Mendengar suara menjengkelkan itu, Selena bahkan tidak ingin menoleh sama sekali.Merasa bahwa Selena tidak senang dibawa pergi dengan paksa, Markus pun menarik pergelangan tangannya dan membawanya pergi dengan paksa."Kamu ngapain, sih? Aku bisa jalan sendiri."Markus menarik Selena masuk ke kamar tidurnya yang sangat luas, sekitar dua ratus meter persegi.Lantainya dipenuhi dengan karpet bulu putih, dan dekorasi kamar tidur itu sama mewahnya dengan bagian istana yang lain. Banyak lukisan terkenal terpampang di dindingnya.Mengingat sifat Markus, ini pasti bukan karyanya sendiri. Ini pasti karya dari pemilik sebelumnya.Dia melepaskan tangan Selena, "Rumahku cukup besar, kan? Kamu bisa memakai apa pun yang kamu mau, makan apa pun yang kamu inginkan. Asalkan kamu gak kabur dan fokus mengobatiku, semuanya akan baik-baik saja!""Iya." Selena jarang sekali bisa sepatuh itu."Aku mandi dulu sebentar. Kamu siapkan saja obatnya dulu."Setelah kejadian itu, dia jadi lebih percaya kepada Selen
Beberapa hari belakangan ini, Selena sudah memukulnya sebanyak dua kali!Markus bangun dan menatap Selena dengan dingin, "Siska, kamu cari mati, ya?""Siapa suruh matamu jelalatan!""Siapa suruh pakai baju begitu!"Selena sangat marah. Dia lalu mengambil kemeja Markus dan mengenakannya untuk menutupi dirinya. Lalu, dengan tegas, dia menepuk kepala Markus. "Berbaringlah, aku akan memijat kepalamu. Kalau matamu masih jelalatan, akan kutusuk kamu sampai mati!""Coba saja kalau berani! Aku akan membunuhmu."Atmosfirnya menjadi sedikit canggung. Keduanya pun terdiam. Pikiran Markus mulai menjernih, dia pun bertanya pada dirinya sendiri, apa yang sedang dilakukannya?Wanita ini bilang dia sudah menikah dan punya anak, 'kan? Bisa-bisanya dia tertarik pada wanita yang sudah menikah?Selena menyelesaikan perawatannya dalam diam. Markus menopang tubuhnya dengan satu tangan di atas tempat tidur, dia pun perlahan memutar lehernya, disusul dengan suara 'krek-krek'."Ngomong-ngomong, sebelumnya aku
Tanpa sadar, Selena terlena. Pikirannya dipenuhi dengan Harvey.Tiba-tiba seseorang muncul dari belakangnya, "Kenapa? Sukakah kamu dengan pakaian seperti ini?"Selena langsung membalikkan badannya. Matanya tampak seperti kelinci kecil yang terkejut.Tiba-tiba, ujung jari yang dingin menyentuh wajahnya. Tubuh pria yang masih basah itu mendekat, dan hembusan napasnya yang hangat membelai pipinya.Markus tiba-tiba berkata, "Meskipun wajahmu biasa saja, tapi matamu tampak cukup hidup."Matanya adalah satu-satunya hal yang tidak bisa diubahnya. Matanya tampak besar dan cerah, terutama karena bulu matanya yang panjang dan tebal. Matanya ini membuat wajahnya yang biasa jadi terlihat lebih menarik.Selena sedikit gugup karena dia begitu dekat. Ketika dia mencoba mendorongnya, tangan kecilnya menyentuh dada telanjangnya.Tangannya merasakan otot-otot kuat seorang pria. Sebelum dia sempat bergerak, Markus tiba-tiba saja merangkul pinggangnya dengan satu tangan dan menekannya ke lemari pakaian."
Markus mengumpulkan seluruh pakar militer untuk mengadakan rapat. Rapat ini berlangsung sepanjang hari. Baik dianalisis dari segi mana pun, pada akhirnya tim penasihatnya memberikan hasil yang sama, yaitu menyerah.Mereka hanya memiliki satu pilihan, yaitu menyetujui permintaan Negara Arama. Mereka harus berhenti menyerang Kota Maleka, kalau tidak, Negara Arama dan Negara Vaneta akan bekerja sama untuk menyerah negara mereka, Negara Cena.Ini bukanlah hasil yang diinginkan oleh Markus.Beberapa hari ini, Markus sangat sibuk dan jarang muncul di depan umum. Setelah menunggu beberapa hari, Selena mulai tidak sabar. Jangkauannya terbatas, dia tidak dapat mengakses ruang kerja utama Markus.Apalagi cincin itu!Markus seolah-olah telah melupakan keberadaan Selena. Dia langsung pergi setelah memasukkan Selena ke dalam istana dan mengutus orang untuk mengawasi Selena.Karena tidak terdapat sedikit pun kemajuan, Selena tidak bisa tinggal diam. Ketika dia berencana untuk menyelinap dari pipa di
Dia menegur dengan serius, tetapi sebenarnya dia sedang memikirkan cara untuk mendekati Markus.Bagaimanapun, dia tidak menemukan petunjuk apa pun selama sepuluh hari ini. Kalau dia tidak lebih berinisiatif, waktunya akan terbuang sia-sia."Eh, kalau kamu nggak percaya padaku, kamu bisa meminta orang untuk mengawasiku.""Nggak ada yang perlu diawasi. Kalau kamu ingin membunuhku, kamu hanya perlu menusuk titik vitalku." Markus berkata dengan tenang, "Aku setuju."Dia tersenyum pada Selena. "Kamu benar-benar akan menyeduhkan obat untukku?""Tentu saja, kamu adalah pasienku. Aku harus segera menyembuhkanmu agar kamu membiarkanku pergi."Selena seolah-olah menyiram Markus dengan sebaskom air dingin. Dia mengira kali ini Selena menjadi lebih ramah, tak disangka, Selena hanya ingin segera pergi."Merindukan kekasihmu?"Selena teringat akan momen perpisahannya dengan Harvey. Sebenarnya mereka baru berpisah untuk beberapa saat, tetapi dia sudah agak merindukan Harvey."Ya, aku merindukannya da
Markus menjentikkan jarinya di depan Selena, "Lagi mikir apa sampai bengong begitu?"Selena kembali sadar dan menoleh ke arah Markus sambil beralasan, "Lagi memikirkan status kamu yang ternyata sangat terhormat.""Kamu sudah tahu?""Aku mendengar orang itu memanggilmu sebagai Kepala Negara. Kamu bisa keluar masuk Kota Maleka dengan bebas dan kamu memiliki pesawat pribadi. Aku sudah bisa menebak tempat seperti apa istana ini," Selena mengaku. Terus berpura-pura hanya akan membuat dirinya sendiri terlihat bodoh.Melihat ekspresi Selena yang tetap tenang, Markus berkata, "Setelah tahu siapa aku, kamu tidak takut padaku? Orang lain takut setengah mati padaku.""Sebelumnya aku sangat takut, tetapi jika kamu benar-benar ingin membunuhku, kamu pasti tidak akan menunggu sampai sekarang, jadi sekarang aku tidak takut lagi. Lagi pula, kamu bilang akan memberiku imbalan kalau aku berhasil menyembuhkanmu, 'kan?"Tidak heran Selena memperlakukan dirinya dengan lebih baik, ternyata semuanya demi uan
Baru kemudian Markus tersadar, tapi dia tetap tidak melepaskan genggamannya. Sorot matanya dingin, suaranya rendah, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Selena mengangkat jarum perak di tangannya dengan wajah pasrah, "Jarum jatuh di sebelah tanganmu, aku cuma mau mengambilnya."Baru pada saat itulah Markus melepaskan tangannya, "Maaf, aku refleks, apakah kamu baik-baik saja?"Melihat bekas merah yang jelas di leher Selena, tidak mungkin Selena baik-baik saja. Markus semakin merasa bersalah, "Aku tidak benar-benar ingin menyakitimu.""Paham, ke depannya aku akan lebih berhati-hati. Kamu istirahat saja, aku tidak akan mengganggu kamu lagi."Selena memasukkan jarum-jarum perak ke dalam tas akupunkturnya dan kembali ke kamarnya.Saat pintu ditutup, keringatnya mengucur deras seperti hujan. Selena benar-benar hampir mati ketakutan, hampir saja dia mati di tangan pria itu.Markus sangat waspada terhadap cincinnya, tetapi bukan berarti Selena juga tidak punya cara lain. Mulai besok dialah yang akan
"Masih berani lihat!" Selena dengan kuat memukul kepala Markus dengan bantal.Markus sibuk mengalihkan pandangannya, "Maaf, tadi aku masih ngantuk, lupa kalau kamu ada di pelukanku.""Keluar."Markus bangkit, rona merah di wajahnya segera menghilang. Dia berhenti di tepi tempat tidur dan berkata, "Aku tidur dengan nyenyak semalam.""Pergi!"Selena marah sekali sampai-sampai dia ingin sekali memotong jari pria itu dengan pisau dan langsung mengambil cincinnya.Sepanjang pagi Markus terus terdistraksi, kadang-kadang menundukkan kepala dan melihat jari-jarinya sendiri."Bos, ada bunga di tanganmu? Kamu sudah melihatnya ratusan kali," tanya Pasha Lewis dengan bingung.Markus mengibaskan pikiran-pikiran yang tidak realistis dari benaknya, "Tidak apa-apa, pergilah carikan beberapa wanita untukku.""Wanita? Bos, akhirnya kamu menyadari, memang sudah seharusnya pria menikah dan memiliki keluarga terlebih dahulu sebelum membangun karir. Lihatlah usiamu yang sudah tidak muda lagi, lebih baik men