Waktu terus berjalan, hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, Bayu merindukan aksi yang tidak sengaja mereka lakukan, dia benar-benar tersiksa dengan rinndunya yang terlarang. Pondok usang itu seperti kenangan dan bayangan indah yang selalu ingin diulanginya kembali.
Gelisah dan risau setiap hari dirasakannya setelah memutuskan untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Syafira yang telah menjadi candunya. Semakin dia menjauhi Syafira semakin besar rasa rindu dihatinya. Dia hanya bisa menyibukkan dirinya sampai larut malam, bekerja tidak mengenal rasa lelah hanya untuk menghindari Syafira. Semakin dia menghindar dan semakin besar rasa rindu kepada Syafira. Rindu yang semakin besar tidak kuasa ditahannya lagi, Bayu tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi nantinya, yang di inginkan nya sekarang hanya ingin bertemu melepas rasa rindu yang hampir saja meledak "booomm" meletus. Sore itu Bayu memutuskan untuk menjemput Syafira tanpa memberi kabar. Rasa rindu didadanya telah membutakan mata hati, pikiran dan juga akal sehatnya. Dan sementara Syafira yang melihat Bayu menunggunya didepan gerbang kampus, Syafira tersenyum dalam hatinya berkata " akhirnya dia masuk ke perangkap ku yang tidak ada kunci untuk mu keluar nantinya." Bayu seperti anak ABG yang baru saja mengenal cinta, dia merasakan getaran didadanya dag,dig, dug ser seperti bunyi gendang bertalu-talu. "a-aku, a-ku di suruh menjemput ka-kamu. Syafira langsung naik kebelakang Bayu tanpa memberikan respon apapun, dia hanya tersenyum merasa geli melihat laki-laki pujaan hatinya sepertinya grogi sampai dia berbicara gemetaran dan terbata-bata. Terus dan tetap diam hanya itu yang bisa mereka lakukan, mereka berdua Syafira sibuk dengan pikiran dan juga perasaan masing-masing. "Apa yang harus kujelaskan kepada Inara seandainya dia tau tentang hari ini, aku harus beralasan apa?" Bayu terus sibuk dengan sejuta pertanyaan dipikirannya. Syafira dengan sengaja melingkarkan tangannya ke perut Bayu, dia ingin Bayu fokus kepadanya bukan memikirkan hal-hal lain seperti istri dan anaknya yang sedang ditinggalkannya di rumah. "Ke-kenapa? Syafira semakin menjadi-jadi, dia sengaja menjawab pertanyaan Bayu dengan agak manja dan sedikit mendesah membuat dahi Bayu berkeringat menahan gejolak gelora nafsu. "Pelan-pelan lah sayang, aku takut ngebut, ucapnya semakin mempererat pelukannya. Dag,dig, dug ser suara gendang bertalu-talu, jantungnya seperti mau copot dan berhenti mendengar suara Syafira yang begitu manja, dan kata sayang yang keluar dari mulut Syafira semakin melambungkan nya ke udara. "Sa-sa-sayang?" "Iya, boleh aku panggil kamu dengan panggilan itu? tanya Syafira sambil tangannya mengelus-elus paha Bayu yang semakin dan semakin menaikkan geloranya. "Bo-boleh, apa yang tidak boleh untuk kamu, semuanya boleh, jawabnya dengan mantap. Tidak terasa Bayu sudah membawa motor begitu jauh yang tidak tentu arah tujuannya. Setelah merasa lelah mengendarai motor, Bayu membelokkan motornya ke sebuah cafe yang nuansanya seperti cafe remang-remang. (Sama-sama tau lah yah, kalau cafenya remang-remang, ha ha ha? Syafira hanya tersenyum, dia tau apa yang ada dibenak Abang iparnya, dia tau apa yang diinginkan Abang iparnya tersebut. Dia diam dan juga pasrah jika malam ini harus merelakan semua apa yang dimilikinya kepada Bayu, laki-laki yang sangat diinginkannya. "Memang harusnya seperti ini, kamu dan aku yah kita yang akan nantinya selalu bersama kalau aku masih tetap mau bersama kamu, ucap Syafira dalam hatinya sambil menggandeng Bayu. Seperti dua insan yang dimabuk asmara tanpa perduli banyak mata yang memandang, mereka berdua berpelukan berjalan sambil mencari tempat yang lebih aman dan yang pastinya murah, gelap dan remang-remang seperti nama cafe yang sengaja mereka singgahi. Bayu mengorder makanan dan minuman untuk dia dan juga Syafira. "Hanya bermodalkan tampang dan uang jajan lima puluh ribu, tombak perkasa ku pastinya nanti akan puas sepuasnya, ha ha ha, ujar Bayu sambil cengar-cengir sendiri. Selama menunggu makanan datang, tangan Bayu terus bergerak tidak ada diamnya sambil matanya melihat kalau pelayan yang mengantar makanan tiba-tiba datang. "Sayang, geli tau, ucap Syafira dengan suara khas manjanya. Bayu tidak perduli, jari tangannya terus bermain diarea sensitifnya Syafira yang membuat Syafira merasa geli dan mulai basah. Bayu terus merem melek, kenikmatan-kenikmatan seperti ini tidak pernah didapatkannya dari Inara, yang Inara tau hanya terlentang seperti pelepah pisang yang bisanya hanya menerima dan pasrah dengan semua perlakuan dari suaminya. "ahhhhhh, Bayu merasakan tombak perkasanya sudah mengeluarkan semburan air hangat yang membuat celana dalamnya basah. Sementa Syafira melihat Bayu yang hanya begitu saja sudah pelepasan merasakan semakin janggal dan merasakan Bayu bukan laki-laki jantan yang dipikirkannya selama ini. "Cuma pegang-pegang saja dia sudah puas, hadeehhh! Tanpa sadar Syafira menepuk-nepuk dahinya karena heran yang membuat Bayu juga merasa heran. "Kamu kenapa, tanya Bayu yang sudah lemas. "Hmmmm, tidak apa-apa sayang, menikmati apa yang kamu berikan saja, soalnya enak, jawabnya dengan memeluk Bayu. Seperti melayang ke udara di puji seperti itu, Bayu semakin yakin kalau dia memang pria jantan tidak seperti ucapan Inara selama ini.Bukan diam seperti itu yang Inara harapkan dari suaminya, bukan membisu tanpa memberi kejelasan apapun yang di inginkannya, tetapi untuk memaksa Bayu Inara sama sekali tidak mau. Dia pun ikut diam, diam seperti suaminya, mereka sama-sama mendiamkan masalah tanpa ingin mencari solusinya bersama-sama. 3 hari kepergian Bu khadijah dan Syafira, 3 hari itu juga mereka berdua saling diam tanpa interaksi apapun. Inara bosan menunggu Bayu untuk memulai obrolan antara mereka berdua, dia jenuh dan akhirnya membiarkan permasalahan itu seperti itu saja. Inara menyibukkan dirinya mengurus Adnan dan bekerja. Selama mereka diam-diaman, selama itu juga Inara tidak melakukan apapun pekerjaan rumah, dia membiarkan baju kotor Bayu menumpuk, dia juga tidak mengurus makan minum Bayu, dia hanya mengurus dirinya dan juga anaknya. Dan Bayu, diperlakukan seperti itu dia tidak bisa mengeluh, dia hanya diam, menikmati hari-hari seperti duda memiliki istri. Bayu meradang, dia sangat mencintai Inara tetapi
Bu khadijah dan Ardi langsung membopong tubuh Inara kedalam rumah meski mereka juga dalam suasana panik dan bertanya-tanya kenapa dengan Inara. Bu Khadijah tau betul bagaimana kuatnya seorang Inara, bisa dipastikan kalau beban yang dipikulnya saat ini benar-benar sudah berat sekali sampai dia terkulai lemah pingsan tak sadarkan diri. Bu Khadijah merasa sangat cemas melihat kondisi Inara ditambah lagi dengan Bayu yang tidak ada kabar meskipun sudah berulangkali di telepon oleh Ardi. Dia mondar-mandir seperti gosokan tidak sabar menunggu Inara membuka matanya dan bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Adnan, suara Inara mengejutkab Bu Khadijah dan Ardi yang dari tadi menungguinya. Bu Khadijah langsung mendekat dan memeluk Inara, menantunya. Pecah sudah tangis Inara dipelukan ibu mertuanya, dia terus-menerus menangis mengeluarkan sebak yang ada dihatinya. Setelah sedikit reda, dia melepaskan pelukannya, ditatapnya Bu Khadijah dan Ardi saling bergantian. Dengan suara serak
Percayalah, setiap pengorbanan pasti akan ada balasan indah nantinya, kalau tidak sekarang, mungkin besok atau besoknya atau besoknya lagi yang pasti balasannya akan ada. Akan ada hikmah di setiap kejadian yang terjadi. Begitulah yang dirasakan Inara, dengan semua yang dialaminya, rasa sakit yang ditorehkan oleh orang-orang yang disayanginya dia yakin suatu saat akan mendapatkan dan memetik hikmah dari kejadian itu. Pasrah? Tidak! Rela? Juga tidak! Ikhlas? Harus, dan memang itu yang harus dilakukannya, dengan mengikhlaskan semua yang terjadi mungkin rasa sakit dan sebak dihati lama-kelamaan berangsur-angsur akan hilang dengan sendirinya. Dengan sedikit sempoyongan dia melangkahkan kakinya keluar, dia mendapati Adnan yang lagi sibuk bermain dengan Nia, adik iparnya. Melihat Inara keluar Nia segera berdiri dan membantu Inara untuk duduk didekat Adnan. Nia yang tidak tau apa yang telah terjadi tetap diam tidak berani bertanya dak ikut campur terlalu jauh. Ardi melajukan mot
Inara membisu, dia tidak paham maksud semua tuduhan Bayu, suaminya. Dia hanya bisa menatap sendu kearah Bayu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda heran. "Kamu selau tidak puas dengan semua yang kuberikan kepadamu di ranjang, kamu selau merendahkan aku, kamu kejam Inara, kamu tidak sama dengan Syafira, Syafira berbeda, Iyah, dia berbeda dari kamu, ka-kamu hiperseks, ka- PLAAAKKKK Inara sudah tidak sanggup mendengarkan semua tuduhan Bayu, dia sudah tidak kuat menahan emosinya dia semakin emosi karena Bayu membawa-bawa nama Syafira. "Berani kamu menampar aku? ujar Bayu dengan suara memekik. Bu Khadijah dan Ardi tetap diam tidak melakukan tindakan apapun, mereka membiarkan Bayu dan Inara mengeluarkan dan meluapkan emosi yang mungkin selama ini mereka pendam. "Karena kamu sudah melampaui batas Bayu, kamu sudah mengatakan yang bukan-bukan yang tidak pernah aku buat." Bayu semakin emosi dengan ucapan Inara. "Jadi kamu menyangkal semua yang aku ucapkan, kamu tidak menga
Dengan langkah lesu tak bersemangat Bayu melangkahkan kakinya pergi menjauh dari rumah dimana dia dibesarkan seperti kata ibunya yang lebih memilih membela Inara dibandingkan dia anak kandung ibunya.Ketika rumah dan Inara ditinggalkannya, Bayu merasa hatinya pun ikut tertinggal di sana. Dan sekarang bayang cantik dan lembut Inara mantan istrinya serasa mengikutinya. Wajah sembab Inara tadi menggantung di pelupuk matanya, air mata Inara tadi terus terbayang di relung hatinya yang paling dalam."Tuhan, apa yang sedang aku rasakan? Apa yang sedang aku perbuat ini? Apa aku salah jalan, Tuhan? Tanya hatinya gelisah.Bayu teringat Syafira, gadis kecil yang sangat disayangi oleh Inara. Dia mengambil benda pipih yang ada di kantong celananya dan segera mengirimkan pesan lewat via WhatsApp."Saya tidak bisa menjemput kamu, aku tunggu kamu di rumah, ada hal yang ingin saya bicarakan kepadamu tentang kita, tentang kemana kita bawa hubungan ini."Centang dua, artinya pesannya telah terkirim tin
Berulangkali dia mengingat semua ucapan Syafira dan berulangkali juga rasa tidak percaya ada dihatinya. Dia tidak yakin dengan apa yang keluar baru saja dari bibir yang telah membuatnya candu. "Syafira, kamu sangat kejam, kejam sekali, ucapnya dalam hati. Bayu berdiri menghadap kaca sambil memandangi bayangannya pada kaca dihadapannya. Dia menatap wajahnya didepan sana. "Sungguh menyedihkan, bukan? Tanyanya berbicara dengan bayangannya sendiri. Bayu diam. Dan diam-diam pula ia merutuki dirinya karena telah melukai Inara, wanita yang telah bertahun-tahun menemaninya dalam suka maupun duka."Aku tidak jadi pergi, aku akan disini dan akan menerima kamu apa adanya, ucap Syafira yang membuat senyum Bayu yang tadi hilang seketika kembali seperti semula.Bayu langsung memeluk Syafira."Kita akan menikah secepatnya."Bayu memperjelas ucapannya sambil memegang tangan Syafira."lebih tepatnya besok."Syafira menggeleng, "mbak Inara bagaimana? Tanyanya dengan agak ragu."Hmmmm, aku sudah me
Pelan-pelan Inara membuka matanya, perih terasa di punggungnya akibat tendangan mantan suaminya yang begitu kuat. Dia terkejut melihat Ardi tertidur pulas sambil menggenggam tangannya, ingin rasanya dia melepaskan tangan Ardi tetapi ia mengurungkan niatnya karena melihat Ardi tertidur begitu pulas. Inara dengan gelisah dan sesekali melihat ke Ardi berharap Ardi cepat bangun dan melepaskan genggaman tangannya. Bu Khadijah sengaja memasak bubur untuk sarapan Inara, dia sangat merasa bersalah dengan semua yang telah diperbuat oleh anaknya. Bu Khadijah masuk kekamar dimana Inara istirahat. Sementara Inara mendengar suara langkah kaki segera menutup matanya kembali berpura-pura tertidur pulas seperti Ardi. Melihat dua tangan berpegangan seperti itu, Bu Khadijah mengerutkan dahinya merasa heran dengan Ardi dan juga Inara. Bu Khadijah membangunkan Ardi dan bertanya apa maksud Ardi melakukan hal tersebut. "Semalam Inara mimpi sambil menangis-nangis Bu, Ardi sudah mencoba membangunkan d
Enam bulan berlalu terasa begitu cepat. Waktunya Inara mengurus surat cerainya dengan Bayu guna memperjelas statusnya. Ia juga ingin melanjutkan hidupnya sama seperti Bayu yang sudah bahagia seperti apa yang dilihatnya akhir-akhir ini.Kecewanya terhadap Bayu dan juga Syafira sudah betul-betul tidak bisa diungkapkannya lagi. "Apa tidak bisa menunggu sampai status Bayu dan aku benar-benar jelas? Ucapnya dalam hati.Selama enam bulan, Inara hanya di rumah mengerjakan yang bisa dikerjakannya. Dia hanya bisa berdiam diri disana sesuai permintaan dan keinginan Bu Khadijah selaku mantan ibu mertuanya.Inara hanya ingin melakukan baktinya untuk yang terakhir, dia hanya ingin memberi kesan yang baik sebelum dia benar-benar pergi menjauh dari keluarga Bayu dan mencari kebahagiannya sendiri.Inara ditemani Ardi dan Bu Khadijah berangkat ke pengadilan mengurus perceraian antara Inara dan juga Bayu. Setelah semua persyaratan sudah lengkap akhirnya berkas Inara dan Bayu dengan secepatnya akan nai