Share

Andyp
Andyp
Author: Hikmdr

Bab 1. Topi Untuk Ratu

Kartika selesai menyiapkan sarapan di meja makan. Dirga sudah anteng dan duduk manis siap menyantap makanan. Tapi kurang lengkap tanpa adanya Ratu. 

"Dia udah bangun? Gak sekolah?" Dirga mulai mencolek tempe dengan sambal terasi, sangat cocok memang. 

Kartika berdecak. "Aku lupa gak bangunin dia. Awas aja ya kalau nego tambah jam tidur," Kartika melangkah menuju kamar putri semata wayangnya. 

"Jam segini masih tidur. Ratu! Bangun! Udah jam enam! Kalau gak niat sekolah sekalian aja jualan sama bapak!" suara Kartika menggema sampai Ratu berdiri tegap, matanya terbuka secara paksa. 

"Ibu, aku masih ngantuk. Lima menit deh," Ratu bernegoisasi. Rambutnya berantakan, wajah bantalnya mungkin membuat para cowok som gombal klepek-klepek. 

"Gak seneng bisa pindah ke sekolah baru? Itu sekolah gede banget, luas, cuman orang-orang kaya yang sanggup sekolah disana. Kamu masih beruntung bisa dapat beasiswa. Jangan males-malesan, cepet cuci muka doang. Ibu siapin bekal aja terus capcus berangkat," omel Kartika panjang lebar seperti tak ada jeda dan titik koma. 

Selesai berganti dengan seragam putih abu-abunya, Ratu siap berangkat ke sekolah. Tapi ia juga harus membawa dagangannya. Menjual pisang goreng sudah kesehariannya. 

"Tuh, jangan lupa dagangannya di bawa. Masih anget, di jamin gurih deh. Bakalan laris disana, ibu doain. Nih bekalnya," Kartika mengulurkan kotak bekal biasa tanpa ada gambar atau motif itu pada Ratu, hanya nasi dengan lauk udang goreng dan tempe. 

Ratu salim pada Kartika. "Bu, aku berangkat dulu sama bapak," pamitnya. 

Kartika mengangguk. "Iya hati-hati di jalan ya."

Berangkat sekolah selalu bersama dengan Dirga, hanya menaiki sepeda motor. 

"Bisa ngebut dikit gak pak? Aku takut telat, kan hari ini lagi upacara," Ratu tak sabaran, ia tak mau di hukum. 

Dirga mengangguk. "Tapi gak terlalu ngebut. Yang penting kamu sampai," mau bagaimana pun juga jalanan sudah ramai, mengebut sama saja menghilangkan nyawa.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit akhirnya sampai juga di sekolah SMA Pelita. Sekolah elite yang hanya di huni oleh holang kaya. 

Dirga yang melihat sekolah baru anaknya itu kagum. "Wah gede banget ya sekolahannya. Pasti jualannya bakalan habis, laris manis deh. Eh? Oalah udah pergi toh," Dirga tak mendapati Ratu, anaknya itu sudah berlari memasuki gerbang sekolah dengan terburu-buru. 

Ratu mencari kelasnya, 11 Ips 1. Untung saja ia tidak terlambat, tapi semua siswa sudah bersiap akan mengikuti upacara. 

"Akhirnya ketemu juga, ini kelasnya," langkahnya memasuki kelas, matanya mencari bangku yang masih kosong. Ah, paling belakang di pojok kanan dekat jendela. Kalau begini ia bisa mengantuk. 

Ratu meletakkan tas dan dagangannya di meja. 

"Eh, lo anak baru?" tanya seorang cewek berambut pirang dengan dandanan menornya. Namanya Jenny. 

Ratu menoleh. "Iya. Aku pindahan," bingung mau bicara apalagi, karena sebelumnya ia tak pernah akrab dengan siapapun kecuali sahabatnya, Cica. 

"Pantesan bajunya kok putih banget. Berarti baru nih," ucap Lisa sangat tau perbedaan baru dengan yang lama. 

"Itu bawa apa?" tanya Jisoo penasaran. "Kok baunya enak banget, pasti makanan kan bukan mantan?" matanya menyipit, menggoda anak baru itu. Karena baunya makanan siapa tau ia di kasih duluan. 

"Nanti aja ya, sekarang ayo upacara. Daripada nanti di hukum," jawab Ratu dengan logat Jawanya. Entah bagaimana ia bisa akrab secepat ini.

"Oh, yaudah. Ayo deh bareng sama kita," ajak Rose yang paling kalem. Banyak cowok yang suka dengannya. 

Di halaman sekolah, semuanya sudah berkumpul dengan barisan yang rapi. Tak ada yang berusaha ingin meneduh di bawah pohon karena OSIS sendiri yang turun tangan mengarahkan barisannya. 

"Kalian disini aja," salah satu OSIS menunjuk barisan di depannya yang masih kosong. 

"Gue baru inget! Lo kenapa gak pakai topi?" tanya Jenny lirih, kalau keceplosan mungkin OSIS itu akan menghukumnya. 

Ratu terkejut. "Aku lupa. Terus gimana dong? Kalau ada guru yang liat aku gak pakai topi, pasti di hukum terus di panggil ke depan," pikiran negatifnya tentang bayangan bagaimana di hukum dan di lihat oleh semua siswa. 

"Pakai topi ku aja. Biar aku yang di hukum," sahut seorang laki-laki di sebelah kirinya. Ratu sempat terpana tapi ia menerima topi itu. 

"Kalau kamu di hukum? Aku gak mau, mending kita di hukum bareng-bareng aja," tukasnya merasa tak enak, cowok itu sudah mau berkorban seharusnya di hargai bukan mencuekinya, hm. 

"Gak apa-apa. Jangan berisik, nanti ketauan OSIS," telunjuknya mengarah ke bibir menyuruh diam. 

"Baguslah kalau ada yang ngasih-eh lo beruntung banget bisa dapet topinya Andy," Lisa yang suka gosip pun mendekat berbisik pada Ratu. 

"Nanti, kita kenalan ya? Belum tau nih namanya," ujar Jenny di sebelah Ratu. 

Upacara berjalan dengan khidmat, tibalah saatnya sang kepala sekolah menyampaikan hal penting yang sangat lama. 

"Setiap harinya, selalu saja ada yang tak memakai atribut lengkap. Di gerbang satu dan dua, banyak sekali yang tak memasukkan seragamnya bagi laki-laki. Dasi lupa, topi lupa, hasduk lupa, sabuk juga lupa. Apa kalian tidak takut? Di buku ketertiban atribut tidak lengkap dengan poin 1,5 meskipun sedikit kalau kalian mengumpulkannya terus akan jadi banyak. Kalau-" matanya menyipit, melihat satu siswa laki-laki yang tidak memakai topi. "Itu yang di bekakang gak pakai topi, silahkan maju ke depan."

Sontak perhatian semua siswa beralih menoleh ke belakang, ingin tau siapakah itu. 

Andy melangkahkan kakinya maju ke depan, saatnya di berikan hukuman dan menjadi pusat perhatian siswa SMA Pelita. 

Sang kepala sekola hanya geleng-geleng. "Kamu itu beprestasi, selalu juara di bidang olahraga. Tapi baru kali ini saya lihat kamu gak memakai topi. Apa alasannya lupa?"

Andy menggeleng. "Hilang pak, saya akan beli lagi di koperasi nanti."

"Berdiri disini sampai upacara selesai. Jangan di ulangi lagi, ini adalah peringatan pertama," tegas sang kepala sekolah, tidak di hukum karena Andy siswa berprestasi baru melanggar satu tata tertib dan masih bisa di maafkan. 

"Eh, lo tau gak? Kalau-" ucapan Lisa terhenti ketika Jenny menarik rambutnya dan ber-sstt untuk diam. 

"Ck, gak asik banget lo Jen," gerutu Lisa kesal, ia kembali mendengarkan wejangan panjang dari kepala sekolah.

***

Di kelas, Jisoo sangat kepo dengan apa yang di bawa Ratu. Dengan sedikit paksaan dan memohon, akhirnya di bukalah wadah itu yang ternyata berisi pisang goreng yang masih gurih dan hangat. Yang jago goreng siapa? Yo Kartika. 

"Lo jualan?" tanya Jenny masih heran, karena baru kali ini ada yang mau berjualan di sekolah. Semua warga SMA Pelita itu kalangan holang kaya, parkiran terdapat mobil yang apik dan mengkilat. 

Ratu mengangguk. "Oh ya, namaku Ratu Wiguna. Ratu," ia mengulurkan tangannya. 

"Jenny, kalau yang gosip daritadi itu Lisa. Doyan makan Jisoo, kalau yang kalem Rose," ucap Jenny menjelaskan identitas ketiga temannya. 

"Kok kayak personel BlackPink ya?" Ratu menggaruk kepalanya yang asli gatal beneran. 

"Karena orang tua kita itu sahabatan, jadi pas kita lahir sekalian pakai nama BlackPink," sahut Lisa menjawab pertanyaan Ratu dengan ceria. 

Ratu hanya mengangguk, unik juga. "Tadi, kamu mau ngomong apa Lisa? Kan Jenny marahin kamu gak boleh ngobrol pas upacara."

Lisa menarik tangan Ratu, memilih berbicara di pojok kelas karena ini rahasia daripada Jenny nanti cemburu, cewek itu juga menyukai Andy. 

"Yang tadi ngasih lo topi, itu namanya Andy Prayoga, panggil Andy. Dia kapten futsal, keren banget deh pas lagi main. Tapi, sayangnya dia udah punya pawang. Lo jangan deket dia dulu, karena ceweknya itu tukang ngadu plus cengengnya ampun bang jago," Lisa menceritakan panjang lebar, menggebu dan sangat serius. Soal gosip ia akan paling bersemangat. 

"Tapi, dia juga ketos. Selama ini dia gak pernah melanggar aturan sekolah. Kenapa rela ngasih topinya ke lo ya?" Lisa tampak berpikir, kenapa tidak di kasih ke dirinya saja ya? 

"Kalau boleh tau nama pacarnya siapa?" tanya Ratu mulai kepo, pasti ketularan keponya Lisa. 

Lisa berbisik. "Aswdfgkmneop. Nah, itu namanya."

Ratu mengangguk. "Kamu mau beli? Masih anget sih hehe kalau dingin kan gak enak," ujung-ujungnya juga menawarkan dagangan. 

"Boleh, gue beli limaribu deh. Gak ada gorengan lain?"

"Selamat pagi," seorang guru memasuki kelas. Saatnya pelajaran pertama di mulai. 

"Nanti aja ya kalau istirahat," Ratu kembali menutup wadahnya, meletakkannya di bawah. 

Lisa berdecak, padahal perutnya lapar. "Iya deh," ujarnya lesu tak bersemangat, lupa sarapan. 

"Eh? Ada anak baru ya? Ayo perkenalkan dirimu dulu. Tak kenal gak mau sayang, kalau udah kenal sayangnya nambah. Hehe jago banget kan gombalan bapak?" tanya pak Tampan percaya diri, seisi kelas tak ada yang menjawabnya biarkan saja berkarya dengan rayuannya. 

Ratu maju ke depan, kalau semuanya tau ia siapa mungkin akan menjauh dan tak ingin berteman. 

"Halo, namaku Ratu Wiguna. Ratu, pindahan dari SMA Bangsa," dengan senyuman singkat, lagipula buat apa menjelaskan secara detail siapa dirinya? 

"SMA Bangsa? Itu kan sekolah buat orang gak punya. Kok lo bisa masuk kesini, punya uang?"

"Pasti anak beasiswa."

"Gak peduli, mau anak beasiswa atau gak dia tetap teman kita," sahut Lisa, sebutlah dia cantik dan pemberani. 

"Beneran lo Lis? Mending gue daripada dia," sahut yang lain tidak suka. 

"Sudah, silahkan duduk. Kita mulai pelajarannya, buka halaman 35."

Di halaman sekolah, Andy menyapu dedauan yang jatuh berserakan. Sendirian? Tidak, ada Fafa yang menemaninya bahkan cewek itu sudah beli minuman dingin di kantin tadi. 

"Cepetan dong nyapunya, panas banget nih. Aku gak mau gosong sayang," rengek Fafa, ia meneduh di bawah pohon mangga, jadi pingin makan mangga aku. 

"Kalau kamu gak ikhlas nungguin aku, balik aja ke kelas sana. Daritadi ngomel terus, telingaku bisa budeg tau!" sahut Andy marah, sudah berapa kali Fafa mengucapkan takut gosong, panaslah itu ini, ia capek mendengarnya. 

"Aku ikhlas kok nungguin kamu," elak Fafa, ia mau menemani suka duka canda tawa sedih seneng bete marah. Asalkan selalu berada di sisi kekasihnya itu. 

Akhirnya selesai juga, hukuman ringannya hanya menyapu halaman. Selesai, bisa mengikuti pelajaran. 

"Ayo balik ke kelas, gak usah bolos atau cari alesan," ajak Andy, sebagai ketos tentu memberikan contoh yang baik kan?

"Beibs! Minum dulu! Kamu gak haus?" Fafa menyamai langkah Andy yang terburu-buru. "Itu di lap dulu keringetnya. Berhenti dong beb, sini."

Andy menghentikan langkahnya. "Cepetan, gak usah lama-lama," ketusnya, tangannya meraih botol dingin dari Fafa meneguknya habis. Panas-panas memang minum yang dingin itu seger. 

"Nih, buang ke tempat sampah," Andy memberikan botol kosong itu kepada Fafa, ia melangkah pergi. Mungkin sedikit terlambat 15 menit karena hukuman tadi. 

"Sayang! Ihh kok aku di tinggal sih?" tapi Fafa juga menurut membuang botol itu ke tempat sampah yang memang seharusnya. 

***

Kriingg..kriingg.

Bel istirahat berbunyi, kantin atau perpustakaan. Tapi Ratu tentu memilih kantin karena ia juga harus jualan. 

Di bantu dengan Lisa dan Jenny, sedangkan Jisoo dan Rose makan bakso pedas. 

Lisa tugasnya berteriak sana-sini, Jenny melayani pembeli membungkuskan pisang gorengnya, dan Ratu menghitung uangnya. 

"Ayo! Ayo! Pisang goreng seribuan! Nanti di kasih permen sama Jenny deh bonusnya!" teriak Lisa lantang, seisi kantin menatapnya heran tapi ada beberapa juga yang mau beli, permen manis lumayanlah menghilangkan rasa pahit yang pernah ada. 

"Serius lo Lis? Permen apa? Gue minta paling banyak deh. Pisang gorengnya lima ya!"

"Jenny! Mana permennya? Gue udah beli nih," tagih salah satu cowok, tangannya menengadah. 

Jenny berdecak. "Nih! Bacot lo. Makannya beli sendiri!" ketus Jenny, ia sama judesnya dengan Rose sekali di ganggu siap-siap sakit hati, sabar ya tenang sama kok. 

"Gak nyampe lima menit pisang goreng lo habis!" pekik Lisa bangga. Akhirnya skill dagangnya sudah pro, tak perlu di ragukan. 

"Itu ada apa sih rame banget?" tanya Gerald memakan siomay-nya yang sudah dingin, makan yang panas itu kurang enak bikin lidah sakit sama seperti hati. 

"Katanywa adwa ywang jwal piswang gorweng," jawab Paijo masih mengunyah mie ayam-nya, sangat kesulitan untuk bicara apalagi jujur dan apa adanya. Asek ya gak?

"Siapa?" tanya Andy penasaran. 

Fafa menyuapkan lagi cilok kepada Andy. Biarlah semuanya tau kalau ketos tampan di sampingnya ini adalah kekasihnya diriku dan simpanan dirinya, judul film apa sih?

"Sayang, aaaa aku cuapiin sini. Buka mulutnya dong," nadanya di buat-buat manja. Tapi Andy menerimanya. 

"Jo, beliin pisang gorengnya ya? Tiga aja. Cepetan! Nanti keburu habis!" sudah lama ia tak mencicipi gorengan, kantin hanya menjual makanan enak dan sedikit berkelas. 

"Ywang juwalan itwu anwak barwu," tambah Paijo sebelum pergi beli pisang goreng. Masih sempat-sempatnya makan. 

"Anak baru?" Andy berpikir sejenak, ia jadi ingat dengan cewek yang di sebelahnya saat upacata tadi. Tidak memakai topi. 

"Jo! Sekalian tanya namanya siapa!" teriaknya lagi sebelum Pajio jauh dan pendengarannya budeg. 

Paijo hanya mengacungkan jempolnya. Bagus, harus tau namanya siapa. 

"Sayang, kenapa beli pisang goreng sih? Kan kamu bisa habisin ini dulu. Inget, kamu itu orang kaya. Jangan makan-" ucapan Fafa tersela oleh Gerald malah menceramahinya. 

"Emang kenapa kalau Andy makan itu? Lagian juga gak mati, masih sehat. Selagi itu makanan halal kenapa gak? Kalau haram, baru gak boleh karena darisitu semua doa-doa gak di Ijabah sama Allah," tutur Gerald memberikan wejangan pada Fafa, kasih faham bos!

Fafa berdecak kesal. "Nyaut aja lo! Makan ya makan aja, gak usah ngomong!" Fafa emosi memang Gerald tidak menyukainya, sedangkan Paijo hanya bodoamat-an. 

"Jangan ribut, bikin gue bete aja. Kamu gitu Fa, jangan menilai makanan dengan gampang. Terserah aku mau makan apa. Kamu itu masih pacar, bukan istri," kata-katanya itu sangat pedas, Fafa pun menunduk, tau kan? Sedih dan akhirnya nanges. 

Karena tak kuat di marahi, Fafa menangis. Tapi mau bagaimana pun juga, Fafa itu pacar. Andy menenangkannya. 

"Udah, jangan nangis. Gak usah cengeng. Nih, lap sendiri," Andy mengulurkan tisu pada Fafa. Jangan harapkan seperti adegan romantis dimana sang cowok mengusap air mata cewek dengan tangan atau sapu tangan, kok ruwet ya? Pokoknya begitu, ini beda!

Fafa meraih tisu itu kasar. 'Gak pernah bisa romantis! Tapi aku tambah cinta,' batinnya tak bisa mengelak, sudah terlanjur cinta monyet-monyetan. 

Gerald hanya tersenyum melihat itu. 'Kalau pun nanti putus sama Fafa. Siapa ya yang bakal bisa ngeluluhin sifat cueknya?' batinnya kepo banget, siapa tau kan bisa putus? Ayo doain biar Fafa cepet minggat dari Andy. 

***

Author Hikmdr nulis scene ini be like: Tangan gatel, teriak kesel, bete akut, gigit roti, ngetiknya ngebut kayak gak ada beban pas buat curhat. 

7:05 pagi. 

See you readers-,

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status