Setelah mengucapkannya Armin memeluk Vasya tanpa permisi sementara itu Vasya terpaku menatap siluet seseorang di pojokan yang sedang mengawasi mereka. Kostum mereka sudah pasti kalau mereka itu demitnya Ratu Pandan Wangi."Nggak apa apa kok.""Beneran?"Vasya lagi lagi tak bisa mengatakan sejujurnya, yang ia sayangkan kenapa Ratu itu masih di sekitarnya padahal harusnya mereka tak ada urusan lagi sedikitpun. "Hey, lihat sini?""Hmmm."Mau tak mau Vasya kini memerhatikan Armin sambil berusaha menyunggingkan senyum termanisnya. Ia sungguh berusaha untuk terlihat antusias dengan apa yang sedang lelaki itu kini bicarakan. Dan kemudian ada kata yang sepertinya ambigu bagi Vasya.Benar, Amanda pasti masih terlibat dengannya, Armin masih sering bertukar kabar dengan Amanda walaupun videonya viral. Lagi lagi Vasya tak habis pikir. Ia hanya bisa geleng geleng sambil menyilangkan tangannya. Tapi Armin masih belum sadar jika Vasya dalam mode jengkel setengah mati."Stop!""Kamu bilang Amanda ya
Demit itu tersenyum ke arah Jaden dengan seringai jahat. Sementara Vasya langsung memeluk ibunya dan pak Ustad segera keluar ruangan begitu melihat Vasya datang dengan Armin. "Kamu tak apa apa nduk?" Vasya mengangguk dan bilang bahwa ia baik baik saja. Lalu ia mengenalkan lelaki yang berada di sampingnya kepada sang ibu yang memang kepo dari tadi. Karena Jaden jelas berkata bahwa Vasya sedang bersama adiknya bukan lelaki lain."Ini Armin ma.""Temen kamu?"Vasya mengangguk lagi, ia tak tahu kalau mamanya kesini dan lebih canggung lagi Jaden terus terusan menatapnya yang membuat Vasya merasa bersalah juga berdosa."Kenapa nomormu tak aktif?!" Lagi lagi sisi posesifnya kembali. Vasya memandangnya sesaat lalu bilang baterai ponselnya mati."Jangan salah paham, kami bertemu di atap karena aku kesini dengan jet pribadi lalu tak sengaja bertemu." "Urus urusanmu kalau begitu!" "Sedang aku urus!" Jaden memincingkan matanya dan Armin juga tak mau kalah. Mereka seolah saling mengirimkan l
Andri tak terima penjelasan dengan cengiran lebar macam itu. Ia lebih bingung lagi sedang sosok yang ia maksud. Sebenarnya kakaknya itu membawa pria dari mana, kenapa trendi sekali."Darimana dan dengan siapa?"Adik galak itu mulai mengonggong, ia melirik Jaden sebentar meminta penjelasan tapi Jaden sendiri angkat bahu karena ia tak menyukai Armin sama sekali."Aku Armin!"Andri masih berpikir Armin yang mana, tentu ia tak mengira Armin yang dulunya mirip seniman jalanan itu bisa sekinclong itu."Armin prindavan Dri."Seketika lelaki itu melotot ke arah kakaknya, ia lalu melirik Armin yang kakaknya maksud, sungguh perbedaan yang luar biasa. Mulutnya sampai menganga, sebenarnya ini mukjizat macam apa. Kenapa tiba tiba.Salah kenapa tidak dari dulu."Aku tak sengaja bertemu Vasya di atap.""Kak Vasya di atap ngapain?"Armin mengangkat bahu lalu menjelaskan bahwa Vasya sedang badmood makanya cari angin malam. Seketika Andri menoleh ke arah Jaden dan Jadenpun menoleh ke arah lain, ia tahu
Vasya melotot mana bisa ia di ruqyah kembali, gadis itu langsung menyanggah bahwa ia sudah bersih, ular ular itu takkan kembali lagi padanya."Jangan debat mama!""Serius ma, Ratu Ular itu sudah lenyap kembali ke hutan.""Vasya ini demi kebaikanmu."Andri yang merasa kasihan hanya bisa menepuk pundak Vasya, ia mengatakan bahwa mereka harus mengulang prosesi ruqyah lagi agar mamanya puas."Andri!""Demi kebaikan kita."Vasya makin ngomel, ia kekeh tak mau pak Syahrul membacakan ayat ayat suci yang jelas akan membuat ia kesetanan lagi, terakhir kali ia sampai mutah darah karena bacaan pak Syahrul yang katanya membuang hal negatif tapi yang Vasya rasa malah hanya membuat badannya remuk semua.Di tengah Vasya yang melakukan penolakan dengan jelas tiba tiba pintu terbuka dan sosok pak Syahrul kembali ke dalam ruangan kamar, di tangannya masih ada bendera yang merupakan kenang kenangan dari pak Ustad yang sebelumnya."Nak Vasya sudah ketemu?"Vasya menoleh ke arah pintu, ia nelangsa melihat
Pak Ustad masih membacakan ayat ayat tanpa jeda, Vasya masih meraung raung dengan Andri yang masih setia menyaut omongan demit jahanam itu. "Pergi!" "Tidak, ini bayaran kami dan kamu juga akan bernasib sama." "Dasar setan!" Lah kan dia memang setan. Vasya yang kerasukan terdiam, matanya memincing tajam nampaknya ia tak suka sebutan setan di sematkan padanya. "Aku Ratu!" "Ratu apa, kau itu Setan!" Lagi lagi mereka adu argumen dan parahnya Andri memang sengaja untuk membuatnya marah. Lelaki itu tak tahu takut, dengan bermodalkan mulutnya yang rombeng ia terus terusan bersikap kurang ajar dengan Ratu Pandan Wangi. "Kau Setan, mau sampai kapanpu rupamu akan tetap setan!" "Dasar anak manusia tak tahu di untung!" Chaos sudah, Vasya lepas kendali, ia berhasil melepaskan diri lalu menerjang ke arah adiknya yang dengan bodohnya hanya diam saja karena syok, ia tak menyangkan akan jadi begini jadinya. Kalau tahu sekuat ini dia lebih memilih mengunci mulutnya rapat rapat. "
"Percuma!" Gadis kerasukan itu masih saja menjawab dengan ketus, padahal ia terlihat amat kesakitan tapi kenapa masih tahan begitu. Pak ustad masih terus membacakan ayat ayat suci dengan kusyuk, Jaden sendiri sekarang fokus untuk membuat Vasya sadar. Ia yakin seyakin yakinnya bahwa Vasya bisa melawannya hanya saja gadis itu masih jengkel perihal sushi yang tadi ia makan. Masalahnya ia salah Vasya tak sedangkal itu, pekara sushi tak kan membuatnya rela tubuhnya di ambil alih oleh Ratu Pandan Wangi. Ratu itu menuntut balas, ia berkata bahwa Herry bisa di tangkap karena bantuannya, ia jelas bilang bahwa Herry ada di tangannya dan ia bisa kapan saja membuat lelaki itu sadar kembali. Gondok kan! Vasya sama sekali tak meminta bantuan tapi kenapa harus membayar, kenapa ia di jebak begini. Tapi bukan ular namanya kalau tidak licik. "Ayo Sya, ayo sayang jangan begini." Sungguh jika Vasya bisa maka ia akan bangun sekarang Jaden tapi masalahnya bukan itu, ia terpaksa tertahan sekarang. Se
Setelahnya suara pak Ustad tampak berbeda, ia berhenti dan batuk tak karuan. Jaden merasa was was sementara itu Vasya tersenyum seram sambil memijit mijit kepalanya. Tenaganya sudah pulih, Vasya bahkan melepaskan diri dari Andri dan Kalan yang langsung terpental ke belakang. "Akhirnya berhenti juga." Detik selanjutnya Pak syahrul memutahkan darah yang sangat banyak dari mulutnya, nafasnya tersengal sambil memerhatikan Ratu ular yang meliuk liuk di dalam diri Vasya. "Menyerahlah, kamu sudah tua!" Andri yang melihat pak Syahrul begitu langsung segera menghampiri pak Syahrul dan memberikan pertolongan. "Panggil dokter nak!" Andri serta Kalan saling pandang, mana bisa mereka memanggil dokter di saat exorsist begini. Bisa bisa meraka dimasukkan ke rumah sakit jiwa, apalagi kondisi Vasya. Pasti akan langsung di ikat di kasur. "Serius?" Viola menatap semua orang disana dengan sangsi, kalau di pikir secara logis bisa bisa mereka yang di kira memukul pak ustad tersebut. Tapi bagaimana
Akhirnya Ratu itu mengalah karena melihat para dayangnya sekarat, Pak Syahrul segera mendiskusikan negosiasi agar Ular itu tak menggangu lagi."Kamu minta apa untuk pemutusan ini?"Dengan sikap malu malu Ratu itu menggeleng, sungguh munafik bukan. Setelah kalah baru dia bersikap bosa basi."Minta apa yang sepadan dengan pelepasan satu keluarga ini.""Aku tak minta apa apa."Bodoh jika Pak Syahrul percaya karena ia sudah pernah begini sebelumnya. Terakhir mereka menyediakan kepala kerbau untuk pelesan Vasya dahulu tapi nyatanya Ular licik itu tetap kembali."Minta apa?"Sambil meliuk meliuk ular itu menggeleng."Sungguh?"Lagi lagi Ratu Pandan Wangi mengangguk patuh, tapi rasanya ada yang janggal. "Aku tak minta apa apa tapi jangan usir aku dari sisi anak ini."Ye sama saja bohong itu namanya."Dunia kalian berbeda dan tak ada hubungannya sama sekali.""Tapi aku mengenal darahnya."Pak Syahrul tetap menggeleng dengan tegas. Kini Ibu Vasya yang bertanya dengan sungguh sungguh apa mau R