Share

Bab 3. Informasi Tentang Ratu

"Namaku pak Dirga. Kalau kamu nak?" 

Andy tersenyum. "Andy. Senang bisa berkenalan dengan bapak," kalau sudah mengenal orang tuanya, ia bisa leluasa mendekati Ratu. 

Fafa yang melihat keduanya berinteraksi mendengus kesal. 'Ngapain juga harus kenalan sama bapaknya? Ih, bisa gak sih tadi Ratu gak usah bareng aja? Bikin kesel! Gara-gara dia jadinya aku duduk di belakang yang panas dan gerah,' batinnya melirik Dirga tak minat, kehadiran pria itu membuatnya sumpek.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya sampai juga di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ratu, Dirga Andy dan keluar saling mengobrol sedangkan Fafa tetap stay safe di dalam mobil tak mau turun. 

"Mari mampir nak. Ngeteh sebentar, di rumah lagi sepi. Ibu di kebun ambil pisang," ujar Dirga menawari Andy mampir, cowok itu menolaknya ya mengantarkan Fafa pulang daripada gadis itu rewel. 

"Tidak perlu pak. Saya ingin mengantarkan Fafa pulang. Lain waktu saja. Permisi pak, mari," Andy salim pada Dirga, sebenarnya ia mau tapi ada Fafa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. 

Selama perjalanan pulang, Fafa memilih duduk di depan karena sangat gerah. Alasan memang, padahal ingin dekat dengan Andy. 

"Sayang, besok temenin aku ke mall ya pulang sekolah? Make-up ku habis. Masa gak pakai bedak nanti aku gak-" ucapan Fafa tersela saat Andy memilih meminggirkan mobilnya. Memangnya ada yang salah dengan ucapannya?

"Kamu itu udah cantik karena kamu perempuan Fafa. Apa kurang? Liat Ratu, dia cantik gak pakai make-up. Bisa gak sehari-" Fafa juga menyela kata-kata Andy dengan cepat, hatinya begitu sakit ketika di bandingkan dengan Ratu yang bukan siapa-siapa. 

"Kenapa kamu jadi bandingin aku sama Ratu? Dia siapa kamu? Aku ini pacar kamu Andy bukan Ratu!" emosi Fafa menggebu, kedua matanya berkaca-kaca. Perlahan aliran tangis air mata itu lolos dari mata indahnya. 

Andy diam. Kalau Fafa sudah menangis, ia tak mau berkomentar apa-apa daripada kekasihnya itu nanti mengadu pada orang tuanya. 

'Kalau aja dulu gue gak kenal lo Fa. Gak perlu pacaran kayak gini. Nyesel gue!' batin Andy, ingin ia teriak agar Fafa tau. Tapi hatinya masih tak tega karena bagaimana pun Fafa adalah wanita, mengingatkannya dengan sang mama yang terkadang tak sengaja ia sakiti hatinya sampai menangis. 

"Udah jangan nangis gak usah sedih. Siapa juga yang bandingin kamu sama Ratu? Kalau nanti ditanya sama sama mama kamu gimana?" tanya Andy menggoda Fafa, gadisnya itu tak berpaling dari jendela kaca entah menatap apa. 

Andy benar, Fafa berhenti menangis. Ia harus terlihat baik-baik saja. Saat sedih begini, perhatian Andy ada sangat berlainan ketika ia bahagia Andy menghindarinya. 

Tak lama kemudian, sampai di sebuah rumah bertingkat dua dengan gerbang yang menjulang tinggi. Si satpam membukakannya setelah mengetahui mobil Andy. 

"Senyumnya mana? Nanti malem jangan chat atau telepon," raut wajah Andy berubah datar. Kalau Fafa tidak di ingatkan, sudah di pastikan gadisnya itu akan spam chat dan telepon gila-gilaan. 

Fafa menodngak, tingginya hanya sebatas dagu Andy. "Kenapa? Biasanya juga kamu gak terganggu aku chat atau telepon. Oh, atau kamu mau ke rumahnya Ratu lagi?" tuduh Fafa curiga, matanya menyipit. 

"Aku kerja, bukan ke rumah Ratu. Aku pergi, gak usah nangis," Andy melajukan mobilnya pergi dari halaman rumah Fafa. 

"Kamu emang bener-bener gak punya perasaan sama aku," gumam Fafa, kekesalannya tertahan karena satpam rumahnya itu memperhatikan-nya. 

***

Raja tak bisa berkosentrasi dengan penjelasan Matematika yang sedang berlangsung. Ares mengajaknya untuk berbincang sedikit tentang basket. Tapi tetap saja pikirannya tak tenang, dimana Ratu sekarang? Ia sangat merindukan kekasihnya itu. 

"Lo mikirin apa? Ratu? Ayolah, dia udah pindah. Kita gak tau kemana. Bahkan gue yang kakak-nya aja gak tau. Adik gue ganti nomer, jadi susuah buat di hubungi," ujar Ares menjelaskan alasan-nya mengapa ia tak pernah berkomunikasi lagi dengan sang adik. 

"Cari cara apa gitu. Masa lo nyerah? Lo kakak-nya. Dan hati gue disini merasa gak tenang, kemana Ratu pacar gue?" Raja menyerbu banyak pertanyaan pada Ares dengan putus asa. Entah masih ada harapan untuk bertemu atau tidak. 

"Lo tenang aja. Ratu pasti ketemu. Dia gak akan jauh-jauh pindah dari daerah sini. Kalau nanti informasinya udah dapet, pindah sekolah aja sekalian daripada lo galau terus," jawab Ares, ia tau harus melakukan apa. Meminta salah satu mata-matanya untuk mencari keberadaan Ratu. 

Raja mengangguk. "Thanks ya?"

"Sama-sama. Tapi, jangan bikin adik gue nangis apalagi galau. Gue hajar lo," ucap Ares sedikit mengancam, mau bagaimana pun Ratu adalah adiknya yang tidak pernah menangis karena seorang laki-laki, Ratu selalu terlihat bahagia dengan kehidupan-nya sambil berdagang. 

"Kalau gue sih, kangen sama pisang gorengnya. Plus orangnya juga," Raja memikirkan sesuatu, membayangkan saat Ratu memberikan pisang goreng pertama kalinya. 

Flashback on

Suasana kantin sangat ramai, selain makan dan sedang antri beli jajan dagangan, Ratu tak kalah ramai. Sampai gadis itu kewalahan, iya sih tangan cuman dua dan tak ada yang membantunya. 

"Res, beliin gue itu dong," Raja menunjuk Ratu yang sedang membungkus pisang goreng dengan kertas minyak, gadis itu tampak paling sibuk. 

Ares menggeleng. "Beli aja sendiri," lalu ia melanjutkan makan baksonya yang pedas-asin, enak dimakan saat siang begini. 

Raja mendengus, tapi ia beranjak bediri. Ares memang tak bisa di andalkan. Langkahnya menuju Ratu, sekedar ingin tau rasa pisang goreng itu bagaimana. 

"Gue beli semua," tegas Raja tak mau tau, seketika para pembeli yang dominan cowok-cowok menatapnya heran dan aneh. 

"Kok di borong sih? Kita juga pingin nyobain gak lo doang!"

"Main borong-borong aja, emang lo punya duit?"

"Paling cuman goceng."

Raja menyerahkan uang limaratus ribu pada Ratu. "Nih, gak usah ada kembalian. Lo ambil aja, gue ikhlas," ujarnya sedikit sombong. 

Ratu masih melongo. "Kamu beli semuanya? Tapi ini kan uangnya banyak banget. Gak usah, nanti aku cariin uang kembaliannya. Kamu tunggu-" ucapannya tersela karena Raja mengambil wadahnya lalu mengatakan sebuah permintaan dimana Ratu antara terpaksa dan harus menurutinya. 

"Suapin gue sayang. Oh ya, pisangnya enak kayak lo yang manis bikin hati gue langsung jatuh cinta. Sekarang lo pacar gue. Ayo suapin," Raja membuka mulutnya, ia sangat percaya diri mengklaim Ratu langsung jadi pacar. Tapi, ada alasan tersendiri mengapa ia langsung mengungkapkan hal itu. Ada ketertarikan yang kuat terhadap cewek yang berpenampilan sederhana dan sedikit cupu dengan kacamata bundarnya. 

Flashback off

"Tapi sekarang Ratu udah gak cinta lagi sama lo," sahut Ares membuyarkan khayalan Raja di masa lalu. Dasar perusak suasana. 

Raja menggeleng. "Gak mungkin. Pasti dia masih cinta sama gue. Res, Ratu adalah cinta pertama gue. Dan seharusnya untuk di perjuangkan bukan di abaikan," tegas Raja sedikit menyindir karena beberapa cewek yang tak jauh duduk di sebelahnya bertepuk tangan, kata-katanya sangat hebat dan luar biasa. 

"Kalau di abaikan itu namanya bukan cinta tolol!" seru Ares emosi. "Oh, jadi lo mau main-main sama adik gue? Sini maju lo!" Ares sudah bersiap akan bertarung. Menyakiti hati adiknya hadapilah dirinya dulu. 

Raja berdecak kesal. Ares gagal faham. "Bukan gitu res. Gue cinta sama Ratu. Tenang dong, jangan emosi," Raja sangat tau bagaimana karakter Ares yang mudah marah. 

Ares menghela nafasnya. "Perjuangkan selama Ratu belum punya pacar. Pertahankan yang ada, harus di jaga. Bukan di lepas hanya karena alasan terus-terusan mengalah dan nyerah," ujar Ares memberikan semangat pada Raja yang kini kembali tersenyum percaya diri, semuanya pasti akan kembali jika berusaha. 

***

Jojo, salah satu teman Ares yang bersekolah di SMA Pelita. Tugasnya adalah mencari tau informasi tentang Ratu. 

Jojo berangkat pagi, ia duduk di kursi bersama pedagang kaki lima yang berada di depan gerbang sekolah. Memang di perbolehkan jajan tapi saat bel harus masuk. 

Jojo menunggu Ratu datang. 

"Lama banget ya tuh cewek? Sekarang udah jam enam lebih tiga puluh menit. Aduh kalau bel aku gak bisa ngomong sama Ratu," Jojo menatap arlojinya, waktunya sangat mepet dengan bel masuk. 

"Disini aja pak. Sekalian aku mau beli makanan dulu, tadi kan gak sempet sarapan karena bangun kesiangan," Ratu turun dari motor Dirga, ia salim. Tangannya menenteng wadah dagangan-nya seperti biasa sama sekali tak malu, karena ini juga membantu Kartika. 

Jojo yang mendengar suara itu pun menoleh ke samping kiri, ternyata yang ia tunggu sudah datang. 

Ratu menghampiri stan penjual nasi uduk. Tapi tangannya di cekal oleh seorang cowok yang tak di kenal. Ratu heran. 

"Kamu siapa? Kenapa pegang tanganku?" tanya Ratu sedikit risih, Jojo pun melepas cekalannya. 

"Ratu?" tanya Jojo sekedar memastikan daripada salah hati dan orang. 

Ratu mengangguk. "Aku Ratu. Mau kenalan sama aku ya?" Ratu sedikit senang karena banyak yang mengenalnya. Baru pindah sekolah saja namanya bisa se-terkenal itu. 

"Boleh minta nomor kamu? Aku gak akan sebarin ke siapa-siapa. Cuman pingin kenal aja," sesuai perintah Ares, harus mendapatkan nomornya terlebih dahulu setelah itu menjadi teman Ratu. 

"Boleh, kosong delapan lima delapan lima-selesai. Aku beli nasi uduk dulu ya sebelum bel masuk," seperti pamit, padahal jaraknya dengan sang penjual nasi uduk hanya lima langkah dari rumah seperti lagu dangdut. 

Jojo tersenyum. "Makasih ya? Eh, kamu kelas apa? Kalau ada waktu aku mau istirahat bareng kamu," tanya Jojo lagi, Ratu menoleh. "Sebelas IPS satu. Kamu?"

Ternyata tidak buruk mengenal Ratu. Cewek baik dan ramah. Pantas saja di sukai oleh Raja. 

"Sebelas Ipa satu. Aku masuk duluan. See you," Jojo melangkah pergi, ia harus segera memberikan nomor itu pada Ares sebelum bel masuk dan guru BK mulai berpatroli. 

***

"Nih nomor Ratu. Ternyata bener dugaan gue. Dia pasti sekolah disana karena ada beasiswanya. Jangan chat dan bilang kalau itu lo," Ares memberikan ponselnya pada Raja, cowok itu mengetik nomor Ratu serius. 

"Emang lo punya mata-mata disana?" tanya Raja setelah selesai mencatat nomor Ratu, menyimpannya dengan nama sayangku. 

Ares mengangguk. "Punya, namanya Jojo. Dia satu kelas sama ketos yang kaya raya itu. Andy," Ares tidak mengenalnya, tapi semua orang tau kalau Andy adalah pemilik sekolah itu. 

"Oh. Habisin tuh kopinya, mau bolos? Kalau gue sih gak, ini kan pelajaran matematika kesukaan gue. Menghitung perkiraan masa depan yang cerah," ujar Raja dengan senyumannya. Andai saja ada Ratu, gombalan itu ia tunjukkan pada Ratu. 

Ares menggeleng. "Yuk. Ngapain bolos, nanti juga percuma ketauan sama adik kelas yang lewat disini terus di laporin sama guru BK," sedikit kesal, memang adik kelas selalu jujur. 

"Mbok uangnya di meja ya sama Ares!" seru Raja berteriak, karena mbok Ama sedang menggoreng di dalam warung. 

"Ok! Siap mas!" sahut mbok Ama dari dalam. 

"Jadi, kapan pindah sekolah? Lo gak kangen sama adik lo sendiri?" tanya Raja, bukan penawaran tapi ingin bersama Ares. Selain sudah menjadi sahabat paling dekat, Ares banyak membantunya dalam pdkt dengan Ratu. 

"Besok. Karena gue gak mau Ratu kenapa-napa disana. Asal lo tau aja, cowok SMA Pelita itu suka cewek cantik good looking doang. Gue gak mau adik gue jadi santapan buaya darat," itulah Ares, melindungi sang adik dari cowok tidak benar dan nakal. Ratu masih polos tidak tau apa-apa. 

Raja tersenyum senang. Akhirnya Ares mau juga. "Ok, gue juga maunya besok. Lebih cepat lebih baik juga."

***

Fafa yang duduk bersebelahan dengan Andy pun ingin mengajak cowok itu berbicara. Semalaman Fafa tak bisa tidur karena memikirkan Andy. 

"Sayang, kalau nanti malam boleh gak aku chat kamu?" tanya Fafa sedikit ragu-ragu. Ia sangat berhati-hati daripada membuat Andy marah karena merasa terganggu. 

Andy mengangguk. "Boleh, tapi jangan kemaleman. Aku gak mau ngantuk terus di kantor jadi gak kosentrasi," jawabnya dingin, Fafa banyak maunya. Sekali tidak di turuti, cewek itu kembali menangis dan akan mengadu pada papa-nya. 

Fafa mengukir senyum tipisnya. "Yeyy! Makasih sayang. Semalem aku gak bisa tidur mikirin kamu," Fafa menyenderkan kepalanya di bahu Andy, ingin menghindar tapi takutnya cewek itu ngambek lagi dan marah-marah. Tidak, masih ada guru di depan yang sibuk dengan laptopnya. 

"Kenapa mikirin aku? Tidur aja daripada kamu sakit," ucap Andy perhatian, kekasihnya itu suka begadang dan menunggunya balasan chat atau telepon. 

"Kangen kamu sayang. Sehari tanpa kamu hidup aku hampa," gombal Fafa merayu Andy, terasa kosong dan sepi. Hanya Andy yang membuat hari-harinya berwarna. 

"Fafa, kamu jangan gini. Ada guru di depan kalau liat gimana?" akhirnya Andy menemukan alasan untuk membuat Fafa sedikit jauh dan menjaga jarak. Cewek itu tak ingin jauh-jauh dengannya. 

"Biarin semuanya tau kalau aku pacar kamu sekaligus calon tunangan kamu," jawab Fafa percaya diri, karena memang sudah di jodohkan sesuai kesepakatan pihak keluarga. 

'Dan itu gak akan pernah terjadi,' batin Andy membantah, hatinya sudah tidak memiliki rasa terhadap Fafa. Semuanya hilang dan lenyap, berganti rasa biasa seperti mengenal orang pada umumnya. 

"Muach, love you," Fafa mencium pipi Andy dengan santainya. Beberapa cewek yang melihat itu menahan teriakannya karena baper dan merasa iri jangan bilang bos. 

Dan saat itu juga, Andy ingin ke toilet membasuh wajahnya. Meminta izin pada guru. Menghilangkan kecupan Fafa di pipinya. Rasanya tak sudi lagi. Semuanya berbalik menjadi rasa benci. 

***

Gak mood nulis ini, nahan sakit di suruh makan. Tak semanis cintamu yang bertepuk kedua tangan. 

07:26 pagi

See you-,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status