Clarissa merasakan sesak didadanya. Air matanya mengalir begitu saja saat mendengar apa yang disampaikan oleh pria didepannya.
“Maafin Abang,” sesal Fathir yang ingin memeluknya.
Clarissa menolaknya dan menggelengkan kepalanya. "Risa rasanya nggak sanggup.” Clarissa menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ia menangis sejadi-jadinya saat mendengar bahwa dirinya sedang hamil. “Apa salah Risa. Kenapa Risa diberi cobaan di luar dari kemampuan Risa," ucapnya. Selama ini ia sudah berusaha untuk ikhlas menerima takdirnya. Dia juga berusaha menguatkan dirinya. Namun saat ini Clarissa merasakan pertahan kekuatannya roboh sudah. Langit serasa runtuh untuknya.
“Abang mohon Risa tenang,” ucap Fathir.
Clarissa menangis menahan sakit di dadanya. Ia seakan tidak mampu membayangkan apa yang terjadi terhadap dirinya nanti.
Fathir memelukn
Haryati dan Burhan datang langsung ke panti asuhan yang dikelola oleh Linda. Haryati memandang bangunan tua didepannya. Bangunan panti asuhan yang tergolong begitu sangat sederhana.“Assalamu’alaikum,” ucap seorang wanita yang keluar dari dalam ruangan dan menyambut kedatangan tamunya. Linda mengetahui bahwa ada yang datang mengunjungi pantinya dari anak asuhnya yang berlari masuk ke ruangannya dan memberitahunya.“Wa’alaikum salam,” jawab Haryati dan juga Burhan.“Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita paruh baya didepannya.“Iya kami datang ke sini untuk berjumpa dengan pemilik yayasan ini," ucap Haryati.“Kalau begitu mari masuk dulu, kita bicara di dalam ruangan saya," ucap wanita tersebut.Haryati mengikuti langkah kaki wanita di depannya. Mereka masuk ke dalam ruan
Linda berdiri di depan kamar Clarissa. Linda mengusap air matanya. Linda tidak ingin memperlihatkan kesedihannya di depan anak yang asuhnya. Cukup lama Linda berdiri di depan pintu kamar Clarissa. Air matanya seakan tidak mau berhenti menetes. Linda tiada henti mengusap air matanya yang tiada henti-hentinya menetas. Linda berusaha untuk terlihat tenang. Setelah yakin bahwa saat ini dia sudah siap untuk menemui Carissa, Linda baru memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Clarissa. Linda mendengar suara Clarissa yang menjawab dari dalam dan meminta agar dia langsung masuk saja karena pintunya tidak dikunci. Linda membuka pintu dan melihat Clarissa yang sedang duduk di atas tempat tidur.“Bunda,” ucap Clarissa yang seakan tidak percaya ketika melihat wanita yang bertubuh tinggi dan langsing itu berdiri di ambang pintu. Air mata Clarrissa menetes saat melihat sosok wanita yang begitu sangat dirindukannya. Wanita yang selama ini membesar
Fathir memandang wajah istrinya dan tersenyum menatap wajah cantik istrinya. Pria itu mengusap keringat yang menempel di pelipis keningnya. Tubuhnya masih basah dengan keringat.Fathir tersenyum saat Istrinya terlihat malu-malu untuk menatapnya. "Ternyata masih susah masuknya,” ucap Fathir mengusap keringat istrinya.Clarissa memandang suaminya. Carissa menganggukkan kepalanya. "Sakit bang," ucapnya.“Perut nggak sakitkan?" ucap Fathir.“Nggak,” jawab Carissa."Makasih ya udah mau jadi istri Abang,” ucapnya.Clarissa memandangnya dan memajukKan bibir bawahnya ke depan. “Kalau boleh milih Risa nggak mau jadi istri Abang,” ucapnya.Fathir mencium bibir istrinya yang maju ke depan. “Nggak bisa nolak,” ucapnya.Clarissa memeluk pria yang sekar
Fathir terbangun saat mendengar suara istrinya yang berasal dari dalam kamar mandi. Dengan cepat Fathir berlari ke kamar mandi untuk mengecek istrinya."Sayang kenapa?" ucapnya yang berdiri di belakang Istrinya.“Risa mual bang," ucap Clarissa setelah puas mengeluarkan isi dalam perutnya.Fathir mengusap punggung istrinya. "Sekarang apa masih mual?" ucapnya.Clarissa hanya menganggukkan kepalanya dan kembali mengeluarkan apa yang dimakannya semalam.Clarissa memegang tangan suaminya saat ia merasa tubuhnya begitu sangat lemas."Kita ke kamar,” ucap Fathir.Clarissa menggelengkan kepalanya, “masih mau keluar bang,” ucap Clarissa yang kembali mengeluarkan isi perutnya.Fathir sangat kasihan melihat istrinya. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain mengusap-usap punggung istrin
“Sayang makan ya,” ucap Fathir yang duduk di atas tempat tidur sambil memegang piring yang berisi sayur dan juga ayam bakar.Clarissa diam memandang."Harus dicoba sayang. Adek nggak boleh nggak makan sama sekali, siapa tahu aja yang dimakan sekarang nggak dikeluarkan lagi,” ucap Fathir penuh harap. Fathir begitu sangat mencemaskan istrinya yang tidak bisa makan sama sekali, bahkan terkadang air yang diminumnya pun dikeluarkannya lagi. Istrinya saat ini dalam perawatan dokter.Clarissa menganggukkan kepalanya. Clarissa memakan nasi yang suapkan oleh suaminya. Clarissa menutup mulutnya dengan telapak tangannya, ketika rasa mual itu kembali mengaduk-aduk isi perutnya.“Kenapa sayang,” tanya Fathir.“Risa mual,” ucapnya.Fathir membantu istrinya Ketika istrinya akan beranjak dari tempat tidur.
Fathir yang baru terjaga dari tidurnya, dengan cepat duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Fathir sedikit berlari menuju ke kamar mandi. Pria itu begitu sangat mencemaskan Istrinya yang saat ini sedang melakukan rutinitas paginya, mengeluarkan semua yang sudah dimakanya semalam."Sayang," ucap Fathir yang masuk ke kamar mandi dan berdiri di belakang istrinya.Clarissa tidak berbicara sama sekali, ia hanya fokus mengeluarkan apa saja yang sudah dimakannya semalam.Fathir tidak ada henti-hentinya mengusap punggung Istrinya sambil terus berdo’a agar istrinya menyudahi mengeluarkan apa yang dimakannya semalam. Fathir tidak tega melihat kondisi Istrinya yang seperti ini. Obat anti mual yang diberikan sudah yang sangat bagus, namun tidak mengurangi morning sickness Istrinya.Clarrissa berhenti setelah berhasil mengeluarkan isi perutnya tanpa ada yang tersisa. Clarissa h
Fathir mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Pria itu sedikit memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing saat memandang laporan keuangan yang ada di layar monitornya.“Permisi pak, ada ibuk Farah.”“Suruh masuk," ucapnya.“Silahkan buk," ucap Tia yang mengeser posisi berdirinya.“Terima kasih," ucap Farah yang terdengar tidak biasa.Farah memandang pintu ruangan suaminya yang sudah ditutup dari luar oleh sekretarisnya.Fathir yang duduk di kursi sambil tersenyum memandang Istrinya.Farah berjalan mendekati suaminya. Ia melepaskan paper bag yang dibawanya ke atas meja. “Apa mau langsung makan mas," ucapnya.Fathir diam memandang istrinya. Fathir tidak menduga perubahan sikap Istrinya yang begitu sangat drastis. “Kepala ku lagi pusing bange
Fathir membuka pintu kamarnya dan memandang istrinya yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Fathir mendorong pintu kamarnya dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara berisik. Pria itu masuk ke dalam kamar dengan sangat pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang membangunkan istrinya. Fathir tersenyum saat mamandangi istrinya yang sedang tertidur sangat lelap. Ia membungkukkan tubuhnya dan mencium kening istrinya. "Abang sudah pulang?" ucap Carissa yang membuka sedikit matanya dan memandang suaminya. “Iya sayang gimana tadi, apa mau makan?" tanya Fathir sambil duduk di bibir tempat tidur. Pria itu mengusap kepala istrinya. Carissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “tadi makannya banyak,” ucapnya yang begitu sangat senang. Mata Fathir terbuka lebar saat mendengar ucapan Istrinya. “Beneran,” tanyanya. Clarissa