Share

7. Asal Usul

Mobil sport berwarna hitam memecah jalanan ibu kota, menyalip kendaraan lain dan menunjukkan kegagahannya sebagai penguasa jalan. Melewati bundaran HI, mobil itu semakin kencang menuju Jakarta pusat. Pemiliknya melirik jam, pukul setengah dua belas malam. Jalanan cukup lenggang dengan lampu dari gedung pencakar langit yang menyala terang.

Mobil itu berbelok memasuki apartemen, turun ke parkiran bawah tanah. Jexeon keluar dengan membawa jaketnya, menutup pintu mobil dengan keras. Langsung berjalan ke arah lift.

Penthouse yang dia beli setahun lalu kini dihuni dua orang, ia benci hal itu. Merasa terganggu dengan kehadiran orang lain. Jika bukan karena pekerjaan yang tidak bisa diatasi sendiri, dia tidak akan mau tinggal bersama bocah berisik yang masih SMA. Apalagi bocah itu sering sembarangan menyentuh barang-barangnya, dari mulai baju hingga alat cukur. Sangat menggangu.

"Bang, ke mana dua hari nggak pulang?" pertanyaan itu langsung terdengar ketika Jexeon membuka pintu.

Matanya menyipit, membenci ditanya kenapa dia baru pulang dan apa yang dilakukan. Itu adalah privasinya. Sementara bocah SMA yang memakai kolor Spiderman itu tidak merasa bersalah sama sekali. Di tangannya ada mie instan.

"Dapat apa kau dua hari ini?" Jexeon mengganti sepatunya dengan sandal biasa.

Remaja laki-laki di hadapannya tersenyum lebar, tampak senang karena Jexeon tidak marah-marah seperti biasanya.

"Total kita dapat 241 milyar, dari pejabat yang korupsi dan penyelundupan barang mewah."

Tak ada balasan dari Jexeon, dia berjalan melewati remaja laki-laki itu. Menuju kamarnya di lantai atas. Angka pendapatan mereka stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia berbalik.

"Kau tahu Arjun, pewaris Candra Grup?" tanya Jexeon, dia masih mengingat pertemuan dengan anak lelaki yang menarik perhatiannya.

"Dia temen sekelas ku, kenapa Bang?"

"Cari tahu tentang anak itu," jawabnya. Kembali berjalan menaiki anak tangga.

"Siap, Bang!"

Bagi Jexeon, hidupnya sekarang terasa flat, tidak ada yang menarik. Jauh berbeda ketika dia masih menjadi gengster sepuluh tahun lalu. Saat usianya masih 15 tahun dan baru diusir dari rumah Ayahnya. Atau ketika menginjak usia 17 tahun dan diangkat menjadi anggota Siluet oleh Tuan besar.

Begitu menarik saat Tuan besar yang sudah dianggap Ayah mengajarinya tentang dunia hitam, menggenggam kekuasaan dari balik layar. Ditakutin di manapun berada bahkan pemerintah tunduk pada mereka.

"Kau tidak perlu sekolah formal, buang waktu. Yusril akan mengajarimu meretas data, kau akan menjadi orang IT paling hebat yang pernah ada. Sekaligus orang paling penting untuk Siluet." Tuan Besar menepuk pundaknya.

Pria yang rambutnya beruban itu sangat menyayanginya melebihi putranya sendiri, tidak menjadikan dia tukang pukul biasa, tetapi mengajari banyak hal mengendalikan dunia hitam. Menjadi kaya raya tanpa mengotori tangan dengan darah.

"Kau memang hebat, tidak kusangka aku membawa seekor anak singa ke Siluet!" puji Tuan Besar melihat perkembangan Jexeon.

Saat itu Jexeon merasa sangat senang, dia diakui dan dipuji. Belajar pun semakin giat.

Hingga, Yusril. Orang yang dianggap guru mengatakan sesuatu. "Kamu berbakat jadi tukang pukul, belajarlah berkelahi juga."

Jexeon tahu bahwa dia menjadi orang nomor satu di Siluet, berbakat dan didukung Tuan besar. Bahkan para bawahan menghormatinya. Sayangnya baru 6 tahun dia merasakan memiliki keluarga di Siluet, Tuan besar meninggal. Ada perebutan kekuasaan tentang pengganti Tuan besar. Semuanya menjadi sangat kacau.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rastri Quinn
Yah, gimanapun berbakatnya Jexeon. Dia tetap anak angkat. pasti akan ada kecemburuan dari wnak kandungnya. sesama anak kandung aja bisa cemburu
goodnovel comment avatar
siti yulianti
lanjuuuttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status