Share

8. Tuan Besar

Jexeon memilih mengalah, mundur dari Siluet dan bersumpah tidak akan bergabung dengan Kelompok manapun. Dia akan mundur dari dunia hitam dan hidup seperti bayangan. Sumpah setianya hanya untuk Siluet untuk kapanpun.

Putra Tuan besar senang mendengar hal itu, Jexeon tidak mau bertarung dengannya untuk memperebutkan posisi pengganti Tuan besar. Dia pun percaya dengan sumpah setia Jexeon. Membiarkan pria bertato singa itu pergi tanpa membawa apapun. Sebagai saudara angkat, Jexeon diizinkan meminta bantuan jika ada hal mendesak.

"Sudah lama, Tuan." Jexeon memandang foto wajah pria tua yang merangkul bahunya. Sebagian rambut sudah memutih tapi masih kekar dan terlihat tegas.

"Tiga tahun, aku hidup dalam bayangan." Jexeon mendesah berat.

Sorot mata Arjun tadi mengingatkan dia pada dirinya dahulu, mungkin Arjun seusianya ketika meninggalkan rumah. Saat Ayah kandungnya melempar barang-barang keluar rumah, berkata bahwa dia anak haram yang tidak diinginkan. Anak berusia 15 tahun melangkah ke dunia luar dengan dendam membara. Nekat berbuat apa saja demi bertahan hidup.

Menerima uluran tangan anggota gengster, hidup di jalanan dengan berbagai perkelahian. Membuat tato singa di dada kanan sebagai anggota, melakukan berbagai perbuatan kotor atas perintah ketua, ia senang, apapun asal dia merasa diterima.

Hingga, ketua gengster membuat kesalahan kepada Tuan besar, menyebabkan pembantaian massal, pertarungan tak terelakan. Jexeon menyerang dengan sekuat tenaga hingga hanya dia yang tersisa. Tuan besar melihat kehebatan Jexeon yang berkelahi dengan otaknya.

"Ikutlah dengan kami, akan kujadikan kau orang hebat."

Tuan besar berjongkok, melihat Jexeon yang sudah tak berdaya berlumuran darah. Walaupun tak berdaya, sorot mata remaja yang hampir mati itu masih berapi-api. Seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Cuih, lebih baik kau bunuh saja aku!"

Padahal dia sudah diujung tanduk, semua temannya mati. Satu gerakan saja dari tulang pukul Tuan Besar, maka dia akan menyusul mereka ke alam baka.

Tuan Besar malah tertawa, "hahahhahaha, kesetiaanmu patut diacungi jempol. Terlalu sayang jika kau mati begitu saja, kau boleh memilih ikut keluarga Siluet atau pergi setelah sembuh. Bawa dia."

Tuan Besar berdiri, menyuruh anak buahnya membawah tubuh Jexeon yang sudah sekarat. Keluarga Siluet yang menguasai berbagai sektor membuatnya takjub, mereka bukan mafia kelas teri, tetapi menggenggam dunia.

Tanpa sadar Jexeon terlena, menganggap Tuan besar sebagai orang yang keren, bahkan menjadikannya panutan. Setelah sembuh dia tetap berada di keluarga Siluet, menjadi tukang pukul bertato singa hingga Tuan besar memanggilnya. Mengetahui bakat Jexeon yang lebih condong ke teknologi. Mengajarkan meretas data penting dan situs.

"Terasa baru kemarin bertemu Tuan Besar." Gumamnya, meletakkan foto Tuan besar di laci. Dia berjalan ke kamar mandi.

Ruangan luas dengan sofa di bagian ujung, terlihat nyaman dan mewah. Ia sendiri yang memilih dekorasi ini termasuk warna tirai.

Jexeon mandi di bawah air shower, sudah lama memendam sakit hati dan tidak mengungkit masa lalu. Kesibukan menjadi orang Siluet membuatnya lupa ayah kandung. Hari ini malah tiba-tiba teringat karena seorang anak. Jexeon tersenyum miris.

Sebelum tidur ponselnya berbunyi, anak laki-laki yang tinggal di kamar bawah mengirimkan file tentang Candra Grup, Arjun dan orang-orang yang terlibat dengan mereka.

Pandangannya mengarah kepada gadis manis bernama Yuaira, foto-foto tentang prestasinya hingga kakinya yang kini cacat. Gadis manis dengan balutan hijab.

Semua informasi yang diberikan lengkap tanpa kurang sedikitpun, bahkan tentang Roan yang menolak menikahi Yua juga ada. Menandakan bahwa kemampuan anak lelaki yang dia ajarin selama dua tahun ini sudah hebat.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
cepat lah jd penyelamat yua dan arjun
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status