Tepat hari ini, SMA Pelita mengikuti olimpiade tingkat provinsi yang setiap tahunnya di laksanakan satu tahun sekali. Ada beberapa dari SMA lain yang sebagai pesaing.
Seperti Raja saat ini di temani oleh Ares saja.
"Lo gak belajar dulu?" tanya Ares mengernyit, Raja sangat santai bahkan cowok itu sedari tadi hanya bermain games.
Raja menggeleng. "Gak ah, nih mumpung ada wifi gratis sikat aja lah. Lagian gue pasti menang kok," Raja sangat percaya diri bisa mengalahkan Andy dengan mudahnya.
"Yakin?" Ares ragu, meskipun Raja sangat pintar dan tak perlu di ragukan lagi kecerdasannya dalam bidang akademik.
Raja mengangguk mantap. "Yakin. Dan lo jangan nonjok gue lagi. Udah bikin taruhan sama Andy kalau yang menang bakalan dapetin Ratu," matanya sama sekali tak bisa beralih dari game favoritnya, meskipun begitu ia tetap berkosentrasi walaupun Ares mengajaknya berbicara.
Ares sebenarnya tidak terima jika adiknya d
Di kantin, bukannya makan tapi fokus Raja menatap Andy yang selisih beberapa tempat duduk itu. Apalagi nama Ratu yang disebut-sebut serta dukungan dari Gerald dan Paijo."Pokoknya lo semangat aja deh perjuangin Ratu lagi," Paijo menyemangati, kali ini ia tidak mengunyah makanan karena pesanan-nya belum datang.Ares menyodorkan es teh dingin untuk Raja. "Minum dulu yang seger. Jangan emosi terus," ujarnya menasehati.Raja menoleh. "Gue gak suka Ratu balik lagi sama dia res. Ratu masih pacar gue," bantah Raja tak terima, bahkan dirinya belum memutuslan sendiri hubungannya dengan Ratu. Dan Ratu masih berstatus sebagai kekasihnya begitu pikir Raja."Gak suka lo bilang?" tanya Ares membeo. Telinganya salah dengar dengan apa yang Raja katakan. Cinta darimana kalau Raja menerima Fafa dengan mudahnya?"Terus Fafa siapa lo? Cewek mainan? Atau simpenan doang?" tanya Ares menusuk, tidak suka rasanya adiknya sendiri di permainkan
Setelah sampai di rumah, Ratu memandangi ponselnya. Apakah ada notifikasi dari kekasihnya itu?"Apa aku chat duluan aja ya?" pikirnya, tapi hatinya gengsi. Ratu menggeleng, ia tidak tau harus mengatakan apa.Ting!Satu notifikasi pop-up membuat jantung Ratu berdegup kencang. Hanya satu kata saja sangat bermakna bagi perasaannya yang masih ada meskipun pernah di sia-siakan sebentar lalu kembali lagi.He is mineKangen19:00AndaTadi kan udah ketemu sama kamu. Besok juga sekolah kan? Jadi bisa ketemu lagi19:01"Makannya daritadi ibu panggil di suruh makan malah senyum liatin hp. Chat sama siapa ya?" Kartika tiba-tiba datang, ia mengintip tampilan chat Ratu tapi anaknya itu mematikan ponselnya."Apa? Oh tadi aku gak kedengeran bu. Lagian kan diluar lagi hujan deras banget," kilahnya. Hujan deras memang pas buat alasan.Kartika mengangguk, faham saja lah. Ia tau Ratu berbohong
"Lo tau gak sih kalau Andy balikan lagi sama Ratu?" tanya Moza sambil memakan mie ayamnya yang sudah dingin itu. Gosip sekecil ini tentu mudah ia ketahui. Karena ia juga punya orang dalam yang memantau Ratu dan Andy.Fafa mengernyit, sedikit tertarik dengan apa yang Moza katakan. Balikan? Cepat sekali cowok itu melupakannya setelah kemarin masih mencintainya berbalik membencinya?"Emang lo punya bukti?" Fafa tidak percaya begitu mudahnya. Karena ia pikir Andy pasti masih mencintainya meskipun terbalut rasa benci yang mendominasi sekaligus amarah dan tatapan sinis setiap kali Fafa menatap mata berhazel coklat terang itu."Nanti lo bakalan liat sendiri. Tapi, pakai cara ini. Sini biar gue bisikin," Moza terbesit ide cemerlang untuk memaksa Ratu agar mengakui statusnya saat ini. Gadis polos itu pasti tak akan angkat bicara dengan mudahnya kalau bukan dengan paksaan.Fafa tersenyum senang. "Bagus juga rencana lo. Jangan sampai ada yang tau."
Fafa menatap seseorang yang dulunya spesial kini tidak apa-apanya. Tatapannya dingin kehangatan itu seolah sirna di terpa oleh debu bersama anginnya. Fafa merasa kehilangan orang yang sangat di cintainya.Bahkan sekarang Fafa berani pindah tempat duduk dan bertukar posisi dengan Gerald meskipun negoisasinya itu di tolak mentah-mentah kalau Fafa tidak menyodorkan beberapa lembar uang merah."Tinggalin dia. Kamu balik lagi sama aku ya?" Fafa sedikit memohon, sama saja meminta lagi apa yang telah di buang dan merasa sia-sia padahal kehadiran Gio terasa kurang cukup baginya. Terlalu berlebihan dalam sebuah pilihan memang.Andy menoleh. "Gak, lagipula dia itu selalu ada. Pasti sebelumnya masih sama dia kan?" hanya ingin meminta kejujuran dari mulut Fafa langsung daripada orang lain yang akan menimbulkan rasa sakit hati begitu hebat.Fafa menggeleng lemah meskipun itu benar dan tak bisa di tutupi dengan kebohongan, namun sudah terlanjur
Kartika selesai menyiapkan sarapan di meja makan. Dirga sudah anteng dan duduk manis siap menyantap makanan. Tapi kurang lengkap tanpa adanya Ratu."Dia udah bangun? Gak sekolah?" Dirga mulai mencolek tempe dengan sambal terasi, sangat cocok memang.Kartika berdecak. "Aku lupa gak bangunin dia. Awas aja ya kalau nego tambah jam tidur," Kartika melangkah menuju kamar putri semata wayangnya."Jam segini masih tidur. Ratu! Bangun! Udah jam enam! Kalau gak niat sekolah sekalian aja jualan sama bapak!" suara Kartika menggema sampai Ratu berdiri tegap, matanya terbuka secara paksa."Ibu, aku masih ngantuk. Lima menit deh," Ratu bernegoisasi. Rambutnya berantakan, wajah bantalnya mungkin membuat para cowok som gombal klepek-klepek."Gak seneng bisa pindah ke sekolah baru? Itu sekolah gede banget, luas, cuman orang-orang kaya yang sanggup sekolah disana. Kamu masih beruntung bisa dapat beasiswa. Jangan males-malesan, cepet cuc
Paijo memberikan uang lima ribu. "Tiga ya. Nama kamu siapa?" tanya Paijo lembut dan tenang, sifat playboy-nya kumat lagi.Ratu menoleh. "Ratu. Lis, ini pisang gorengnya tiga. Nih kembaliannya," seperti biasa Ratu memang ramah pada semua pelanggan entah cogan atau cecan.Lisa mengambilkan tiga pisang goreng. "Salam ke Gerald ya. Pingin minta nomornya, boleh gak? Gue kasih bonus satu pisang goreng deh," Lisa membujuk Paijo dengan siasat negoisasi, karena sifat Gerald yang sebelas duabelas tigabelas sama dengan Andy sangat cuek dan irit bicara.Paijo tampak berpikir. "Tapi tambahin dua. Gue juga mau dong pisang goreng. Huh lo tau kan kalau Andy gak akan ngasih satu biji pun ke gue malah di suruh beli sendiri," curhatnya pada Lisa, setidaknya lega daripada diam dan nanges di pendam sendiri.Lisa mengangguk. "Iya deh. Cepet nomernya," Lisa langsung siap-siap mengetik nomor Gerald di hp canggihnya dengan apel tergigit setengah.
"Namaku pak Dirga. Kalau kamu nak?"Andy tersenyum. "Andy. Senang bisa berkenalan dengan bapak," kalau sudah mengenal orang tuanya, ia bisa leluasa mendekati Ratu.Fafa yang melihat keduanya berinteraksi mendengus kesal. 'Ngapain juga harus kenalan sama bapaknya? Ih, bisa gak sih tadi Ratu gak usah bareng aja? Bikin kesel! Gara-gara dia jadinya aku duduk di belakang yang panas dan gerah,' batinnya melirik Dirga tak minat, kehadiran pria itu membuatnya sumpek.Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ratu, Dirga Andy dan keluar saling mengobrol sedangkan Fafa tetap stay safe di dalam mobil tak mau turun."Mari mampir nak. Ngeteh sebentar, di rumah lagi sepi. Ibu di kebun ambil pisang," ujar Dirga menawari Andy mampir, cowok itu menolaknya ya mengantarkan Fafa pulang daripada gadis itu rewel."Tidak perlu pak. Saya ingin mengantarkan Fafa pulang. Lain waktu saja. P
Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan.Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri."Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya."Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk."Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah.Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau