Share

bab.7

Waktu terus berjalan, hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, Bayu merindukan aksi yang tidak sengaja mereka lakukan, dia benar-benar tersiksa dengan rinndunya yang terlarang. Pondok usang itu seperti kenangan dan bayangan indah yang selalu ingin diulanginya kembali.

Gelisah dan risau setiap hari dirasakannya setelah memutuskan untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Syafira yang telah menjadi candunya.

Semakin dia menjauhi Syafira semakin besar rasa rindu dihatinya. Dia hanya bisa menyibukkan dirinya sampai larut malam, bekerja tidak mengenal rasa lelah hanya untuk menghindari Syafira.

Semakin dia menghindar dan semakin besar rasa rindu kepada Syafira.

Rindu yang semakin besar tidak kuasa ditahannya lagi, Bayu tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi nantinya, yang di inginkan nya sekarang hanya ingin bertemu melepas rasa rindu yang hampir saja meledak "booomm" meletus.

Sore itu Bayu memutuskan untuk menjemput Syafira tanpa memberi kabar. Rasa rindu didadanya telah membutakan mata hati, pikiran dan juga akal sehatnya.

Dan sementara Syafira yang melihat Bayu menunggunya didepan gerbang kampus, Syafira tersenyum dalam hatinya berkata " akhirnya dia masuk ke perangkap ku yang tidak ada kunci untuk mu keluar nantinya."

Bayu seperti anak ABG yang baru saja mengenal cinta, dia merasakan getaran didadanya dag,dig, dug ser seperti bunyi gendang bertalu-talu.

"a-aku, a-ku di suruh menjemput ka-kamu.

Syafira langsung naik kebelakang Bayu tanpa memberikan respon apapun, dia hanya tersenyum merasa geli melihat laki-laki pujaan hatinya sepertinya grogi sampai dia berbicara gemetaran dan terbata-bata.

Terus dan tetap diam hanya itu yang bisa mereka lakukan, mereka berdua Syafira sibuk dengan pikiran dan juga perasaan masing-masing.

"Apa yang harus kujelaskan kepada Inara seandainya dia tau tentang hari ini, aku harus beralasan apa?" Bayu terus sibuk dengan sejuta pertanyaan dipikirannya.

Syafira dengan sengaja melingkarkan tangannya ke perut Bayu, dia ingin Bayu fokus kepadanya bukan memikirkan hal-hal lain seperti istri dan anaknya yang sedang ditinggalkannya di rumah.

"Ke-kenapa?

Syafira semakin menjadi-jadi, dia sengaja menjawab pertanyaan Bayu dengan agak manja dan sedikit mendesah membuat dahi Bayu berkeringat menahan gejolak gelora nafsu.

"Pelan-pelan lah sayang, aku takut ngebut, ucapnya semakin mempererat pelukannya.

Dag,dig, dug ser suara gendang bertalu-talu, jantungnya seperti mau copot dan berhenti mendengar suara Syafira yang begitu manja, dan kata sayang yang keluar dari mulut Syafira semakin melambungkan nya ke udara.

"Sa-sa-sayang?"

"Iya, boleh aku panggil kamu dengan panggilan itu? tanya Syafira sambil tangannya mengelus-elus paha Bayu yang semakin dan semakin menaikkan geloranya.

"Bo-boleh, apa yang tidak boleh untuk kamu, semuanya boleh, jawabnya dengan mantap.

Tidak terasa Bayu sudah membawa motor begitu jauh yang tidak tentu arah tujuannya. Setelah merasa lelah mengendarai motor, Bayu membelokkan motornya ke sebuah cafe yang nuansanya seperti cafe remang-remang. (Sama-sama tau lah yah, kalau cafenya remang-remang, ha ha ha?

Syafira hanya tersenyum, dia tau apa yang ada dibenak Abang iparnya, dia tau apa yang diinginkan Abang iparnya tersebut. Dia diam dan juga pasrah jika malam ini harus merelakan semua apa yang dimilikinya kepada Bayu, laki-laki yang sangat diinginkannya.

"Memang harusnya seperti ini, kamu dan aku yah kita yang akan nantinya selalu bersama kalau aku masih tetap mau bersama kamu, ucap Syafira dalam hatinya sambil menggandeng Bayu.

Seperti dua insan yang dimabuk asmara tanpa perduli banyak mata yang memandang, mereka berdua berpelukan berjalan sambil mencari tempat yang lebih aman dan yang pastinya murah, gelap dan remang-remang seperti nama cafe yang sengaja mereka singgahi.

Bayu mengorder makanan dan minuman untuk dia dan juga Syafira.

"Hanya bermodalkan tampang dan uang jajan lima puluh ribu, tombak perkasa ku pastinya nanti akan puas sepuasnya, ha ha ha, ujar Bayu sambil cengar-cengir sendiri.

Selama menunggu makanan datang, tangan Bayu terus bergerak tidak ada diamnya sambil matanya melihat kalau pelayan yang mengantar makanan tiba-tiba datang.

"Sayang, geli tau, ucap Syafira dengan suara khas manjanya.

Bayu tidak perduli, jari tangannya terus bermain diarea sensitifnya Syafira yang membuat Syafira merasa geli dan mulai basah.

Bayu terus merem melek, kenikmatan-kenikmatan seperti ini tidak pernah didapatkannya dari Inara, yang Inara tau hanya terlentang seperti pelepah pisang yang bisanya hanya menerima dan pasrah dengan semua perlakuan dari suaminya.

"ahhhhhh, Bayu merasakan tombak perkasanya sudah mengeluarkan semburan air hangat yang membuat celana dalamnya basah.

Sementa Syafira melihat Bayu yang hanya begitu saja sudah pelepasan merasakan semakin janggal dan merasakan Bayu bukan laki-laki jantan yang dipikirkannya selama ini.

"Cuma pegang-pegang saja dia sudah puas, hadeehhh!

Tanpa sadar Syafira menepuk-nepuk dahinya karena heran yang membuat Bayu juga merasa heran.

"Kamu kenapa, tanya Bayu yang sudah lemas.

"Hmmmm, tidak apa-apa sayang, menikmati apa yang kamu berikan saja, soalnya enak, jawabnya dengan memeluk Bayu.

Seperti melayang ke udara di puji seperti itu, Bayu semakin yakin kalau dia memang pria jantan tidak seperti ucapan Inara selama ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status