Clarissa masuk ke dalam kamar dan berencana mengganti pakaiannya. Ia duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi wajah Devan dan juga Sheren yang masih tertidur. Memandang wajah cantik bayi berpipi bulat dan wajah tampan anak laki-laki yang berbibir merah itu, membuat Clarissa lupa bahwa saat ini ada seorang pria yang menunggunya di ruang televisi. Cukup lama Clarissa duduk di tepi tempat tidur sambil tersenyum memandang anak-anak yang begitu sangat menggemaskan dimatanya.
Clarissa memukul keningnya saat mengingat tujuan utamanya masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Dengan terburu-buru ia berlari menuju tempat lemari pakaian. Ia memajukan bibirnya ketika menyadari bahwa tidak ada pakaian bagus yang dimilikinya terkecuali baju yang baru dibelinya kemarin. Baju itu juga baru satu kali dipakainya.
Dikeluarkannya baju terbaik miliknya dari dalam lemari pakaian. Baju itu sudah di seterikanya dengan sangat ra
Clarissa menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban pria tersebut yang menurutnya sangat logika.Clarissa memandang pelayan yang meletakkan hidangan di atas meja. Hidangan itu begitu sangat banyak dan menggugah selera. Clarissa masukkan nasi ke dalam piring. "Devan mau makan pakai apa,” tanyanya.“Ayam goreng,” jawab Devan.Clarissa mengambilkan ayam goreng sesuai yang diminta anak laki-laki tersebut. Clarissa tersenyum memandang Sheren yang sudah bangun. "Sheren bangun gitu cium bau makanan,” ucapnya yang mencium pipi Sheren.Fathir tertawa saat mendengar ucapannya.“Abang makan aja, Risa mau suapin adik-adik dulu, nanti setelah mereka selesai makan, baru Risa makan,” ucapnya.Fathir menganggukkan kepalanya dan mengambil ikan bakar gurame yang menjadi menu favoritnya. Fathir juga m
“Iya nggak apa-apa devan duduk di sini aja, lagian Adek Sheren nggak marah kok. Abangnya duduk di sini,” ucap Clarissa saat Devan duduk dipahanya sebelah kanan, sedangkan Sheren duduk dipangkuannya sebelah kiri.“Biasanya kalau naik mobil, Devan mau duduk di belakang,” ucap Fathir yang memandang Clarissa.Clarissa hanya tersenyum memandang Devan.“Untung aja Sheren enggak marah sempit- sempitan,” ucap Clarissa yangmemandang Devan.“Sheren nggak suka nangis dia Paling suka main. Nangisnya kalau lagi lapar, haus dan ngantuk,” ucap Fathir.Clarissa tersenyum memandang Sheren, diciumnya pipi gadis kecil tersebut.“Kenapa Maminya nggak ada nelpon, apa maminya gak ingat sama anak-anaknya. Padahal perginya udah dari pagi sampai sekarang
"Nggak usah takut, masak iya ditinggalin mandi sebentar aja udah gak mau gitu,” ucap Haryati.Wajah Clarissa semakin memerah saat mendengar wanita itu menggodanya.Fathir tersenyum memandang Clarissa. Wajah Gadis itu merah menahan rasa malu."Abang mandi sebentar aja. Gerah setelah keliling sejak tadi," ucapnya memandang Clarissa.Dengan ragu Clarissa menganggukkan kepalanya. Clarisa tidak berani untuk meminta agar pria itu tetap ada di sini, mengingat saat ini kedua orang tua Pria itu sedang memandang kearahnya.Fathir tersenyum memandang Clarissa. “Aku mandi bentar ma," ucapnya yang memandang mamanya.“Dari tadi kamu bilang mandi-mandi tapi nggak pergi-pergi,” ucap Haryati memandang putranya.Fathir tersenyum. “Ya sudah aku mandi dulu,” ucapnya yang mencium putrinya.
“Mama sama papa mau ke kamar atas lihat Sheren dan juga Devan, sekalian mau main-main sama mereka, udah kangen,” ucap Haryati yang memandang Fathir dan juga Clarissa. Haryati dan Burhan sengaja ingin meninggalkan putranya bersama dengan gadis yang akan menjadi istri putranya tersebut. Mereka berharap Fathir bisa berbicara lebih santai menyelesaikan masalah mereka.“Iya ma,” jawab Fathir.“Ibu ke atas ya Clarissa,” ucap Haryati yang mengusap punggung tangannya.Clarissa sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Clarissa mengusap dadanya yang terasa begitu sangat lega, ketika Haryati dan juga Burhan pergi meninggalkan meja makan tersebut.“Kenapa,” tanya Fathir.“Grogi Bang,” jawab Clarissa.Fathir tersenyum memandangnya.“Mau duduk di belakang nggak,&rdquo
Fathir duduk di kursi kemudi, ekor mata pria itu tidak ada henti-hentinya mencuri pandang kearah gadis yang saat ini duduk disampingnya.“Bawa mobil itu konsentrasi Bang,” ucap Clarissa.Fathir tertawa mendengar ucapan gadis tersebut.“Tahu ya dari tadi diliatin,” ucapnya.“Ya tahulah,” jawab Clarissa.“Habisnya nanti kalau udah sampai di rumah, abang nanti pasti kangen,” ucapnya memandang Clarissa.Clarissa begitu sangat grogi saat mendengar ucapan pria tersebut. Jantungnya berdegup dengan hebatnya.“Tapi kalau boleh jujur Abang sepertinya beneran cinta sama Risa,” ucapnya yang berusaha untuk jujur dengan perasaannya. Fathir tidak memikirkan lagi bila Gadis itu menganggapnya genit. Fathir hanya ingin jujur dengan perasaannya.Clarissa hanya diam ketika men
Farah memandang kamarnya yang kosong. Farah mengusap wajahnya. Farah membuka bajunya dan menjatuhkannya di lantai kamarnya. Ia berjalan mengambil handuk dan melingkarkan handuk itu di tubuhnya. Farah masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuhnya di bawah cucuran air shower yang hangat. "Saat aku pulang kamu nggak ada, ternyata kamar ini rasanya sepi juga ya Mas. Mungkin karena aku tidak dengar kamu mengomel,” ucapnya dalam hati. Farah sangat malu mengakui hal tersebut."Kenapa sekarang hubungan kita semakin jauh seperti ini,” ucapnya yang mengusap wajahnya yang basah oleh air yang bercucuran dari atas kepalanya. “Apa kamu tahu Mas, sikap kedua orang tua kamu yang membuat aku seperti ini.” Menjadi menantu yang tidak pernah diinginkan begitu sangat membuat Farah tidak nyaman dan pada akhirnya dia lebih memilih untuk bersenang-senang bersama dengan teman-temannya.Cukup lama Farah menghabiska
Farah keluar dari rumah mertuanya. Kakinya terasa begitu sangat lemas. Air matanya tidak ada berhenti menetes. Di jam pagi seperti ini Farah mendapat kabar seperti ini. Bagaikan disambar petir di tengah hari, saat ia mendengar apa yang telah disampaikan mertuanya kepadanya. Farah sudah tidak sanggup berada di dalam rumah mertuanya. Farah berusaha mempercepat langkah kakinya agar bisa sampai di mana mobilnya terparkir. Farah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil tersebut.Farah menangis di dalam mobil. “Aku nggak akan pernah mau kamu memiliki istri lain selain dari aku,” ucapnya. Kakinya gemetar ketika harus menahan rasa emosi dan juga sakit di dadanya. “Mereka memang sangat tidak menyukai aku. Mereka akan berbuat berbagai caranya agar kamu bisa menikah dengan yang lain,” ucapnya yang mengusap air matanya. Farah menatap sendu rumah mewah yang ada di depannya. "Aku tidak sebodoh itu, aku akan melakukan berbagai
Kedatangan FarahPenulis, Lilik HendriyaniClarissa mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Tadi udah dibilangin nggak usah datang, kenapa datang juga.” Clarissa mengerutkan keningnya. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian berjalan menuju pintu. Clarissa tersenyum ketika membuka pintu rumahnya. Senyum dibibirnya hilang seketika, saat melihat orang yang berada di depan pintu rumahnya. Clarissa begitu sangat terkejut, jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya, wajahnya memucat dan keringat di keningnya bercucuran. Ketika menyadari salah satu dari tiga wanita itu sangat dikenalinya."Terkejut melihat saya? Apa kamu tadi begitu sangat senang karena menganggap yang datang suami saya?" Farah berkata sembari memandang Clarrissa dengan tatapan yang begitu sangat marah."Maaf." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takutnya. Clarissa san