Share

9. Janji Palsu

Aku selalu berpikir akan menghabiskan sisa hidup bersama Roan, menyayangi dia sepenuh hati, menyerahkan segala yang aku miliki. Cincin di jari manis sudah terpaut selama 3 tahun, janji akan menikahi setahun kemudian. Namun, setahun kemudian orang tuaku meninggal. Roan ingin pernikahan ditunda sampai aku wisuda.

Meskipun berat, aku menerima. Menjalani kehidupan dengan kaki pincang, diejek orang hingga merasa tidak pantas menjadi pendamping Roan. Namun, ia selalu berkata bahwa mencintaiku apa adanya.

Sekarang, penolakan yang disampaikan lewat Arjun membuatku berpikir, bahwa selama ini telah dibohongi, kalimat cintanya tidak berarti, kebersamaan yang dilalui bagaikan ilusi. Hubungan selama 3 tahun, hanya sebuah mimpi yang tidak berarti.

"Jagain Yua, awas kalau kamu sakiti dia," ancam Kakakku. Dia membawa kepala Roan diapit ketiak. Roan memukul tangan kakak berulang kali hingga terlepas.

Saat itu kami baru bertunangan, dibandingkan para pria yang mengajak pacaran. Aku lebih tertarik dengan pria seperti Roan yang langsung datang melamar. Meskipun sempat ragu karena belum lulus kuliah, tetapi orang tuaku menyerahkan semua padaku.

"Aku akan menjaga Yua seuumur hidupku," balas Roan.

Kalimat Roan membuatku semakin tersipu malu, merasa bahwa benar-benar dicintai. Hidupku terasa sangat sempurna ketika itu.

"Kamu mau jadi istriku, 'kan Yua?" senyumnya sangat manis, membuatku mengangguk tanpa sadar.

Dia, pria pertama yang membuat jantungku berdebar. Kalimat suci yang dia katakan tentang pernikahan terasa membawaku ke atas awan. Aku sangat senang dan bahagia menerima lamarannya.

"Iya, Kak Roan akan menjagaku."

"Kok masih panggil Kak. Mulai hari kamu cukup panggil Roan, nggak usah pakai Kak."

Usia kita terpaut 4 tahun, di mataku dia orang dewasa yang mampu mengayomiku. Katanya di kampus banyak pria yang suka padaku, dia takut aku diambil orang, jadi dia maju duluan meskipun ayahku ragu.

"Roan," panggilku, malu-malu dengan pipi merona merah.

Roan tersenyum lebar, sorot matanya penuh kasih sayang. Semua teman-teman iri padaku yang dilamar alumni yang sangat diidolakan. Katanya dunia hanya berputar untuk Yua, Tuan Putri Candra Grup.

Sekarang, semuanya hilang. Tante memecat semua pegawai. Aldo memukuli Arjun sampai babak belur karena hendak membawaku kabur. Mereka memasukkan kami ke dalam gudang pengap, dua hari lagi penyerahan surat wali. Terasa bahwa kematian kami semakin dekat.

"Kakak... maaf," ucap Arjun. Wajahnya sangat sedih.

Aku mengusap kepalanya yang berada di pangkuanku. Darah di sudut bibirnya sudah mengering.

"Seharusnya Kakak yang minta maaf karena tidak bisa melindungimu," jawabku.

Sebagai kakak, aku tidak bisa berbuat apa-apa melihat Arjun disiksa, memiliki kakak pincang sungguh tidak berguna. Aku merasakan air matanya hangat menetes di pahaku.

Pandanganku mengarah ke jendela, cahaya bulan purnama masuk ke dalam gudang lewat celah-celah.

"Roan...." Gumamku. Masih berharap dia datang dan menyelamatkan kami.

Janjinya untuk selalu melindungi, terasa hanya seperti mimpi. Dia tidak peduli padaku sama sekali. Aku mengembuskan napas berat, masih melihat cahaya bulan. Rasa lapar masih bisa ditahan, tetapi tidak dengan sakit hati.

Sekali lagi, sebelum hubunganku dengannya benar-benar berakhir. Aku ingin mendengar kalimat langsung darinya. Supaya aku yakin dan tidak ada penyesalan ketika menyusul orang tuaku nanti.

"Kak, apa kita sebentar lagi akan menyusul Ayah, Bunda dan Kak Farel?" Pertanyaan Arjun tidak bisa aku jawab, terasa mencekat di tenggorokan.

bersambung

makasih banyak udah mampir.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Semoga Jexeon segera datang menyelamatkan Yua dan Arjun
goodnovel comment avatar
siti yulianti
lanjut semoga bala bantuan secepatnya datang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status