Share

147. Tak Mungkin Menghindar

Pintu ruangan terbuka. Perawat berdiri di sana, lalu berjalan mendekat pada Ardiansyah. Dia mengajak pria yang tampak sangat cemas itu bergegas masuk ke dalam ruangan. Arnon berdiri, mengikuti mereka dengan pandangan mata. Dia tahu, kondisi Ardan pasti gawat.

Arnon membalikkan badan, mencoba melihat ke dalam ruangan. Tidak begitu jelas, karena ada tirai dari kain sedikit transparan yang menghalangi. Dada Arnon berdegup kencang. Seperti yang Ardiansyah lakukan, Arnon pun mengucapkan doa. Dia memohon Tuhan menolong.

"Tuhan, kumohon ... tolong Ardan ..." Arnon tidak tahu, yang ada di hatinya bukan lagi benci dan marah pada kakak tirinya itu. Dia sangat takut jika benar Ardan pergi, papanya pasti akan hancur.

Belum sampai dua menit, terdengar tangisan keras dari Ardiansyah. Dia memanggil nama Ardan berulang kali. Arnon mengepalkan tangannya. Dia tahu, Ardan telah pergi. Tangis pilu Ardiansyah meratapi putra sulungnya. Tak bisa dibendung, titik air mata menggenang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status