Bu khadijah dan Ardi langsung membopong tubuh Inara kedalam rumah meski mereka juga dalam suasana panik dan bertanya-tanya kenapa dengan Inara.
Bu Khadijah tau betul bagaimana kuatnya seorang Inara, bisa dipastikan kalau beban yang dipikulnya saat ini benar-benar sudah berat sekali sampai dia terkulai lemah pingsan tak sadarkan diri. Bu Khadijah merasa sangat cemas melihat kondisi Inara ditambah lagi dengan Bayu yang tidak ada kabar meskipun sudah berulangkali di telepon oleh Ardi. Dia mondar-mandir seperti gosokan tidak sabar menunggu Inara membuka matanya dan bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Adnan, suara Inara mengejutkab Bu Khadijah dan Ardi yang dari tadi menungguinya. Bu Khadijah langsung mendekat dan memeluk Inara, menantunya. Pecah sudah tangis Inara dipelukan ibu mertuanya, dia terus-menerus menangis mengeluarkan sebak yang ada dihatinya. Setelah sedikit reda, dia melepaskan pelukannya, ditatapnya Bu Khadijah dan Ardi saling bergantian. Dengan suara serak dan dengan air mata dia langsung membuka suaranya dan menceritakan dengan semua yang di alaminya. "Mas Bayu dan Syafira berselingkuh." Inara terdiam, dia tidak kuasa menyambung kalimatnya kembali dia hanya bisa menangis. Bu khadijah langsung terkejut, tapi bukan Bu Khadijah namanya yang mengambil kesimpulan sebelum mendengar pengakuan dari Bayu. Tetapi untuk menyangkal dan membantah ucapan Inara dia tidak sanggup melihat kondisi Inara yang begitu memprihatinkan. "Kamu istirahat dulu sayang, setelah badan kamu fit dan pikiran kamu tenang kita bahas kembali, ujar Bu khadijah yang memapah Inara ke kamar Nia putri semata wayangnya. Setelah membiarkan Inara istirahat, Bu Khadijah keluar dan menemui Ardi. "Inara sudah tidur Bu? Tanya Ardi dengan penasaran. "Hussss...mulut mu itu. Inara, Inara, Kaka ipar mu itu, meskipun umur dia dibawah kamu tapi dia istri dari Abang mu yang wajib kamu hormati, ucap Bu Khadijah dengan tegas. Ardi nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Ibu percaya apa ayang diceritakan kan Nara?" Bu Khadijah merebahkan badannya ke sofa sambil memijit-mijit pelan dahinya karena pusing dengan masalah anak menantunya itu. Dia diam tidak merespon ucapan anaknya, Ardi. "Kemana sih anak ini, ujarnya dengan gusar." Bu Khadijah sangat berharap kalau tuduhan Inara kepada Bayu hanya sebatas karena cemburu, dia sangat berharap kalau anak sulungnya tidak sama dengan mantan suaminya, laki-laki buaya darat. Dia teringat Syafira, dia langsung mencari kontak Syafira dan langsung melakukan video call. Sementara Syafira yang tidur dipelukan Bayu merasa terganggu dengan suara handphonenya yang lupa di silent nya. Karena setengah sadar, tanpa melihat siapa yang menelponnya dia langsung mengangkatnya yang membuat dia terkejut. "Ibu? Ucapnya yang langsung mematikan sambungan video call mereka berdua. Jantung Bu Khadijah berdegup kencang, dag,dig,dug. Wajahnya pucat pasi, nafasnya turun naik menahan emosi, sekujur tubuhnya lemah melihat Bayu tertidur pulas memeluk Syafira ditempat dan selimut yang sama dengan Syafira. Bisa dipastikan kalau apa yang dikatakan Inara itu merupakan fakta. Pemandangan tadi merupakan jawaban dari segala pertanyaan yang ada didalam benaknya. Ardi yang ikut menyaksikan pemandangan tadi ikut merasa geram dengan perlakuan Bayu dan Syafira terhadap Inara. "Kamu lacak dimana keberadaan Bayu sekarang, ibu ingin memberi pelajaran kepadanya, ibu tidak mau punya anak yang tidak tau diuntung seperti itu." Ardi menggangguk, dengan keahlian yang dimilikinya tidak berlangsung lama dia sudah bisa melacak keberadaan abangnya dari lokasi hanphone Bayu yang selalu aktif. Setelah lokasi dirasa sudah akurat, Bu Khadijah dan Ardi langsung meluncur ke lokasi setelah menitipkan Adnan dan Inara kepada Nia yang sedang berada dijalan pulang dari kampus. Tidak perlu menunggu lama hanya butuh waktu 30 menitan mereka sudah sampai ke tujuan yang mereka inginkan. Bu Khadijah yang langsung masuk tanpa permisi segera di stop oleh satpam hotel tersebut. Meski sudah menjelaskan panjang lebar Bu Khadijah dan Ardi tetap tidak diperbolehkan masuk karena sudah menjadi prosedur hotel untuk menjaga privasi tamu mereka. Dengan wajah dan hati dongkol Bu Khadijah meninggalkan hotel tersebut dan mengajak Ardi ke rumah tempat tinggal Inara dan Bayu. Ardi hanya bisa menggangguk dan mengikuti semua arahan dan ucapan ibunya. Dan Syafira yang merasa teledor segera membangunkan Bayu dan mengatakan hal yang baru saja terjadi. "Apa? Ucap Bayu yang langsung berdiri. Bukan seperti ini yang dinginkan dan direncanakannya. Dia sebenarnya ingin jujur kepada ibunya tentang hubungannya dengan Syafira dengan menyalahkan Inara atas apa yang telah terjadi sekarang ini. Syafira kaget dengan bentakan Bayu. Melihat wajah Syafira berubah sendu Bayu segera meminta maaf dan berjanji semua akan berjalan sesuai dengan apa yang mereka rencanakan. "Aku harus menemui ibu sekarang, ujar Bayu sambil menggenggam tangan syafira. Syafira mengangguk tanda setuju. Bayu menatap nakal kearah Syafira. "Sebelum kita menemui ibu, ada baiknya kamu berikan seteguk madu lagi kepada ku, ucapnya sambil mengedipkan matanya. Syafira tersenyum nakal, didorong nya badan Bayu hingga terjatuh, dia langsung menimpahi Bayu dan mencium i seluruh tubuh Bayu yang membuat Bayu menggeliat geli. Dia mengerang dan mendesah, selama bersama Syafira dia terus mendapatkan kenikmatan yang membuatnya ketagihan dan merasa candu. Bayu mengganti posisi, sekarang giliran dia yang menciumi sekujur tubuh Syafira, tidak lupa dia meninggalkan jejak dileher dan juga di dada Syafira untuk mengatakan kepada semua orang bahwa telah memiliki empunya. Bayu mengarahkan tombaknya ke sumur bor Syafira, belum 3 menit Bayu sudah mengalami pelepasan yang membuat hati Syafira dongkol tidak menentu. "Selalu seperti ini, saya belum melayang dia sudah terjun bebas. Hmmmm. Laki-laki lemah, ucap Syafira dalam hatinya. Meskipun begitu Syafira tetap berpura-pura merasa puas dengan permainannya Bayu. "Kamu benar-benar perkasa, ucapnya berbohong. Bayu senang dan dipuji seperti itu, dia benar-benar tidak tau kalau sebenarnya dia merupakan laki-laki yang tidak ada perkasa-perkasanya. Bayu segera membersihkan badannya setelah mengecup mesra pipinya Syafira, gadis yang sudah menjadi candunya. Syafira tetap dengan kepura-puraan nya bersikap manis seolah-olah puas dengan layanan Bayu. "Kamu mandi ya, aku mau istirahat sebentar. Badan ku lemah semua, tenagaku benar-benar terkuras setiap kita melakukannya, ucapnya yang terus membuat kebohongan guna membuat Bayu agar semakin terjerat kepadanya. Bayu tersenyum dan juga bangga, dia merasa dia benar-benar merupakan laki-laki jantan dan perkasa seperti apa yang keluar dari mulut Syafira. Sepeninggal Bayu, Syafira menatap langit-langit kamar hotel dan mengingat Bayu yang sangat lemah saat diranjang. Masih jelas diingatannya, untuk menembus keperawanannya mereka harus berulang-ulang kali melakukan pemanasan dan dibantu dengan obat kuat yang sengaja dibelinya dan dimasukkannya ke minuman Bayu tanpa sepengetahuannya. "Kok mbak inara begitu sabar selama 7 tahun bersuami Bayu yang lemah syahwat seperti itu, monolognya dalam hati. Dia sedikit merasa kasihan kepada Inara karena selama 7 tahun ini berarti dia tersiksa bathin karena tidak pernah puas dengan pelayanan Bayu. Sementara Bayu yang mandi dikamar mandi tersenyum dan bersiul-siul bahagia. Bukan tanpa alasan dia sangat bahagia, pujian yang diberikan oleh Syafira mematahkan ucapan Inara yang mengatakan kalau Bayu lemah syahwat dan jarang membuat Inara puas. Masih segar diingatannya berulang kali Inara mengatakan kalau dia belum puas. "Mas, aku masih pengen, ucap Inara dengan polosnya. "Tapi sudah loyo bun, ucap Bayu menunjuk tombaknya. Bayu menepis kenangan-kenangan buruk itu. "Bukan aku yang lemah dia yang terlalu rakus dan tidak bersyukur, sungutnya dan segera membersihkan badannya.Percayalah, setiap pengorbanan pasti akan ada balasan indah nantinya, kalau tidak sekarang, mungkin besok atau besoknya atau besoknya lagi yang pasti balasannya akan ada. Akan ada hikmah di setiap kejadian yang terjadi. Begitulah yang dirasakan Inara, dengan semua yang dialaminya, rasa sakit yang ditorehkan oleh orang-orang yang disayanginya dia yakin suatu saat akan mendapatkan dan memetik hikmah dari kejadian itu. Pasrah? Tidak! Rela? Juga tidak! Ikhlas? Harus, dan memang itu yang harus dilakukannya, dengan mengikhlaskan semua yang terjadi mungkin rasa sakit dan sebak dihati lama-kelamaan berangsur-angsur akan hilang dengan sendirinya. Dengan sedikit sempoyongan dia melangkahkan kakinya keluar, dia mendapati Adnan yang lagi sibuk bermain dengan Nia, adik iparnya. Melihat Inara keluar Nia segera berdiri dan membantu Inara untuk duduk didekat Adnan. Nia yang tidak tau apa yang telah terjadi tetap diam tidak berani bertanya dak ikut campur terlalu jauh. Ardi melajukan mot
Inara membisu, dia tidak paham maksud semua tuduhan Bayu, suaminya. Dia hanya bisa menatap sendu kearah Bayu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda heran. "Kamu selau tidak puas dengan semua yang kuberikan kepadamu di ranjang, kamu selau merendahkan aku, kamu kejam Inara, kamu tidak sama dengan Syafira, Syafira berbeda, Iyah, dia berbeda dari kamu, ka-kamu hiperseks, ka- PLAAAKKKK Inara sudah tidak sanggup mendengarkan semua tuduhan Bayu, dia sudah tidak kuat menahan emosinya dia semakin emosi karena Bayu membawa-bawa nama Syafira. "Berani kamu menampar aku? ujar Bayu dengan suara memekik. Bu Khadijah dan Ardi tetap diam tidak melakukan tindakan apapun, mereka membiarkan Bayu dan Inara mengeluarkan dan meluapkan emosi yang mungkin selama ini mereka pendam. "Karena kamu sudah melampaui batas Bayu, kamu sudah mengatakan yang bukan-bukan yang tidak pernah aku buat." Bayu semakin emosi dengan ucapan Inara. "Jadi kamu menyangkal semua yang aku ucapkan, kamu tidak menga
Dengan langkah lesu tak bersemangat Bayu melangkahkan kakinya pergi menjauh dari rumah dimana dia dibesarkan seperti kata ibunya yang lebih memilih membela Inara dibandingkan dia anak kandung ibunya.Ketika rumah dan Inara ditinggalkannya, Bayu merasa hatinya pun ikut tertinggal di sana. Dan sekarang bayang cantik dan lembut Inara mantan istrinya serasa mengikutinya. Wajah sembab Inara tadi menggantung di pelupuk matanya, air mata Inara tadi terus terbayang di relung hatinya yang paling dalam."Tuhan, apa yang sedang aku rasakan? Apa yang sedang aku perbuat ini? Apa aku salah jalan, Tuhan? Tanya hatinya gelisah.Bayu teringat Syafira, gadis kecil yang sangat disayangi oleh Inara. Dia mengambil benda pipih yang ada di kantong celananya dan segera mengirimkan pesan lewat via WhatsApp."Saya tidak bisa menjemput kamu, aku tunggu kamu di rumah, ada hal yang ingin saya bicarakan kepadamu tentang kita, tentang kemana kita bawa hubungan ini."Centang dua, artinya pesannya telah terkirim tin
Berulangkali dia mengingat semua ucapan Syafira dan berulangkali juga rasa tidak percaya ada dihatinya. Dia tidak yakin dengan apa yang keluar baru saja dari bibir yang telah membuatnya candu. "Syafira, kamu sangat kejam, kejam sekali, ucapnya dalam hati. Bayu berdiri menghadap kaca sambil memandangi bayangannya pada kaca dihadapannya. Dia menatap wajahnya didepan sana. "Sungguh menyedihkan, bukan? Tanyanya berbicara dengan bayangannya sendiri. Bayu diam. Dan diam-diam pula ia merutuki dirinya karena telah melukai Inara, wanita yang telah bertahun-tahun menemaninya dalam suka maupun duka."Aku tidak jadi pergi, aku akan disini dan akan menerima kamu apa adanya, ucap Syafira yang membuat senyum Bayu yang tadi hilang seketika kembali seperti semula.Bayu langsung memeluk Syafira."Kita akan menikah secepatnya."Bayu memperjelas ucapannya sambil memegang tangan Syafira."lebih tepatnya besok."Syafira menggeleng, "mbak Inara bagaimana? Tanyanya dengan agak ragu."Hmmmm, aku sudah me
Pelan-pelan Inara membuka matanya, perih terasa di punggungnya akibat tendangan mantan suaminya yang begitu kuat. Dia terkejut melihat Ardi tertidur pulas sambil menggenggam tangannya, ingin rasanya dia melepaskan tangan Ardi tetapi ia mengurungkan niatnya karena melihat Ardi tertidur begitu pulas. Inara dengan gelisah dan sesekali melihat ke Ardi berharap Ardi cepat bangun dan melepaskan genggaman tangannya. Bu Khadijah sengaja memasak bubur untuk sarapan Inara, dia sangat merasa bersalah dengan semua yang telah diperbuat oleh anaknya. Bu Khadijah masuk kekamar dimana Inara istirahat. Sementara Inara mendengar suara langkah kaki segera menutup matanya kembali berpura-pura tertidur pulas seperti Ardi. Melihat dua tangan berpegangan seperti itu, Bu Khadijah mengerutkan dahinya merasa heran dengan Ardi dan juga Inara. Bu Khadijah membangunkan Ardi dan bertanya apa maksud Ardi melakukan hal tersebut. "Semalam Inara mimpi sambil menangis-nangis Bu, Ardi sudah mencoba membangunkan d
Enam bulan berlalu terasa begitu cepat. Waktunya Inara mengurus surat cerainya dengan Bayu guna memperjelas statusnya. Ia juga ingin melanjutkan hidupnya sama seperti Bayu yang sudah bahagia seperti apa yang dilihatnya akhir-akhir ini.Kecewanya terhadap Bayu dan juga Syafira sudah betul-betul tidak bisa diungkapkannya lagi. "Apa tidak bisa menunggu sampai status Bayu dan aku benar-benar jelas? Ucapnya dalam hati.Selama enam bulan, Inara hanya di rumah mengerjakan yang bisa dikerjakannya. Dia hanya bisa berdiam diri disana sesuai permintaan dan keinginan Bu Khadijah selaku mantan ibu mertuanya.Inara hanya ingin melakukan baktinya untuk yang terakhir, dia hanya ingin memberi kesan yang baik sebelum dia benar-benar pergi menjauh dari keluarga Bayu dan mencari kebahagiannya sendiri.Inara ditemani Ardi dan Bu Khadijah berangkat ke pengadilan mengurus perceraian antara Inara dan juga Bayu. Setelah semua persyaratan sudah lengkap akhirnya berkas Inara dan Bayu dengan secepatnya akan nai
"Di, kamu kenapa melamun?Ardi tersentak yang langsung membuyarkan lamunannya tentang masa lalunya dengan Inara.Mata mereka berdua saling bertemu di kaca spion yang membuat mereka berdua salah tingkah.Rasa yang ada diantara mereka berdua masih ada, masih tersimpan rapi jauh disana,didalam lubuk hati."Bu, besok Inara mau pulang kampung mau nyekar ke makam ayah dan juga bunda, lagian sudah lama tidak mengunjungi paman, ucap Inara.ingin rasanya Ardi menahan Inara untuk tidak pergi, dia tidak ingin kehilangan kesempatan kedua untuk mendapatkan gadis pujaannya.Bu khadijah menggangguk menandakan setuju, tidak ada haknya lagi untuk melarang Inara yang sudah bukan menantunya lagi."Adnan ikut? timpal Ardi yang ikut nimbrung dalam obrolan Inara dan ibunya."Iya, karena mungkin Inara akan lama dikampung."Bu Khadijah mendengus, dia sedih karena nantinya akan lama bertemu dengan cucu satu-satunya."Ya sudah, besok biar Ardi yang mengantar kalian, kasihan Adnan nanti naik turun bus dan pasti
Setelah merasa semua rencananya telah matang, dengan penuh keyakinan pagi itu Bayu mengantarkan motornya untuk digunakan Ardi mengantar Inara ke kampung halamannya hujan untuk menenangkan dirinya. Bayu menepikan motornya dan segera masuk setelah memberikan salam. Mendengar suara Bayu, Inara ingin berlari sejauh mungkin, tetapi hati kecilnya menyuruhnya untuk berada tetap disana, "harus kuat, tunjukkan padanya kalau mampu tanpa dia." Ucapnya dalam hati. Bayu langsung mengendong Adnan, enam bulan terpisah membuatnya begitu merindukan Adnan pelipur laranya. Sesekali Bayu curi-curi pandang kearah Inara yang terus sibuk mempersiapkan bekal mereka dalam perjalanan. "Kamu apa kabar? Tanya Bayu pelan. Yang ditanya tetap diam, sama sekali tidak menggubris dan menganggapnya ada disana. Bayu tetap sabar dan mengulang lagi pertanyaan-pertanyaannya. "Inara, kamu apa kabar? Dan seperti sebelumnya, Inara mengganggap Bayu seperti kentut yang keluar begitu saja. Dia tetap tidak mengh