Clarissa berbaring di atas tempat tidur dengan memiringkan tubuhnya. Punggungnya terasa begitu sangat sakit dan juga pedih. Sepatu yang dipakai Farah yang mengenai punggungnya begitu sangat terasa. Mungkin saat ini kondisi punggungnya dalam keadaan yang sangat tidak baik dan bahkan terluka. Clarissa mengingit bibir bawahnya saat merasakan punggungnya yang begitu amat perih dirasakannya. Kepalanya juga terasa sakit dan pusing.
Clarissa berulangkali mengusap air matanya ketika mengingat apa yang dialaminya. Berada diposisi seperti ini tidak pernah ada di dalam bayangannya. Namun mengapa dia mengalami semuanya seperti ini. Clarissa menangis ketika merasakan sakit di sekujur tubuhnya. "Ayah, Ibu kenapa kalian tidak pernah mengingat Risa. Apa kalian tahu seperti apa sekarang kondisi Risa. Risa juga anak kalian, kenapa kalian lupakan begitu saja,” ucapnya yang mengusap air matanya. “Risa selalu kuat dalam menjalani hidup dan cobaan. Namun kal
Farah memberhentikan mobilnya di depan rumah mertuanya. “Apa mereka sudah tahu apa yang aku lakukan terhadap perempuan itu?" ucapnya yang turun dari dalam mobil.Farah merasa takut ketika turun dari dalam mobil. Ia berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa takutnya. Farah mencoba untuk terlihat santai seperti biasanya. Farah bersikap seakan semuanya baik-baik saja.Farah masuk ke dalam rumah mertuanya. Farah tersenyum memandang suaminya yang duduk di sofa. Wajah Farah memucat saat melihat wajah suaminya yang begitu sangat marah. Bahkan suaminya tidak pernah marah seperti ini sebelumnya. Farah begitu sangat takut memandang tatapan mata suaminya.“Ada apa ma?" ucap Farah yang berjalan mendekati Haryati.“Ada apa kamu bilang?" ucap Haryati yang melayangkan tangannya ke pipi menantunya.Wajah Farah memerah ketika telapak tangan m
Fathir keluar dari dalam kamar Clarrissa dan menutup pintu kamar Clarissa dengan sangat rapat. Fathir melintas di depan kamar mamanya. Fathir tersenyum ketika mendengar suara ketawa putra dan juga putrinya yang sedang bermain dengan opa dan Oma mereka.Fathir menuruni anak tangga. Fathir masih sibuk dengan pikirannya. Kacang rebus dia belum pernah mendengar istilah tersebut apalagi memakannya. Fathir menggaruk kepalanya ketika yang diingatnya adalah kacang lupa dengan kulitnya. Fathir kembali naik ke atas dan mengetuk pintu kamar mamanya.Haryati yang duduk di lantai bermain dengan cucunya memandang kearah pintu kamarnya yang terbuka. "Ada apa,” tanyanya ketika melihat putranya berdiri di ambang pintu.“Aku mau keluar ma,” ucap Fathir.“Mau ngapain?” tanya Haryati."Aku mau beli yang di minta Clarissa.”
“Abang enggak usah tidur di sini,” ucap Clarissa saat melihat Fathir yang akan tidur dikamarnya."Abang tidur di sini cuma nemenin Risa karena lagi sakit dan dirawat seperti ini. Abang juga tidurnya di sofa. Jadi Risa gak usah takut," ucapnya yang mencubit kecil hidung gadis yang saat ini berbaring menatapnya.Clarissa menggelengkan kepalanya. "Risa nggak mau,” ucapnya.“Kenapa,” tanya Fathir.“Nggak nyaman kalau di dalam kamar sama cowok,” ucap Clarissa.Fathir memandang wajah Clarissa. “Kalau Risa nggak sedang sakit seperti ini, Abang juga nggak nemenin di dalam kamar. Di sini kita gak berdua juga, ada perawat jadi kita bertiga,” ucapnya.“Perawat sudah ada, abang gak usah temani Risa. Abang tidur sama Devan dan juga Sheren aja,” ucapnya.“Kalau
“Assalamu’alaikum,” ucap Fathir yang mengetuk kamar Clarissa.Clarissa tersenyum ketika mendengar suara pria tersebut, “Wa’alaikum salam,” jawabnya dari dalam.Fathir membuka pintu kamar Clarisa dan memandang Clarissa yang duduk di tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.Fathir berjalan mendekati Clarissa dan duduk di pinggir tempat tidur. Fathir tersenyum memandang wajah Clarissa. "Sangat cantik,” ucapnya memuji.Clarissa tersenyum saat mendengar ucapannya. "Risa udah nggak malu keluar rumah lagi Bang,” ucapnya. Clarissa memandang wajah Fathir. Entah mengapa saat ini ia ingin selalu dekat dengan pria tersebut. Clarissa berusaha membuang jauh-jauh perasaannya dan menyembunyikan rasa cintanya, karena dia tahu pria itu bukanlah pria yang berhak untuk dicintainya.“Kata Mama
Farah mengusap wajahnya ketika dia harus membayar uang arisannya. Farah hanya diam memandang layar ponselnya yang menyala.Farah mengangkat sambungan telepon tersebut setelah 3 kali si penelpon bolak-balik menghubunginya. "Hallo,” ucap Farah yang mengangkat sambungan telepon di ponselnya.“Hallo Farah, ini uang arisan kamu gimana, kita mau narik lo hari ini,” ucap Lena sebagai ownernya.Farah diam saat mendengar ucapan temannya tersebut. Ia harus membayar uang arisan 10 juta untuk pembayaran arisan cincin berliannya.“Farah jangan diam aja kamu. Kamu sudah ambil cincin berliannya,” ucap Lena.“Iya aku tahu, aku sudah ngambil cincinnya dan cincin itu ada di dalam tas, cincin itu sudah tidak ada bersama dengan tas 1 M,” ucapnya memberikan alasan.“Itu bukan urusan aku ya Farah. Hari
Clarissa merasakan sesak didadanya. Air matanya mengalir begitu saja saat mendengar apa yang disampaikan oleh pria didepannya.“Maafin Abang,” sesal Fathir yang ingin memeluknya.Clarissa menolaknya dan menggelengkan kepalanya. "Risa rasanya nggak sanggup.” Clarissa menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ia menangis sejadi-jadinya saat mendengar bahwa dirinya sedang hamil. “Apa salah Risa. Kenapa Risa diberi cobaan di luar dari kemampuan Risa," ucapnya. Selama ini ia sudah berusaha untuk ikhlas menerima takdirnya. Dia juga berusaha menguatkan dirinya. Namun saat ini Clarissa merasakan pertahan kekuatannya roboh sudah. Langit serasa runtuh untuknya.“Abang mohon Risa tenang,” ucap Fathir.Clarissa menangis menahan sakit di dadanya. Ia seakan tidak mampu membayangkan apa yang terjadi terhadap dirinya nanti.Fathir memelukn
Haryati dan Burhan datang langsung ke panti asuhan yang dikelola oleh Linda. Haryati memandang bangunan tua didepannya. Bangunan panti asuhan yang tergolong begitu sangat sederhana.“Assalamu’alaikum,” ucap seorang wanita yang keluar dari dalam ruangan dan menyambut kedatangan tamunya. Linda mengetahui bahwa ada yang datang mengunjungi pantinya dari anak asuhnya yang berlari masuk ke ruangannya dan memberitahunya.“Wa’alaikum salam,” jawab Haryati dan juga Burhan.“Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita paruh baya didepannya.“Iya kami datang ke sini untuk berjumpa dengan pemilik yayasan ini," ucap Haryati.“Kalau begitu mari masuk dulu, kita bicara di dalam ruangan saya," ucap wanita tersebut.Haryati mengikuti langkah kaki wanita di depannya. Mereka masuk ke dalam ruan
Linda berdiri di depan kamar Clarissa. Linda mengusap air matanya. Linda tidak ingin memperlihatkan kesedihannya di depan anak yang asuhnya. Cukup lama Linda berdiri di depan pintu kamar Clarissa. Air matanya seakan tidak mau berhenti menetes. Linda tiada henti mengusap air matanya yang tiada henti-hentinya menetas. Linda berusaha untuk terlihat tenang. Setelah yakin bahwa saat ini dia sudah siap untuk menemui Carissa, Linda baru memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Clarissa. Linda mendengar suara Clarissa yang menjawab dari dalam dan meminta agar dia langsung masuk saja karena pintunya tidak dikunci. Linda membuka pintu dan melihat Clarissa yang sedang duduk di atas tempat tidur.“Bunda,” ucap Clarissa yang seakan tidak percaya ketika melihat wanita yang bertubuh tinggi dan langsing itu berdiri di ambang pintu. Air mata Clarrissa menetes saat melihat sosok wanita yang begitu sangat dirindukannya. Wanita yang selama ini membesar