"Lo tau gak sih kalau Andy balikan lagi sama Ratu?" tanya Moza sambil memakan mie ayamnya yang sudah dingin itu. Gosip sekecil ini tentu mudah ia ketahui. Karena ia juga punya orang dalam yang memantau Ratu dan Andy.
Fafa mengernyit, sedikit tertarik dengan apa yang Moza katakan. Balikan? Cepat sekali cowok itu melupakannya setelah kemarin masih mencintainya berbalik membencinya?
"Emang lo punya bukti?" Fafa tidak percaya begitu mudahnya. Karena ia pikir Andy pasti masih mencintainya meskipun terbalut rasa benci yang mendominasi sekaligus amarah dan tatapan sinis setiap kali Fafa menatap mata berhazel coklat terang itu.
"Nanti lo bakalan liat sendiri. Tapi, pakai cara ini. Sini biar gue bisikin," Moza terbesit ide cemerlang untuk memaksa Ratu agar mengakui statusnya saat ini. Gadis polos itu pasti tak akan angkat bicara dengan mudahnya kalau bukan dengan paksaan.
Fafa tersenyum senang. "Bagus juga rencana lo. Jangan sampai ada yang tau."
Fafa menatap seseorang yang dulunya spesial kini tidak apa-apanya. Tatapannya dingin kehangatan itu seolah sirna di terpa oleh debu bersama anginnya. Fafa merasa kehilangan orang yang sangat di cintainya.Bahkan sekarang Fafa berani pindah tempat duduk dan bertukar posisi dengan Gerald meskipun negoisasinya itu di tolak mentah-mentah kalau Fafa tidak menyodorkan beberapa lembar uang merah."Tinggalin dia. Kamu balik lagi sama aku ya?" Fafa sedikit memohon, sama saja meminta lagi apa yang telah di buang dan merasa sia-sia padahal kehadiran Gio terasa kurang cukup baginya. Terlalu berlebihan dalam sebuah pilihan memang.Andy menoleh. "Gak, lagipula dia itu selalu ada. Pasti sebelumnya masih sama dia kan?" hanya ingin meminta kejujuran dari mulut Fafa langsung daripada orang lain yang akan menimbulkan rasa sakit hati begitu hebat.Fafa menggeleng lemah meskipun itu benar dan tak bisa di tutupi dengan kebohongan, namun sudah terlanjur
Kartika selesai menyiapkan sarapan di meja makan. Dirga sudah anteng dan duduk manis siap menyantap makanan. Tapi kurang lengkap tanpa adanya Ratu."Dia udah bangun? Gak sekolah?" Dirga mulai mencolek tempe dengan sambal terasi, sangat cocok memang.Kartika berdecak. "Aku lupa gak bangunin dia. Awas aja ya kalau nego tambah jam tidur," Kartika melangkah menuju kamar putri semata wayangnya."Jam segini masih tidur. Ratu! Bangun! Udah jam enam! Kalau gak niat sekolah sekalian aja jualan sama bapak!" suara Kartika menggema sampai Ratu berdiri tegap, matanya terbuka secara paksa."Ibu, aku masih ngantuk. Lima menit deh," Ratu bernegoisasi. Rambutnya berantakan, wajah bantalnya mungkin membuat para cowok som gombal klepek-klepek."Gak seneng bisa pindah ke sekolah baru? Itu sekolah gede banget, luas, cuman orang-orang kaya yang sanggup sekolah disana. Kamu masih beruntung bisa dapat beasiswa. Jangan males-malesan, cepet cuc
Paijo memberikan uang lima ribu. "Tiga ya. Nama kamu siapa?" tanya Paijo lembut dan tenang, sifat playboy-nya kumat lagi.Ratu menoleh. "Ratu. Lis, ini pisang gorengnya tiga. Nih kembaliannya," seperti biasa Ratu memang ramah pada semua pelanggan entah cogan atau cecan.Lisa mengambilkan tiga pisang goreng. "Salam ke Gerald ya. Pingin minta nomornya, boleh gak? Gue kasih bonus satu pisang goreng deh," Lisa membujuk Paijo dengan siasat negoisasi, karena sifat Gerald yang sebelas duabelas tigabelas sama dengan Andy sangat cuek dan irit bicara.Paijo tampak berpikir. "Tapi tambahin dua. Gue juga mau dong pisang goreng. Huh lo tau kan kalau Andy gak akan ngasih satu biji pun ke gue malah di suruh beli sendiri," curhatnya pada Lisa, setidaknya lega daripada diam dan nanges di pendam sendiri.Lisa mengangguk. "Iya deh. Cepet nomernya," Lisa langsung siap-siap mengetik nomor Gerald di hp canggihnya dengan apel tergigit setengah.
"Namaku pak Dirga. Kalau kamu nak?"Andy tersenyum. "Andy. Senang bisa berkenalan dengan bapak," kalau sudah mengenal orang tuanya, ia bisa leluasa mendekati Ratu.Fafa yang melihat keduanya berinteraksi mendengus kesal. 'Ngapain juga harus kenalan sama bapaknya? Ih, bisa gak sih tadi Ratu gak usah bareng aja? Bikin kesel! Gara-gara dia jadinya aku duduk di belakang yang panas dan gerah,' batinnya melirik Dirga tak minat, kehadiran pria itu membuatnya sumpek.Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ratu, Dirga Andy dan keluar saling mengobrol sedangkan Fafa tetap stay safe di dalam mobil tak mau turun."Mari mampir nak. Ngeteh sebentar, di rumah lagi sepi. Ibu di kebun ambil pisang," ujar Dirga menawari Andy mampir, cowok itu menolaknya ya mengantarkan Fafa pulang daripada gadis itu rewel."Tidak perlu pak. Saya ingin mengantarkan Fafa pulang. Lain waktu saja. P
Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kecepatan standar akan menuju sekolah SMA Pelita. Mobil Raja, akhirnya setelah rindu beberapa hari yang tertahan bisa di obati dengan sebuah pertemuan.Raja juga berangkat dengan Ares, tapi cowok itu memilih duduk di belakang. Lebih nyaman dan enak untuk menyendiri."Ratu kelas apa? Biar nanti bisa satu kelas sama dia. Pingin jagain dari deket," Raja membuka obrolan, beberapa menit terdiam karena Ares tak menggubrisnya."Res? Lo tidur? Kok gak jawab?" tanya Raja heran, gumaman malas dari Ares membuatnya tau bahwa temannya itu masih mengantuk."Jojo bilang Ratu kelas sebelas Ips satu. Emang lo mau masuk sosial? Biasanya juga males karena ada sejarah," Ares berujar dengan lesu, matanya sayu ingin terpejam tapi di tahan karena mau ke sekolah.Raja mengangguk. Ia hampir saja lupa. "Oh, gak apa-apa asalkan tiap hari bisa liat bidadari cantik turun dari mata ke hati," gombal Raja. Kalau
"Itu dagangan aku kenapa sama kamu? Sini gak!" Ratu berusaha meraihnya namun Raja malah bermain-main dengan meninggikan sedikit wadah dagangan-nya itu. Dasar Raja! Mentang-mentang tinggi ia tak bisa mencapainya. Ares hanya diam. Tidak mau ikut campur. Selagi Raja tidak menyakiti hati Ratu itu tak masalah. Raja terkekeh, matanya mengamati setiap inchi wajah Ratu yang kini kesal dengan bibir mengerucutnya. Raja merekam setiap bentuk wajah Ratu untuk di ingat dalam pikirannya, bisa di ulang saat rindu. "Aku bantuin kamu dagang boleh?" tanya Raja, selain itu ia ingin lebih dekat dengan Ratu, kekasihnya. Ingat, belum ada kata putus. Ratu menggeleng, ia masih waras agar tidak berurusan dengan Raja. Puisi itu sudah membuktikan bahwa Raja menang gila! Bahkan mirip seperti psikopat. Dengan sedikit berjinjit, Ratu berhasil mengambil alih wadah dagangan-nya. Lalu melangkah pergi meninggalkan Raja dan Ares. Mereka berdua haru
"Fafa! Kamu jangan kasar sama Ratu. Udahlah, aku gak mau satu payung sama kamu," Andy menjauhkan dirinya dari Fafa, tangannya menarik Ratu agar ikut masuk ke dalam mobilnya.Fafa pun membuka pintu mobil bagian belakang, ini memang hak-nya karena kedua orang tuanya pun sudah mengenal Andy bertahun-tahun. Terserah mau berbuat apa."Temen aku gimana? Aku gak enak kalau pulang duluan. Mereka berteduh disana," Ratu menunjuk supermarket IndoJaya, Jenny dan yang lainnya menatap pandang ke arahnya. Berharap bisa pulang secepatnya."Sebentar, aku keluar dulu. Kamu disini aja ya?" Andy keluar dari mobil, langkahnya menghampiri Jenny dan yang lainnya.Di dalam mobil, Fafa menarik rambut Ratu dari belakang. Sontak membuat Ratu kaget dan menjerit kesakitan."Sakitt! Lepaskan! Jangan begini! Nanti rambutku-arghh," Ratu berusaha menyingkirkan tangan Fafa yang begitu kuat menarik rambutnya."Gue akan lepasin rambut lo tap
Kedatangan Andy dengan wajah datarnya membuat Gerald dan Paijo heran."Lo kenapa kok wajah di tekuk gitu? Ada masalah?" tanya Gerald hati-hati, ia tau ketika marah Andy sedikit sensitif dan mudah emosi.Andy menghela nafasnya. "Gue putusin Fafa," jawabnya tegas. Sama sekali tidak ada penyesalan, ini adalah keinginannya sejak dulu namun tak bisa memutuskan tanpa ada alasan tapi sekarang sudah ada bukti kuatnya.Paijo terkejut. Sejenak ia menghentikan kunyahan permen karetnya."Kenapa di putusin? Udah gak cinta lagi sama Fafa? Mending buat gue aja daridulu. Pasti dia sekarang lagi nangis," Paijo juga tertarik dengan Fafa, tapi dengan kata lain tak berani menikung Andy yang masih berpacaran dengan cewek itu, dan dulu.Tak ada jawaban, Gerald mencubit lengan Paijo agar tidak membahas Fafa. Pasti Andy menahan amarahnya."Sakitt tau! Merah nih," Paijo menunjuk bekas cubitan Gerald di tangannya.Di k