Share

Bab 4. Raja Kembali

Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan. 

Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri. 

"Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya. 

"Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk. 

"Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah. 

Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau saja Ratu ada di sisinya mungkin cewek itu malu-malu dan salah tingkah. 

***

Di sekolah SMA Pelita, mobil mewah hitam mengkilat memasuki gerbang dan parkir dengan sederet mobil guru itu menjadi pusat perhatian siswa yang berseliweran. 

"Mobil siapa? Bagus banget. Pasti holang kaya!"

Raja dan Ares keluar dari mobil, Raja dengan kacamata hitamnya sedangkan Ares seragam yang rapi dan rambut basah karena keramas. Para siswi perempuan yang melihat itu pun memekik histeris melihat kegantengan nyata di depan mata. 

"Ayo res, ke ruang kepsek dulu," ajak Raja menyampirkan tas-nya di bahu. Dengan gaya jalan yang pelan dan terlihat cool, ia menjadi pusat pandangan para siswi yang tak bisa berkedip dan bergerak. 

Ares mengangguk. Rasanya tidak sabar bertemu sang adik setelah berpisah beberapa hari karena memang harus pindah dengan masalah biaya. 

Ratu yang baru sampai pun segera berlari kecil, hari Rabu ini adalah jadwal piketnya. 

"Jangan lari nak! Awas jatuh!" teriak Dirga khawatir, setiap Ratu berlari pasti berakhir dengan jatuh lalu sakit tapi tidak menangis, luka biasa saja dapat sembuh dengan sendirinya daripada luka hati yang lama tak bisa di sembuhkan. 

Tak mendengar nasehat Dirga, akhirnya Ratu terjatuh. 

"Aww, luka lagi," Ratu menatap lututnya yang berdarah. 

Mendengar suara Ratu saja membuat Raja tambah bersemangat. Raja menoleh, Ratu-nya terjatuh. 

"Kamu gak apa-apa? Sakit? Sini aku obatin ke UKS," Raja mengulurkan tangannya, Ratu mendongak dan diam. 

'Raja? Kok dia sekolah disini? Bagaiamana bisa tau kalau aku pindah?' batin Ratu bertanya-tanya. Padahal rencana pindahnya itu di sembunyikan dengan rapi dari pihak sekolahnya. 

"Dek? Ayo ke UKS aja. Lutut kamu berdarah gitu nanti infeksi," suara Ares membuat Ratu mengalihkan tatapan-nya. Kakak-nya juga ikut pindah? 

Ratu berusaha berdiri. Ia mengabaikan Raja dan Ares. Jalannya terseok sedikit, ringisan dan rasa perih itu Ratu tahan. Masa bodoh dengan kehadiran Raja dan Ares, mereka hanya ingin tau keberadaannya selain itu tidak ada. 

Di kelas, Ratu piket dengan Jenny dan Lisa. Tapi menyapu lebih lama karena Lisa mengajaknya bicara daripada Jenny yang selesai lebih dulu. 

"Gue denger ada dua cowok yang pindah sekolah kesini. Dia ganteng banget, yang satunya kaya tapi temennya biasa aja. Kalau gak salah hm namanya Raja dan Ares. Eh-tapi kok namanya cocok ya sama lo? Raja dan Ratu," Lisa memandangi Ratu curiga, di tatap seperti itu membuat Ratu gugup. Jangan sampai Lisa tau bahwa Raja masih pacarnya karena belum ada kata putus. 

Ratu memilih melanjutkan piketnya, Lisa terus saja membicarakan tentang siapa itu Raja dan Ares. Lisa juga mendukungnya agar berpacaran dengan Raja karena namanya sama-sama cocok. 

Di ruangan kepsek, Raja dan Ares selesai berbincang dengan pak Galuh. Raja meminta kelas sebelas Ips satu dan sang kepala sekolah menyetujuinya karena Raja akan menjadi donatur besar di SMA Pelita setelah menggeser posisi Andy. 

"Kita permisi dulu ya pak mau masuk kelas daripada terlambat sedikit kan gak baik," pamit Raja, pak Galuh mengangguk. Beliau memuji Raja yang sangat disiplin waktu. 

Kesan pertama masuk sekolah Pelita bagi Raja adalah lancar dan baik. 

Selama berjalan menuju kelas, para cewek-cewek pun mengikuti langkah Raja dan Ares. Menarik tangan keduanya, mengajak foto, atau berusaha memeluknya karena dua siswa baru yang sama-sama gantengnya subhanallah. 

Raja menyingkirkan tangan nakal itu dengan halus, ia harus tetap baik agar di kenal semua cewek sebagai predikat cowok baik. Demi Ratu, semuanya pasti akan kembali sesuai keinginannya. 

Ares, betapa merindukannya dengan sang adik. Memang tempat tinggalnya terpisah karena ini permintaannya sendiri yang ingin hidup mandiri tanpa harus menyusahkan kedua orang tuanya dan juga Ratu. Adiknya itu pekerja keras, tak pernah menyerah atau mengeluh capek sedikit pun. Rasanya Ares merasa gak enak selama ini dirinya jarang membantu Ratu berdagang.

Pak Alex yang melihat kerumunan cewek ramai dan sok baper itu heran. Ada siapa memangnya? Pasti cowok, tidak mungkin cewek dan cewek. 

Langkah pak Alex membelah kerumunan. Benar saja dugaannya ada dua siswa baru dengan seragam putih abu-abu yang masih baru? Aduh mbulet. Pak Alex menyapanya. 

"Siswa baru? Kelas apa ya kalau boleh saya tau?" tanya pak Alex penasaran, biasanya selalu berada di kelas unggulan Sains satu karena jumlah siswa yang sedikit, persaingan prestasi memang kuat. 

Raja mengangguk. "Iya pak, kita mau nyari kelas sebelas Ips satu dimana ya?" 

"Oalah, kalau iku gampang. Karena saya sendiri wali kelasnya. Ayo melu bapak biar tau kelasnya ndek endi," aksen campuran Jawa-Indonesia, pak Alex ramah dengan semua murid. Terkadang ia istirahat di kantin daripada ruang guru yang hening, mengobrol dengan murid-muridnya. 

Saat sampai di kelas, suasana yang tadinya ramai karena Lisa memberikan gosip cowok ganteng pindahan itu terdiam dan kaget. Ternyata yang di gosipin satu kelas. 

"Silahkan perkenalkan diri kalian."

Lisa menyikut Ratu yang masih sibuk mengerjakan tugas Ips dari pak Alex, meskipun berstatus siswi baru tapi yang namanya PR harus di selesaikan meskipun tidak tau daripada nanti di berikan hukuman. 

"Ratu, udah dong nulisnya. Tuh liat, gue gak tau mana yang namanya Raja. Kalau tebakan gue sih, yang pakai kacamata hitam. Soalnya cool, tinggi, dan mirip badboy gitu," Lisa mengamati cowok berkaca mata hitam, Raja. Memang cocok sesuai penilaiannya, ia juga tertarik. 

Ratu tak menggubrisnya. Ia tetap fokus menyalin tugas PR milik Lisa. Yang terpenting selesai saat ini juga. 

Tak ada tanggapan, Lisa menyembunyikan buku tulis Ips-nya dari Ratu. Seketika cewek itu berdecak kesal karena gagal menyalin tugas. Lisa menahan tawanya. 

"Lis, aku belum selesai. Cuman satu jawaban lagi. Nanti kalau pak Alex tau aku gak ngerjain PR gimana? Nanti di hukum Lis," pinta Ratu memelas, tapi reaksi Lisa malah terkekeh. 

"Halo, perkenalkan nama saya Raja Rajendra panggil aja Raja. Dan di sebelah saya Ares Wiguna, Ares. Kami pindahan dari SMA Permata. Saya harap bisa berteman baik dengan kalian," senyuman Raja tak bisa luntur, bagaimana tidak? Ia sudah menemukan objek yang di carinya yaitu Ratu yang kini menatapnya bingung. Ah, pasti pacarnya itu masih kaget. 

"Bentar, Wiguna? Kok namanya sama kayak Ratu?"

"Kalian itu siapa?"

Pertanyaan mengherankan dari beberapa cewek cowok itu berpikiran nama Ratu dan Ares sama. 

"Oh ya, satu hal lagi. Kalau Ares adalah kakak dari Ratu. Makannya nama Wiguna sama," Raja menjawab pertanyaan itu dengan jujur, biarlah semuanya tau. Karena di sekolah yang dulu, Ratu dan Ares saling tidak mengenal bahkan dekat sekali pun. Mereka tak menunjukkan identitas sebagai kakak-adik saat itu. 

Ratu menghela nafasnya, kalau sudah di ketahui pasti nantinya ia akan menjadi korban lagi. Ares, kakak-nya itu memiliki pesona menarik, pastinya kaum hawa manapun akan tertarik. 

Lisa terkejut. "Jadi-Ares itu kakak lo? Kenapa gak bilang daritadi! Kalau kayak gini kan enak bisa ngomong langsung sama adik ipar," goda Lisa, akhirnya mempunyai lampu hijau. 

Rose yang mengagumi Ares pun tersenyum. Ia tertarik, karena Ares cuek sama seperti dirinya. Tapi ia tidak sadar kalau ternyata Lisa juga saingannya. 

"Silahkan duduk di bangku belakang yang masih kosong itu ya," ucap pak Alex mempersilahkan Raja dan Ares duduk. 

Tempat duduknya pun tepat di belakang Ratu dan Lisa. Hati Raja senang? Iya, selain ada di hadapannya ia bisa mengganggu Ratu. 

"Ternyata dunia itu sempit ya? Bisa ketemu lagi sama pacar," Raja angkat bicara, matanya menatap Ratu yang ada di hadapannya. 

Merasa tersindir, Ratu mengabaikannya. Entah sampai kapan Raja itu mencintainya, padahal perasaannya dengan Raja sudah hilang setelah tau sisi gelap dan menyeramkan seorang Raja Rajendra. Memikirkan itu saja membuat Ratu bergidik ngeri. 

Raja tersenyum, ia tau apa yang harus di lakukan agar kekasihnya itu tau kerinduannya. 

"Res, gue pinjem kertas lo ya?" pinta Raja dengan santainya dan mendapatkan tatapan tajam dari Ares. Enak aja pinjam kertas, kalau pinjam perasaan terus gak di balikin? Sakit. 

"Maksud lo minta kertas? Masa pinjem kertas, kalau udah lo pake ada coretannya gue gak mau. Yang bener mana?" tanya Ares kesal, Raja selalu saja membingungkan pikirannya. Untung saja masih teman sejak masa SMP, kalau bukan teman sudah Ares hajar karena Raja mengusiknya. 

Raja terkekeh. "Minta, sorry salah ngomong. Sini, gue mau mengungkapkan kerinduan ini sama pacar gue yang ada di depan tuh," tunjuk Raja dengan dagunya, suaranya pun terdengar karena suasana kelas yang sepi. Tapi pak Alex tak menegurnya karena sebelumnya sudah tau siapa sebenarnya Raja Rajendra. 

Raja mulai menulis sajak puisi, Ratu menyukai puisi. 

Saat waktu mengizinkan berjumpa

Aku senang bisa memandangnya

Meskipun kamu pura-pura lupa

Tapi cintanya masih ada

Hai bidadari yang cantik

Senyumu masih melekat di hati

Mata indah yang lentik

Kamu milikku sampai mati

Dari Rajamu untuk Ratuku

"Sstt, lo yang di sebelah Ratu. Ini buat dia," Raja memanggil Lisa dengan lirih, cewek itu menoleh. 

Lisa mengangguk. "Tapi, harus ada imbalannya dong," tangan Lisa masih belum mau menerima kertas yang di sodorkan oleh Raja. Cowok itu berdecak, sedang kesal. 

"Imbalan apa? Uang? Mau berapa gue transfer sekarang. Nomor rekening lo?" 

Lisa menggeleng. "Bukan itu ganteng, tapi-" matanya melirik Ares yang fokus memperhatikan penjelasan materi Ips pak Alex. Aduh alamak! Di lihat dari dekat saja Ares gantengnya berkali-kali lipat. Inikah yang di namakan pandangan pertama?

Raja mengikuti arah pandangan Lisa, ternyata Ares. Jadi cewek itu menyukai Ares? 

"Res, lo di sukai sama nih cewek. Dia cinta sama lo," tunjuk Raja pada Lisa langsung to the point saja daripada mencintai dalam diam itu menyakitkan. 

Ares melirik sekilas. "Oh," sahutnya datar. 

'Cuek banget sih, adiknya aja gak. Kalau kayak gini jadi susah meluluhkan hati Ares,' batin Lisa kesal, sekali menaklukan hati yang membeku akan cair dengan orang tepat. 

"Imbalan macam apa itu? Gue gak mau gitu. Sini dulu," Lisa mengajak Raja agar mendekat, membisikkan sesuatu. Raja malah senyum dan mengatakan gampang. Lisa menghela nafasnya, gampang tapi Ares-nya cuek. 

"Nih, kasihkan ke Ratu. Jangan di baca karena itu bukan hak lo!" tegas Raja menasehati Lisa.

Ratu menerima kertas itu, Lisa menunjuk Raja agar tau darimana asal-muasal kertasnya. 

Ratu membacanya dengan serius, setelah selesai di bait terakhir, hatinya cemas, khawatir dan takut. Raja itu berlebihan. Tangannya menyobek kertas itu menjadi potongan kecil-kecil, tidak ada perasaan lega setelah Raja menyampaikan pernyataan rindunya. Sampai mati. Dua kata itu membangkitkan ketakutan-nya. Haruskah ia mengatakan hal ini pada kakak-nya? 

Ratu menggeleng, tidak itu bukan cara yang benar. Pasti Ares akan bertanya lebih. 

Melihat Ratu yang gelisah, Lisa pun tau dan peka. "Lo kenapa? Wajahnya pucet banget. Emang itu isinya apaan sih?" tanya Lisa kepo, ingin sekali ia baca tulisannya tapi Ratu merobeknya. 

"Jangan di robek dulu. Padahal tadi mau gue baca," ujar Lisa sedih, siapa tau tulisan itu gombalan. Kalau ia baca mungkin akan baper sendiri tanpa ada yang mau bertanggung jawab atas perasaan yang tidak ada kepastian-nya. 

"Gak penting," Ratu kembali fokus menulis poin penting dari materi yang di sampaikan oleh pak Alex. Ia harus siap selama dua tahun ke depan harus berurusan dengan Raja, lagi. 

***

Ratu keluar lebih dulu, di susul Lisa, Jenny, Jisoo dan Rose. Dan Ratu lupa tidak membawa dagangannya. 

Raja yang melihat itu memiliki ide cemerlang. Dengan membantu Ratu berdagang, cewek itu akan berterima kasih padanya dan merasa berhutang budi. Benar, Raja akan melakukannya. 

"Res, kita dagang di kantin. Adik lo lupa gak bawa ini," Raja mengambil wadah yang berisi pisang goreng, aromanya saja wangi jadi pingin makan. 

"Sampai habis dagangannya. Kasihan adik gue tiap hari melakukan ini sendirian," Ares merasa simpati, Ratu berkerja keras sendirian tanpa dirinya yang seharusnya membantu. 

Di kantin, Ratu panik karena dagangannya tertinggal di kelas. 

"Ya udah ambil aja sana. Kita sediakan tempat duduk spesial buat lo disini," ujar Lisa senang, tangannya menggenggam uang hijau. Siap memesan makanan. 

Ratu mengangguk. "Makasih banyak ya Lis? Habis dagang, aku gabung makan sama kalian."

Langkah Ratu kembali ke kelas, tapi di ambang pintu bertemu dengan Raja dan Ares. Mengejutkan lagi kalau Raja lah yang membawa dagangan-nya. 

***

Ngantuk banget nulis siang-siang gini ya. Mau makan tapi mau tidur ribet jadinya hehe. 

Updatenya lambat, karena aku nyobain nulis 2rb kata sebelumnya cuman mampu 1rb kata aja. Menantang sih.

12:09 siang.

See you-,

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status