Kedatangan Farah
Penulis, Lilik Hendriyani
Clarissa mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Tadi udah dibilangin nggak usah datang, kenapa datang juga.” Clarissa mengerutkan keningnya. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian berjalan menuju pintu. Clarissa tersenyum ketika membuka pintu rumahnya. Senyum dibibirnya hilang seketika, saat melihat orang yang berada di depan pintu rumahnya. Clarissa begitu sangat terkejut, jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya, wajahnya memucat dan keringat di keningnya bercucuran. Ketika menyadari salah satu dari tiga wanita itu sangat dikenalinya.
"Terkejut melihat saya? Apa kamu tadi begitu sangat senang karena menganggap yang datang suami saya?" Farah berkata sembari memandang Clarrissa dengan tatapan yang begitu sangat marah.
"Maaf." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takutnya. Clarissa san
Clarissa duduk meringkuk menangis dengan Posisi tidak berubah sama sekali. Clarissa tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. “Apa pantas Risa diperlukan seperti ini." Clarissa memandang potongan rambutnya yang berserakan di lantai. Clarissa memegang rambutnya. Di saat dia mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, mengapa tidak ada satu orang pun yang mengasihaninya. Mengapa tidak ada satu orangpun yang mau membantunya. Bahkan Mereka terlihat begitu sangat menikmati pertunjukan yang ada di depan mereka.Clarissa merasakan sakit di tubuhnya. Air matanya tidak ada henti-hentinya mengalir dengan derasnya. Clarissa memegang dadanya yang terasa begitu sangat sakti dan sesak. "Bunda tolong Risa,” ucapnya sambil menangis."Bunda, Risa benar-benar gak tahan. Kenapa hidup Risa harus seperti ini. Maafkan Risa bunda. Bila waktu itu Risa mendengarkan ucapan bunda. Risa pasti tidak akan mengalami ini semua
“Kenapa kalian menghalangi ku. Aku belum puas memberikan pelajaran untuk wanita itu." Farah begitu sangat kesal memandang kedua temannya. Ia masih belum puas dengan apa yang telah dilakukannya.“Aku sudah tidak tega lihatnya," ucap temannya yang bernama Mirna.“Apanya yang tidak tega. Dia sudah begitu berani dekat dengan suami ku. Aku benar-benar tidak puas." Farah ingin turun dari dalam mobilnya dan melanjutkan aksinya kepada Clarissa.“Kamu enggak lihat kalau tadi cewek itu udah sampai lemas. Aku rasa pelajaran yang kamu kasih itu sudah cukup untuk buat dia jera. Bila kamu masih belum puas. Silakan lakukan. Tapi jangan bawa kami. Kami tidak ingin terlibat dengan masalah ini," ucap Susi yang menjalankan mobilnya.“Aku akan melakukan perhitungan lagi dengannya, bila dia masih tidak mau melepaskan suami ku." Farah berkata dengan sangat mara
Clarissa berbaring di atas tempat tidur dengan memiringkan tubuhnya. Punggungnya terasa begitu sangat sakit dan juga pedih. Sepatu yang dipakai Farah yang mengenai punggungnya begitu sangat terasa. Mungkin saat ini kondisi punggungnya dalam keadaan yang sangat tidak baik dan bahkan terluka. Clarissa mengingit bibir bawahnya saat merasakan punggungnya yang begitu amat perih dirasakannya. Kepalanya juga terasa sakit dan pusing.Clarissa berulangkali mengusap air matanya ketika mengingat apa yang dialaminya. Berada diposisi seperti ini tidak pernah ada di dalam bayangannya. Namun mengapa dia mengalami semuanya seperti ini. Clarissa menangis ketika merasakan sakit di sekujur tubuhnya. "Ayah, Ibu kenapa kalian tidak pernah mengingat Risa. Apa kalian tahu seperti apa sekarang kondisi Risa. Risa juga anak kalian, kenapa kalian lupakan begitu saja,” ucapnya yang mengusap air matanya. “Risa selalu kuat dalam menjalani hidup dan cobaan. Namun kal
Farah memberhentikan mobilnya di depan rumah mertuanya. “Apa mereka sudah tahu apa yang aku lakukan terhadap perempuan itu?" ucapnya yang turun dari dalam mobil.Farah merasa takut ketika turun dari dalam mobil. Ia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa takutnya. Farah mencoba untuk terlihat santai seperti biasanya. Farah bersikap seakan semuanya baik-baik saja.Farah masuk ke dalam rumah mertuanya. Farah tersenyum memandang suaminya yang duduk di sofa. Wajah Farah memucat saat melihat wajah suaminya yang begitu sangat marah. Bahkan suaminya tidak pernah marah seperti ini sebelumnya. Farah begitu sangat takut memandang tatapan mata suaminya.“Ada apa ma?" ucap Farah yang berjalan mendekati Haryati.“Ada apa kamu bilang?" ucap Haryati yang melayangkan tangannya ke pipi menantunya.Wajah Farah memerah ketika telapak tangan m
Fathir keluar dari dalam kamar Clarrissa dan menutup pintu kamar Clarissa dengan sangat rapat. Fathir melintas di depan kamar mamanya. Fathir tersenyum ketika mendengar suara ketawa putra dan juga putrinya yang sedang bermain dengan opa dan Oma mereka.Fathir menuruni anak tangga. Fathir masih sibuk dengan pikirannya. Kacang rebus dia belum pernah mendengar istilah tersebut apalagi memakannya. Fathir menggaruk kepalanya ketika yang diingatnya adalah kacang lupa dengan kulitnya. Fathir kembali naik ke atas dan mengetuk pintu kamar mamanya.Haryati yang duduk di lantai bermain dengan cucunya memandang kearah pintu kamarnya yang terbuka. "Ada apa,” tanyanya ketika melihat putranya berdiri di ambang pintu.“Aku mau keluar ma,” ucap Fathir.“Mau ngapain?” tanya Haryati."Aku mau beli yang di minta Clarissa.”
“Abang enggak usah tidur di sini,” ucap Clarissa saat melihat Fathir yang akan tidur dikamarnya."Abang tidur di sini cuma nemenin Risa karena lagi sakit dan dirawat seperti ini. Abang juga tidurnya di sofa. Jadi Risa gak usah takut," ucapnya yang mencubit kecil hidung gadis yang saat ini berbaring menatapnya.Clarissa menggelengkan kepalanya. "Risa nggak mau,” ucapnya.“Kenapa,” tanya Fathir.“Nggak nyaman kalau di dalam kamar sama cowok,” ucap Clarissa.Fathir memandang wajah Clarissa. “Kalau Risa nggak sedang sakit seperti ini, Abang juga nggak nemenin di dalam kamar. Di sini kita gak berdua juga, ada perawat jadi kita bertiga,” ucapnya.“Perawat sudah ada, abang gak usah temani Risa. Abang tidur sama Devan dan juga Sheren aja,” ucapnya.“Kalau
“Assalamu’alaikum,” ucap Fathir yang mengetuk kamar Clarissa.Clarissa tersenyum ketika mendengar suara pria tersebut, “Wa’alaikum salam,” jawabnya dari dalam.Fathir membuka pintu kamar Clarisa dan memandang Clarissa yang duduk di tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.Fathir berjalan mendekati Clarissa dan duduk di pinggir tempat tidur. Fathir tersenyum memandang wajah Clarissa. "Sangat cantik,” ucapnya memuji.Clarissa tersenyum saat mendengar ucapannya. "Risa udah nggak malu keluar rumah lagi Bang,” ucapnya. Clarissa memandang wajah Fathir. Entah mengapa saat ini ia ingin selalu dekat dengan pria tersebut. Clarissa berusaha membuang jauh-jauh perasaannya dan menyembunyikan rasa cintanya, karena dia tahu pria itu bukanlah pria yang berhak untuk dicintainya.“Kata Mama
Farah mengusap wajahnya ketika dia harus membayar uang arisannya. Farah hanya diam memandang layar ponselnya yang menyala.Farah mengangkat sambungan telepon tersebut setelah 3 kali si penelpon bolak-balik menghubunginya. "Hallo,” ucap Farah yang mengangkat sambungan telepon di ponselnya.“Hallo Farah, ini uang arisan kamu gimana, kita mau narik lo hari ini,” ucap Lena sebagai ownernya.Farah diam saat mendengar ucapan temannya tersebut. Ia harus membayar uang arisan 10 juta untuk pembayaran arisan cincin berliannya.“Farah jangan diam aja kamu. Kamu sudah ambil cincin berliannya,” ucap Lena.“Iya aku tahu, aku sudah ngambil cincinnya dan cincin itu ada di dalam tas, cincin itu sudah tidak ada bersama dengan tas 1 M,” ucapnya memberikan alasan.“Itu bukan urusan aku ya Farah. Hari