Harvey tahu dua hari ini Selena sedang libur, jadi dia juga sengaja meliburkan diri satu hari.Keduanya berpelukan dan tidur hingga bangun tanpa alarm. Ketika Selena bangun dan melihat Harvey masih di sampingnya, mata lebarnya menatap lembut."Kamu nggak sibuk hari ini?""Aku tahu kamu hari ini libur, jadi aku sudah mengatur semuanya sebelumnya. Sudah mau bangun?""Oh, kamu punya rencana apa?""Kejutan."Selena tidak tahu apa yang Harvey siapkan untuknya. Dia pergi mandi, lalu naik helikopter bersama.Helikopter itu terbang selama lebih dari dua jam ke sebuah pulau."Kamu membawaku ke sini mau berlibur?""Bukan."Harvey menggenggam tangannya dan terus berjalan ke depan.Suara tembakan terdengar di hutan dan dia membawanya menuju menara pengawas.Tidak lama kemudian, Selena tahu maksud Harvey. Seorang anak lari keluar dari hutan.Harvest!Melihat Harvest, Selena tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Air matanya mengalir saat itu juga. "Itu Harvest.""Latihannya sudah selesai hari ini.
Harvest melemparkan diri ke dalam pelukan Selena. Air matanya mengalir deras. Dia sangat takut kalau-kalau dia saat ini sedang bermimpi."Ibu? Benar Ibu?"Selena tidak dapat menahan tangisnya. Dia memeluk anak itu dan terus berkata, "Benar ibumu. Aku minta maaf, aku terlambat datang menemuimu.""Bu, kukira Ibu ingin meninggalkan aku. Aku sudah menunggu di pulau itu bertahun-tahun."Setiap tahun saat bunga sakura mekar, dia akan pergi ke pulau itu dan menunggu. Namun, dari saat bunga mekar sampai kemudian layu, tidak pernah ada tanda-tanda kedatangan ibunya.Dia mendengar Harvey berkata bahwa dia juga tidak tahu keberadaan Selena. Tahun demi tahun, Harvest terus bertanya pada dirinya sendiri apakah ibunya sudah tidak menginginkan dia lagi, karena itulah dia tidak datang menemuinya."Maaf, semua ini salah ibu. Maafkan Ibu, membuatmu menunggu terlalu lama. Kamu anak kesayanganku, mana mungkin aku mau meninggalkanmu?"Jika dia bukan anak tertua, Selena sudah ingin membawanya pergi untuk di
Keesokan paginya, Selena mengirimkan salep kepada Leslie lewat kurir, lalu dia kembali ke rumah keluarga Farrell.Keluarga Farrell relatif tenang dua hari ini. Michelle terpaksa bersama Hayden. Meski dia sangat membenci pria itu, dia sudah berjanji kepada orang tuanya. Michelle hanya bisa patuh bekerja sama dengan Hayden dan pergi berkencan dua hari ini.Seluruh keluarga Farrell jadi jauh lebih tenang tanpa Michelle."Kamu sudah kembali? Kemarilah, lihat apa yang aku tulis." Rudy melambai padanya.Selena berdiri di sampingnya dengan patuh dan mengamati tulisan itu. "Tulisanmu sangat bagus, kuat dan tegas. Kalau kamu bisa menulis kaligrafi, kamu juga pasti bisa melukis, ya?"Rudy tersenyum. "Ya, aku bisa sedikit."“Kondisimu sepertinya sudah jauh lebih baik.”"Itu semua berkat perawatanmu. Aku sudah ingin bekerja mulai besok. Demi keselamatanku, kamu harus ikut denganku, oke?""Tuan Jasper pernah bilang sebelumnya. Kalau aku nggak masalah, aku akan selalu menemanimu sampai kamu pulih."
Orang yang masuk itu adalah Mira. Setiap Selena memasak makanan obat, dia selalu datang untuk menyaksikan. Kekuatan sihir macam apa yang dimiliki Selena sampai Rudy memuji-muji dia?Namun, dia tidak pernah menyangka akan mendapati pemandangan seperti ini. Jasper bergerak sangat cepat, sedangkan Selena tampak tertegun dan tidak menghentikannya.Mira sangat mudah tersulut emosi karena masalah Michelle dua hari ini. Kini, dia mendapati lagi masalah dengan anak laki-lakinya, mana mungkin dia bisa menahan diri?Mira langsung mengangkat tangannya dan menampar wajah Selena. Dia lalu menarik Jasper ke belakangnya dan menampar wajah putranya. "Bu, kamu sedang apa?""Sudah sejak lama aku merasa aneh, apa yang terjadi sampai Rudy sekaligus kamu bisa sedekat itu dengan orang luar? Aku sudah memintamu untuk pergi kencan buta beberapa hari ini, tapi nggak ada yang cocok. Adikmu sudah cukup bikin masalah, kamu juga mau ikut-ikut membuatku marah?""Ibu, kamu salah paham. Aku dan Vanessa nggak ada apa-
Jasper bukanlah orang biasa. Selena juga tidak memiliki dendam dengannya. Jika ini terus berlanjut, entah apa yang akan terjadi.Selena menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nyonya, tolong jangan salah paham. Aku sama sekali nggak tertarik dengan Tuan Jasper. Aku sudah punya anak dan punya suami."Berbeda dengan sikap biasanya yang tertutup, Jasper berkata terus terang, "Bukannya kamu lupa tentang dia? Lalu bagaimana kalau kamu nggak bisa mengingatnya seumur hidup? Aku dengar kamu punya anak perempuan, aku nggak keberatan menganggapnya sebagai anakku sendiri. Vanessa, perasaanku tulus padamu."Dengan suara "plak!" keras, Mira menamparnya tanpa belas kasihan. "Anak nggak tahu malu, ngomong apa kamu hah? Kamu ingin membuatku mati karena terlalu marah? Aku minta kamu cari istri, bukan yang bekas pakai dan dibebani anak! Kamu sudah gila ya?""Bu, aku sudah dewasa sejak lama. Aku tahu apa yang aku lakukan."Selena mengangkat tangannya dengan lemah. "Ehmm ... aku perlu menyampaikan sesuatu. Pak R
Dua hari kemudian, Renata mengajak Jasper bertemu di luar dengan penuh gembira."Kak Jasper, aku sudah cari parfum yang kamu minta.""Coba kulihat."Di depan Renata ada cukup banyak parfum dan dia memperlakukan semuanya seperti harta berharga. "Lihat, ini khusus yang pakai tanaman obat. Wanginya mungkin nggak terlalu enak, coba dirasakan.""Memangnya se-nggak enak apa?"Dia merasa ada sesuatu yang ajaib dalam aroma tubuh Selena. Meski berbau seperti obat, aromanya enak dan sangat memikat.Ketika dia membuka botol parfum di depannya, aroma obat yang kuat seakan menusuk langsung ke otaknya. Dia sampai tidak ingin menarik napas.Benar, baunya memang sangat menyengat.Dia membuka satu per satu dan mencium lebih dari seratus jenis sekaligus."Ada wangi yang kamu suka?""Salah.""Apa yang salah?""Wanginya nggak seperti satu wangi tertentu, tapi semacam campuran aroma berbagai tanaman. Aku nggak bisa menggambarkan seperti apa tepatnya, yang pasti wangi itu nggak terlalu kuat, sangat lembut,
Di dalam Museum Maritim, terdapat koleksi barang-barang berharga dari berbagai negara sepanjang sejarah dan biasanya tidak dibuka untuk umum. Selena baru pernah datang ke sini dan matanya langsung terbelalak.Tanpa disadari, dia tertinggal dari yang lain dan dengan serius mengamati setiap barang antik.Yang paling mengejutkannya adalah patung batu giok yang semuanya berwarna putih dan tampak alami di bawah cahaya lampu.Ketika dia melihat wajah patung batu giok itu, dia terkejut karena wajah itu terlihat sangat mirip dengannya.Namun, ukiran batu giok ini jelas merupakan barang antik dari ratusan tahun yang lalu, jadi mungkin hanya kebetulan.Selena berbalik dan baru menyadari bahwa semua orang sudah jauh di depan.Dia mengejar rombongan dengan sepatu hak tingginya. Karena dia ada di sini karena pekerjaan, dia tidak boleh bekerja setengah-setengah.Baru berjalan beberapa langkah, dia melihat salah seorang wartawan asing mendesak maju dari kerumunan.Sekarang belum saatnya untuk bertany
Selena tidak menyangka. Dia telah menyamar begitu lama, tetapi akhirnya terungkap sekarang. Jasper berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah."Tuan Jasper, aku bisa jelaskan.""Brak!" Tubuh Selena gemetar saat Jasper meninju meja rias."Jadi, kamu nggak amnesia sama sekali?" Jasper berkata dari sela-sela giginya yang terkatup.Selena tahu bahwa dalam situasi saat ini, mengelak tidak akan ada gunanya. Dia pun mengangguk, "Benar.""Anak perempuan yang dilihat Michelle itu anak Harvey?""Ya.""Kamu dan Harvey ... "Selena membasahi bibirnya. "Hubungan kami rumit."Karena dia sendiri memang tidak bisa menggambarkan hubungannya dengan Harvey. Dia tidak bisa begitu saja berkata bahwa dia adalah mantan istri yang kemudian berganti status menjadi pasangan seks. Kedengarannya sangat konyol."Jadi kamu ... "Selena langsung berkata, "Tuan Jasper, aku memang mantan istri Harvey. Vanessa adalah nama aliasku, bukan untuk mendekati kalian, tapi untuk melindungi keselamatanku.""Melindungi keselam