"Kakak, aku_," ucap Siska."Sudahlah, kamu sudah besar. Aku tidak berhak mengatur kamu lagi, kau seperti wanita murahan, itu saja yang bisa aku katakan padamu!" Ucap Rumi, lalu meninggalkan Siska di dalam ruangan nya.Rumi merasa tidak ingin melihat Siska lagi, wajah dan ucapan Siska benar-benar tidak sesuai dengan kelakuan."Munafik!" Umpat Rumi dalam hatinya.Siska melemparkan tas nya ke lantai, mendengar ucapan Rumi yang terakhir."Lihat saja, akan ku pastikan apa yang kamu miliki sekarang, akan menjadi milikku." Ancam Siska.Sore harinya, Rumi pulang ke apartemen seperti biasanya, mengabaikan rasa lelahnya. Rumi langsung menuju kamar Biantoro untuk melihat keadaan Biantoro."Bagaimana kaki mu?" Tanya Rumi pada Biantoro."Jangan banyak bicara, aku lapar cepat sediakan makanan untukku!" Jawab Biantoro.Rumi menatap biantoro sebentar, lalu melakukan apa yang di minta Biantoro benar-benar melupakan rasa lelah nya setelah bekerja di kantor seharian.Pengunduran diri Alex, membuat Rumi
Rumi terbangun dari tidur nya, entah mengapa tubuhnya merasa tidak enak hari ini, Namun Rumi memaksakan diri harus pergi ke kantor karena akan ada rapat penting.Rumi begitu sampai di kantor, Rumi langsung pergi ke ruang rapat, bersama Gunawan. Sekitar hampir dua jam lebih mereka berada di ruang rapat.Selesai rapat Rumi, memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Hingga akhirnya jam makan siang pun tiba.Rumi yang tidak enak badan, membuat nya malas untuk makan, hingga akhirnya dia melewati jadwal makan siang hari ini.Rumi saat ini sedang bersiap untuk pergi bersama Gunawan untuk menemui salah klien mereka. "Kita berangkat sekarang!" Ucap Gunawan"Iya," jawab Rumi.Karena tujuan kali ini lumayan jauh, hingga memakan waktu selama satu jam perjalanan. Rumi turun perlahan dari mobil, mengikuti langkah Gunawan.Pertemuan dengan klien kali ini, juga cukup alot. Memaksa Rumi terus berpikir bagaimana kliennya dapat menyetujui rencana nya."Aku langsung pulang saja," ucap Rumi pada Gun
Rumi mengikuti langkah nenek yang masuk ke dalam rumah."Dia ada di kamar, nek." jawab Rumi."Bagaimana keadaan mu?" Tanya nenek dengan penuh rasa khawatir, sambil memperhatikan Rumi."Sudah baik.""Baguslah, nenek sangat khawatir mendengar kamu sakit. Nenek sangat tahu bagaimana Biantoro, kamu yang sabar yah." Rumi tersenyum mendengar itu, lalu mengangguk.Biantoro tidak lama kemudian turun untuk bertemu dengan nenek nya."Apa kabar, nek?" Tanya Biantoro."Baik, kamu bagaimana?""Baik.""Apa yang kamu lakukan pada Rumi, hingga dia jatuh sakit?" Tanya nenek nya langsung."Tidak ada," "Iya nek, Biantoro tidak melakukan apapun. Aku sakit karena banyak pekerjaan di kantor," ucap Rumi."Kamu tidak bohong kan? Jangan takut padanya, jika dia berbuat sesuatu yang membuat mu susah, bilang sama nenek," "Aku tidak bohong." "Baguslah kalau begitu,""Nenek mau menginap beberapa hari di sini," lanjut nenek.Rumi dan Biantoro saling menatap, lalu mengangguk bersamaan.Malam hari pun tiba sudah
Biantoro turun dari mobilnya begitu sampai di Apartemen, meninggal kan Rumi begitu saja.Rumi pun segera menyusul turun dan berjalan mengikuti Biantoro di belakang, dengan membawa banyak berkas di tangannya.Sampai di depan pintu, Biantoro berhenti sejenak menunggu Rumi, lalu mengambil berkas yang ada di tangan Rumi, setelah itu dia baru membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Biantoro berjalan sambil melihat kanan dan kiri memastikan apakah nenek nya sudah masuk atau belum ke kamar nya."Nich, bawa sendiri!" Ucap Biantoro di tengah jalan saat memastikan dia tidak melihat nenek nya lagi di sekitarnya.Rumi yang terkejut segera mengambil berkas tersebut, sambil mendengus kesal, lalu berjalan cepat mendahului Biantoro menuju kamar.Sampai di kamar Rumi pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur, Biantoro sangat tidak suka jika dia langsung tidur setelah pulang kerja.Biantoro yang belum tidur melirik Rumi yang sedang naik ke atas tempat tidurnya, wangi harum
"Tolong! Tolong!" Teriak Siska dengan sekuat tenaga. Namun tidak ada yang menolongnya, karena jalanan itu saat ini begitu sepi.Mobil yang di kendarai Siska terus melaju kencang tanpa arah. Sedangkan Siska berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengendalikan nya.Namun karena begitu kencang laju mobilnya, hingga akhirnya Siska pun kehilangan kendali."Tidak...!" Teriak Siska."Brakk!" Suara benturan keras pun terdengar, disusul suara ledakan yang besar."Bumm!"Biantoro yang sedang mengadakan rapat, di luar kantor. Terdiam sesaat saat melihat sebuah postingan vidio seseorang lewat di beranda aplikasi yang sedang dia buka.Kedua mata Biantoro membesar melihat video itu. Biantoro sampai menutup mulutnya, agar tidak berteriak kencang.Biantoro seketika lemas, saat melihat akhir dari vidio itu. Biantoro seketika merasa dunia nya menjadi hitam karena vidio itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" Ucap Biantoro dengan rasa tidak percaya."Dia tidak akan meninggalkan aku dengan cara begini." Lanj
Biantoro memejamkan matanya, sambil memeluk Rumi dengan erat, seakan-akan dia tidak ingin melepaskan Rumi lagi.Saat ini, Biantoro hanya ingin memejamkan matanya, lalu tidur. Beristirahat penuh sambil memeluk Rumi yang sedang tidur di sisi nya dengan erat.Biantoro ingat bagaimana panik nya dia, saat melihat vidio itu, video yang memutar bagaimana mobil Rumi menabrak sebuah batu besar dan akhirnya meledak.Biantoro juga ingat begitu selesai melihat vidio itu, tubuhnya begitu lemas tidak bertenaga, sampai tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia kebingungan harus melakukan apa, jika tidak ada asistennya saat itu.Saat itu di dalam mobil, Biantoro pun masih tidak sanggup berkata apapun lagi, karena masih tidak percaya dengan semua yang dia lihat dalam vidio itu.Berulang-ulang kali, Biantoro memutar vidio itu, hanya untuk memastikan jika dia memang tidak salah lihat jika dalam vidio itu benar-benar mobil Rumi.Dan setelah berkali-kali di putar dia akhirnya yakin tida
Rumi dan Alex tiba di rumah sakit di mana Siska di rawat. Mereka berdua langsung mencari di kamar berapa Siska berada dan di rawat.Setelah sepuluh menit, akhirnya Rumi dan Alex bisa bertemu Siska. Mereka berdua terkejut melihat kondisi Siska saat ini. Mereka berdua menatap Siska dengan tatapan sedih dan kasihan.Seluruh tubuh Siska kini di balut perban. Karena luka-luka hampir mengenai seluruh bagian tubuh Siska. Rumi dan Alex bisa mengenali jika itu Siska hanya dari wajah Siska sajaKarena hanya wajah Siska yang tidak tertutup perban. Untung saja wajah Siska tidak terluka parah kelihatan seperti bagian lainnya.Rumi menatap sedih ke arah Siska, entah mengapa melihat keadaan Siska saat ini. Timbul rasa iba dalam hatinya.Alex pun menatap Siska dengan sedih, entah mengapa Siska yang kena sialnya, seharusnya yang berbaring di atas tempat tidur rumah sakit, adalah Rumi bukan Siska."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Alex."Tidak tahu, aku pun baru tahu tentang kecelakaan ini, tadi pagi."
Biantoro menatap Rumi yang sedang tertidur nyenyak itu, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan semalaman Rumi bersama Alex. Apa yang telah mereka lakukan berdua di sini? Bagaimana bisa mereka berdua ada di sini? Apa mereka janjian? Berbagai pertanyaan ada di kepala Biantoro.Biantoro makin merasa kesal, dengan pikiran-pikiran nya itu. Seharusnya kemarin ia langsung menyusul Rumi ke rumah sakit ini.Apalagi jika dia tahu, ada Alex bersama Rumi. Kenapa juga Rumi tidak memberitahu jika dia bersama Alex? Apa mereka mau balikan lagi? Prasangka-prasangka buruk makin menyerah diri Biantoro."Awas saja, jika dia bangun nanti!" Ancam Biantoro pada Rumi.Perhatian Biantoro benar-benar fokus pada Rumi yang masih tertidur nyenyak itu, hingga kehadiran Alex pun tidak dia hiraukan."Bangunkan saja dia, jika kamu ingin bicara, apa tidak pegal terus seperti itu!" Ucap Alex, merasa jengah dengan sikap Biantoro yang terus menatap ke arah Rumi.Apa istimewanya Rumi, hingga Biantoro terus melihat nya tan