Share

Bab. 57

Sore itu, matahari mulai merosot di balik cakrawala. Langit berubah menjadi biru tua, lalu hitam pekat. Perlahan, bulan muncul dengan anggunnya, disusul oleh bintang yang tampak malu-malu.

Lampu jalan mulai menyala satu per satu, menggantikan cahaya alami. Gemerlap lampu kota menciptakan pemandangan tersendiri, bagai ribuan kunang-kunang yang menari indah di malam hari.

Mobil Amanda menerobos kemacetan kota Jakarta. Di sepanjang perjalanan, mereka berbincang ringan, menceritakan tentang hari-hari Luna selama ia menghilang dari hidup Amanda. Ia juga bercerita tentang temannya yang bernama Windy, yang tega menusuknya dari bekalang.

"Kurang ajar sekali dia?! Perusahaan yang begitu bodoh, melepas berlian dan mempertahankan batu kali," celetuk Amanda seraya terkekeh.

Luna mengadu. "Aku sama sekali tak menyangka ia akan berbuat seperti itu. Tapi tidak apa, aku percaya semua yang terjadi adalah yang terbaik."

"Ya! Jika kamu tidak keluar dari perusahaan itu, mungkin aku tidak akan menemuka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status