Share

169. Tangis Pilu di Makam Nenek

Kedua mata Arnon tak berkedip. Fea mengatakan janji padanya, tidak akan pernah pergi, mereka akan selalu bersama. Arnon ingat, ingat sekali kejadian itu. Dia sedang sakit, merasa sedih, dan merasa sendirian, merasa tidak ada yang peduli.

Hanya Fea dan nenek yang mau memperhatikan dia. Itu yang dia rasakan. Karena itu Arnon meminta Fea untuk tetap bersamanya sampai kapanpun.

"Kamu janji?" Arnon memandang masih tanpa kedip.

"Iya, Arnon, aku akan terus sama kamu. Sampai tua, sampai kapanpun." Fea mengulang lagi janjinya.

Arnon menggenggam erat tangan Fea. Ada senyum kecil di sana, di ujung bibirnya. Perlahan, dia mulai bisa yakin wanita cantik yang selalu datang mengurusnya itu memang Fea. Wati terenyuh menyaksikan adegan itu. Butiran bening tak bsia dia tahan, dia menangis.

"Lalu nenek mana?" tanya Arnon, tidak mau dia lepaskan tangan Fea.

"Ayo kita duduk di situ." Fea mengajak Arnon duduk di kursi di dapur. Arnon menurut. Mereka duduk b

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status