Share

97. Ombak Asmara (21+)

Jakarta, 18 April 2018

Sensasi geli di hidungnya membuat Amara mengerjap. Samar netranya menangkap sebuah telapak kecil di depan wajahnya.

“Bona?” gumam Amara sambil melebarkan kedua matanya.

Makhluk gembul berbulu abu-abu itu sedang berdiri di depan wajahnya. Dia terus menyentuhkan telapaknya ke hidung dan pipi Amara. Mata bulatnya memandang penuh keingintahuan. Sementara kepalanya dimiringkan.

Amara bergelung ke arah sebaliknya. Didapatinya Bram sedang mengaitkan kancing lengan kemejanya.

Lelaki itu berdiri di depan cermin dengan rambut yang sudah tersisir rapi. Tubuhnya yang atletis dibungkus kemeja pas badan warna putih dan celana panjang abu-abu.

“Kenapa Mas nggak bangunin aku?” Amara terperangah sambil menegakkan tubuh.

Aroma parfum Bram memenuhi indera penciumannya. Wangi yang selalu melekat di ingatan gadis itu.

“Tidurmu nyenyak sekali. Lagipula ini masih pagi,” sahut Bram santai.

"Tapi perban di tangan Mas harus diganti dulu. Tangan Mas juga harus diobati lagi," balas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status