana Intan bisa memiliki seni bela diri yang begitu kuat? Saat pergi karena cerai sebelumnya, Kak Rudi berkata dia bisa menerbangkan bunga, memetik daun dan menyerang orang. Saat itu Linda hanya menganggap itu lucu, tapi sekarang dia sudah mengerti. Hatinya tiba-tiba dipenuhi dengan kecemburuan seolah digigit ribuan semut.Kekalahan yang begitu cepat menghancurkan reputasinya. Sebelumnya dia memberi tahu para bala bantuan bahwa In
Di Kediaman Wanar, potongan kertas yang di jendela terlihat seperti binatang raksasa yang memantul di dinding rumah.Intan yang duduk di kursi mahoni melipat tangannya, dia yang kurus mengenakan baju berwarna muda. Saat ini, dia sedang menatap orang di depan, orang itu adalah suami baru yang sudah dia tunggu selama setahun.Rudi masih mengenakan baju perangnya yang usang, tapi dia terlihat agung. Wajah gantengnya juga terlihat merasa bersalah, "Intan, keputusan pernikahan dari kaisar sudah diturunkan, Linda pasti akan menikah denganku."Intan hanya melipat tangannya dengan tatapan dingin, lalu bertanya dengan bingung, "Ibu suri pernah bilang, Jenderal Linda adalah panutan bagi wanita di dunia, apa dia rela menjadi selir?"Rudi menatapnya dengan masam. "Bukan ... bukan selir, dia dan kamu adalah istri sah, jadi tidak ada bedanya denganmu."Intan masih mempertahankan postur tadi sambil berkata, "Anda tahu kalau istri sama tingkat hanya omongan saja, sebenarnya dia tidak bedanya dengan se
Rudi merasa tak berdaya. "Untuk apa kamu mau buat diri sendiri kesal? Ini adalah pernikahan yang disetujui oleh kaisar. Lagian setelah Linda menikah denganku, kalian masing-masing tinggal di timur dan barat, dia juga tidak akan merebut kekuasaanmu di rumah ini. Intan, barang yang kamu pentingkan, dia tidak ingin.""Menurutmu, aku terikat pada kekuasaan kepala keluarga ini?" tanya balik Intan. Jadi kepala keluarga di kediaman jenderal ini, hanya biaya obat nyonya besar saja butuh belasan tael, ditambah biaya makan dan pakaian yang lain, serta biaya membeli hadiah, semua itu membutuhkan uang.Kediaman jenderal ini tidak ada apa-apa. Selama setahun ini, Intan menggunakan maharnya untuk membantu kediamanan ini, tapi hasil yang dia dapatkan adalah ini.Rudi kehilangan kesabaran. "Sudahlah, aku tidak mau bilang denganmu lagi. Awalnya aku hanya perlu memberitahumu saja, mau kamu setuju atau tidak, hasilnya tidak akan berubah."Intan hanya menatap kepergian dia yang dingin dan merasa tersindir
Mutiara mengambil daftar maharnya sambil berkata, "Tahun ini, uang yang Nona keluarkan ada 6.000 tahil, tapi mahar seperti toko, rumah dan manor tidak terpakai. Semua uang yang disimpan ibu Nona di tempat penyimpanan uang, serta akta rumah dan tanah ada di dalam kotak ini dan sudah dikunci.""Baik!" Intan melihat daftar maharnya. Saat itu, ibunya memberinya mahar begitu banyak karena takut dia akan hidup sengsara di keluarga suami. Hal ini membuat Intan sedih.Mutiara yang di samping bertanya dengan sedih, "Nona, kita bisa ke mana? Apa kita kembali ke Kediaman Bangsawan Belima? Bagaimana kalau kita kembali ke Gunung Pir?"Di depan matanya tiba-tiba terlintas setumpuk darah, serta keluarganya yang meninggal tragis. Hal ini membuat Intan sakit hati lagi. "Ke mana pun boleh daripada tinggal di sini.""Setelah Nona pergi, sama saja Nona menyetujui hubungan mereka."Intan hanya berkata, "Kalau begitu setujui saja. Kalau aku tidak pergi, aku bakal menghabiskan seumur hidupku di hubungan mere
Nyonya Besar Diana tersenyum dengan paksa. "Suka atau tidak belum bisa dipastikan karena baru bertemu sekali saja. Tapi, karena ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, hal ini pun tidak bisa dibantah. Kelak Linda dan Rudi bertugas di militer, sedangkan kamu bertanggung jawab atas Kediaman Jenderal, bahkan juga bisa menikmati jasa dari hasil perang mereka. Ini sangat bagus.""Memang sangat bagus!" Intan tersenyum. "Hanya saja kasihan pada Jenderal Linda karena dia harus menjadi selir."Nyonya Besar Diana berkata dengan senyum, "Kamu ini sungguh polos, ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, mana mungkin Linda bisa menjadi selir? Selain itu dia adalah jenderal, juga seorang pejabat, mana ada pejabat yang menjadi selir, 'kan? Kalian akan menjadi istri yang setingkat, tidak ada perbedaan tingkat di antara kalian."Intan berkata, "Tidak ada perbedaan tingkat? Apa kerajaan kita ada aturan seperti ini?"Ekspresi Nyonya Besar Diana agak dingin. "Intan, kamu selalu pengertian. Karena kamu telah m