"Yang penting kamu tahu cara menanganinya. Kalau kamu kewalahan, kamu harus memberi tahu Ibu, oke? Ibu juga bisa membantumu.""Aku tahu."Terdengar suara ketukan pintu, lalu pintu terbuka. Martin masuk dengan wajah datar. Tangannya juga sedang membawa sebuah keranjang buah.Klara terkejut, lalu dia melirik Yasmin."Kenapa kamu datang ke sini," tanya Yasmin."Padahal aku ingin bilang akhirnya kamu mau melepaskan diri dari Daniel karena kamu pergi ke luar negeri. Ternyata, kamu tetap kembali." Martin meletakkan keranjang buah di meja. Dia melihat Andy dan bertanya, "Apa kata dokter?""Dokter masih memikirkan cara untuk mengobatinya," jawab Yasmin.Martin tidak berkata apa-apa. Dia menatap Yasmin dan berkata, "Ayo pergi makan."Yasmin ragu sejenak. Dia melihat ibunya dan berkata, "Aku keluar sebentar."Klara tidak begitu menyukai Martin, tapi karena putrinya berkata seperti itu, dia terpaksa menyetujui Irene.Yasmin bersedia makan bersama Martin karena dia ingin bantuan Martin. "Apa kamu
"Kamu benar, tapi aku nggak bisa menerima ini. Kenapa harta ayahmu harus diberikan kepada dua wanita jalang itu? Seharusnya kita mendapatkannya! Kalau kita nggak punya Daniel, apa yang kita miliki?" Cita-cita seumur hidup Dahlia adalah menikah dengan pria kaya.Andy adalah "pria kaya" yang berada di luar dugaan Dahlia, maka itu dia memikirkan segala cara untuk mereka menikah lagi.Dia melihat kekayaan Andy makin bertambah. Itu bisa memuaskan ambisinya sebagai nyonya kaya.Pada akhirnya, harta Andy malah diambil Klara dan Yasmin. Bagaimana mungkin Dahlia bisa menerimanya?"Nggak ada kalau-kalau!" Irene terlihat sangat emosional. Cangkir kopi di tangannya membentur meja kopi dengan keras. Setelah itu, cangkirnya terjatuh ke lantai dan mengeluarkan suara yang keras.Dahlia pun terkejut."Kenapa Ibu bilang kalau? Daniel hanya bisa menikahiku! Nggak ada yang boleh mengambil posisiku!" Tatapan mata Irene terlihat sangat galak. "Mau itu kecantikan atau talenta, aku lebih unggul daripada Yasmi
"Kalau aku tahu ini akan terjadi ... aku nggak akan pergi ke luar negeri. Kenapa aku pergi ke luar negeri?" Yasmin menyesal. Matanya memanas dan berlinang air mata."Siapa yang bisa menebak hal seperti ini akan terjadi? Ini bukan salahmu." Klara merasa sedih dan dia juga mengasihani Andy.Terkadang di antara mereka, Klara tidak tahu harus merasa kasihan pada siapa. Sebenarnya, hidupnya sendiri juga buruk.Namun, ketika dia memikirkannya sekarang, semua hidup mereka susah."Setelah aku berpisah dengan ayahmu, aku pernah mengutuknya setiap hari. Kenapa dia bisa memiliki hidup yang bahagia, sedangkan aku harus hidup susah dan melahirkan anaknya? Terutama pada hari aku melahirkanmu, aku kesakitan sepanjang hari. Aku ingin sekali mencari Andy dan menamparnya .... Selama ini aku mengira setelah ayahmu menikah lagi dan memiliki istri, dia senang. Aku nggak pernah berpikir dia juga hidup susah ...." Mata Klara menjadi merah. Makin lama dia berbicara, dia makin sedih. "Waktu itu aku nggak sehar
"Nggak. Coba kamu ceritakan padaku tentang Pak Ronaldo." Yasmin berkata, "Aku ingin memahaminya.""Baik." Mike mulai memberi tahu Yasmin berbagai kesukaan Pak Ronaldo.Setelah Mike keluar, Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Daniel. Bagaimanapun juga, dia akan mengetes keberaniannya dulu.Telepon baru diangkat setelah nada dering berbunyi beberapa kali. "Kak, apa kamu sedang sibuk?""Kamu memanggilku 'kak', itu berarti kamu mau meminta sesuatu." Suara Daniel yang rendah menyambut telinga Yasmin.Yasmin berusaha berbicara dengan nada lembut. "Iya. Apa kamu bisa membawa anak-anak ke kamar pasien untuk menjenguk kakek mereka? Mungkin Kakek akan bangun ketika dia mendengar suara cucu-cucunya. Permintaanku ... nggak keterlaluan, 'kan?"Setelah itu, dia tidak mendengar suara Daniel.Itu membuat Yasmin sedikit gelisah. Daniel tidak akan menolaknya, 'kan?Apa Daniel tidak setuju karena ibunya ada di sana?Pada saat ini, apa Daniel masih belum melepaskan ibunya?"Apa nanti sore kamu m
Gold adalah olahraga utama Yasmin ketika dia kuliah di Universitas Hambridge. Dia bisa bermain golf, tapi dia pasti tidak bisa menang dari Pak Ronaldo yang sering bermain.Namun, untuk bisnis perusahaan, dia harus memberanikan diri.Dia pun melawan Pak Ronaldo dengan sangat serius. Tanpa ketegangan apa pun, Yasmin kalah telak.Setelah beberapa ronde, Yasmin benar-benar malu."Hahaha! Meskipun kamu kalah, kamu lumayan pandai bermain. Kamu pintar, Nak." Pak Ronaldo berkata, "Pak Andy nggak punya anak laki-laki, tapi anak perempuannya sangat hebat."Yasmin menangkap kesempatan ini untuk bertanya, "Pak Ronaldo seumuran dengan ayahku. Aku boleh memanggilmu Paman Ronaldo, 'kan? Jadi, Paman Ronaldo, apa kerja sama antara perusahaan kita masih boleh dilanjutkan?"Pak Ronaldo mengangkat jari telunjuknya untuk menghentikan Yasmin. "Aku sudah bilang aku datang hari ini bukan untuk membahas bisnis. Dan aku sudah nggak punya niat untuk bekerja sama dengan perusahaan kalian.""Dulu ketika perusahaan
Saat Pak Ronaldo tahu siapa itu, dia buru-buru menyapa, "Halo, Tuan Daniel. Nama saya Ronaldo Samisura. Saya nggak menyangka akan berpapasan dengan Anda di sini. Saya sudah lama ingin berkenalan dengan Anda! Kami baru selesai bermain, jadi saya berharap Tuan Daniel menikmati permainan Anda."Daniel sengaja melirik Yasmin sebelum berkata, "Karena kita sudah berpapasan, bagaimana kalau kita bermain bersama?"Ronaldo terkejut. Meskipun bisnisnya tidak kecil, dia tidak berada di tingkat yang sama dengan pemuda berkuasa di depannya ini.Apalagi bermain dengannya.Namun, dia tetap merendah dan berkata, "Saya sedang bermain dengan seorang pemula. Saya khawatir kami nggak memenuhi standar Tuan Daniel.""Pemula, ya?" Mata Daniel tertuju pada Yasmin lalu dia melambaikan tangannya.Yasmin menggigit bibirnya, lalu dia menghampiri Daniel dengan terpaksa.Dia bergumam di dalam hati.Sebenarnya untuk apa Daniel datang ke sini? Apa dia datang benar-benar untuk bermain golf?Padahal Yasmin ada di sini?
"Aku nggak membohongimu. Sedangkan kamu, apa maksudmu? Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Yasmin."Sepertinya kamu keberatan.""Nggak, kok ...." Yasmin keberatan, tapi dia menyembunyikannya."Kamu juga nggak akan berani." Daniel mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Yasmin. Dia menarik Yasmin sehingga punggung Yasmin menempel dadanya. Kemudian, dia memegang tangan Yasmin untuk mengajarnya. "Perhatikan tenagamu."Yasmin menggigit bibirnya. Wajahnya tampak canggung.Daniel terlalu tidak peduli dengan orang lain karena dia mengajar Yasmin seperti itu di depan banyak orang.Sebenarnya Yasmin tidak perlu kemenangan lagi. Dengan kemunculan Daniel, tidak ada yang perlu maju lagi untuk membahas bisnis di Kota Imperial!Namun, Yasmin tidak ingin seperti ini. Dia ingin lebih memahami ayahnya. Dia ingin mengurus perusahaan dengan usaha dan kepintarannya sendiri.Terlebih lagi, apa keuntungannya kalau dia berutang budi pada Yasmin?Tidak ada. Itu hanya akan membuat Daniel makin bertindak semen
Yasmin tanpa sadar memalingkan mukanya.Bibir itu mendarat di telinganya dan itu membuat Yasmin mengelak sedikit.Yasmin langsung tahu apa maksud "kemampuan" itu dari tatapan mata Daniel.Dia tidak mau!Daniel mengecup telinga, lalu wajah Yasmin. Dia tidak marah karena Yasmin memalingkan mukanya. Lagi pula, dengan satu gerakan, dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.Dia malah merasa Yasmin sangat menarik."Sudah berapa lama aku nggak memilikimu, hm?" Daniel mencium aroma tubuh Yasmin yang wangi. Ingatan kegiatan mereka di masa lalu membuat darahnya mendidih.Yasmin merasakan hasrat Daniel dan dia sedikit menolak, "Bukankah kita mau pergi menjemput anak-anak?"Dia sama sekali tidak ingin melakukannya dengan Daniel.Setiap kali hal itu terjadi, itu hanya membuatnya melihat perannya bagi Daniel dengan lebih jelas.Dia sama dengan selingkuhan murahan."Tidur di Taman Royal malam ini." Napas Daniel terasa panas.Napas itu membelai kulit Yasmin yang sensitif. Dia menggigit bibirnya dan