Bukan diam seperti itu yang Inara harapkan dari suaminya, bukan membisu tanpa memberi kejelasan apapun yang di inginkannya, tetapi untuk memaksa Bayu Inara sama sekali tidak mau. Dia pun ikut diam, diam seperti suaminya, mereka sama-sama mendiamkan masalah tanpa ingin mencari solusinya bersama-sama.
3 hari kepergian Bu khadijah dan Syafira, 3 hari itu juga mereka berdua saling diam tanpa interaksi apapun. Inara bosan menunggu Bayu untuk memulai obrolan antara mereka berdua, dia jenuh dan akhirnya membiarkan permasalahan itu seperti itu saja. Inara menyibukkan dirinya mengurus Adnan dan bekerja. Selama mereka diam-diaman, selama itu juga Inara tidak melakukan apapun pekerjaan rumah, dia membiarkan baju kotor Bayu menumpuk, dia juga tidak mengurus makan minum Bayu, dia hanya mengurus dirinya dan juga anaknya. Dan Bayu, diperlakukan seperti itu dia tidak bisa mengeluh, dia hanya diam, menikmati hari-hari seperti duda memiliki istri. Bayu meradang, dia sangat mencintai Inara tetapi tidak ingin kehilangan raganya Syafira. Dia benar-benar candu dengan rasa yang diberikan oleh Syafira. Dibengkel dia sama sekali tidak fokus, yang dipikirannya hanya paha dan juga dada mulus Syafira. "Bisa gila aku seperti ini, ucapnya dalam hati. Bayu pura-pura menelepon ibunya, dia bertanya kapan kembali ke rumah. "Tumben kamu bertanya ibu kapan pulang? Jawab Bu Khadijah dari seberang via telepon genggamnya. "Hmmm, ditanya salah, gak ditanya nanti ibu bilang aku tidak perhatian, ucap Bayu mengeles. Bu Khadijah terkekeh dengan jawaban anak sulungnya itu. Bu khadijah merupakan seorang janda yang memiliki 3 anak, Bayu, Nia dan Ardie. Bu Khadijah ditinggal selingkuh oleh suaminya. Suaminya pergi begitu saja tanpa kabar dan juga berita. Dia hanya meninggalkan sepucuk surat beserta foto kopi surat nikah sirihnya dengan perempuan yang brnama Lastri. Sampai sekarang dia tidak tau penyebab dan alasan suaminya berselingkuh darinya. Dan dia juga tidak pernah dan tidak ingin mencari tau alasan suaminya menduakannya. Nafkah bathin suaminya selalu dipenuhinya sebaik mungkin, minta gaya apapun selalu dijabaninya demi memuaskan suaminya. Tapi yang namanya manusia yang tidak mau bersyukur pasti akan merasa kurang dan juga kurang. "Sore ini ibu pulang, kamu jemput Syafira ke rumah yah, ibu tidak sempat mengantarnya." Bayu tersenyum mendengar ucapan ibunya, dia merasa tersiram air segar ditengah dahaga yang ditahannya berbulan-bulan. Dia seperti mandi di air terjun saat kemarau melanda. Jiwa mudanya meronta-ronta, jiwa mudanya kembali saat mendengar kalau pujaan hatinya sebentar lagi akan kembali. Bayu merasa waktu berputar sangat lama, menunggu sore rasanya seperti bertahun-tahun. Mendengar kabar dari ibu tercinta kalau mereka telah sampai, Bayu tanpa mikir apapun dia langsung menutup bengkel dan segera meluncur menuju rumah tempat dimana dia dilahirkan dan dibesarkan. Segitu rindu dan kangennya dia kepada Syafira, wanita perebut dan penghancur rumah tangganya. Tanpa memikirkan perasaan istrinya, Bayu bertingkah sesuka hatinya. Wajahnya sumringah setelah melihat langsung Syafira. "Kok cepat kali jemputnya, tanya Bu Khadijah tanpa memikirkan apa-apa. Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali, dia mencari alasan agar ibunya tidak curiga. "Kebetulan lewat Bu, sekalian aja biar tidak bolak balik, jawabnya. Lagi-lagi bayu terus berbohong. Kebohongan demi kebohongan terus dia lakukan demi kepentingan pribadinya. Bayu yang pendiam sekarang telah berubah menjadi Bayu yang jago ngeles dan berbohong hanya demi menutupi rasa yang dipendamnya terhadap Syafira. Bu Khadijah manggut-manggut, dia merasa alasan Bayu memang masuk diakal. Syafira yang merasa diperlakukan khusus oleh Bayu merasa sangat tersanjung, dia merasa dan mengganggap kalau dia merupakan wanita yang begitu sangat beruntung. Syafira naik diboncengan motornya Bayu, jantung Bayu berdegup kencang seperti mau berhenti ketika tangan Syafira mulai melingkarkan tangannya diperutnya. Bukan langsung pulang menuju rumah, Bayu langsung membelokkan motornya ke arah berlawanan rumahnya. Syafira megerutkan dahi, dia heran kemana dia akan di bawa oleh Bayu, laki-laki yang telah membuat dia jatuh cinta dari dulu. Syafira diam dan pasrah, dia percaya kalau Bayu tidak akan macam-macam terhadapnya. Bayu melajukan motornya, dia pergi sejauh mungkin dari tempat dimana orang mengenal mereka berdua. Merasa sudah aman, Bayu membelokkan motornya ke cafe, dia ingin berbicara serius dengan Syafira tentang mereka berdua kedepannya. "Kamu capek? Ucap Bayu menatap penuh gairah ke arah Syafira. Syafira menggangguk tanda iya. Bayu menggenggam tangan Syafira, dia menunjukkan betapa dia prihatin dengan Syafira yang benar-benar capek. "Kamu tidak usah pulang kerumah lagi yah, aku tidak ingin terjadi apa-apa kepadamu, aku tidak mau kalau Inara akan berbuat yang tidak-tidak kepadamu, ucapnya sambil terus menggenggam dan sesekali meremas tangan Syafira. Syafira menatap Bayu, dia tidak tau harus menjawap semua ucapan Bayu, dia terdiam dalam bingung harus kemana dia tinggal kalau bukan kerumahnya Inara. Dia menghela nafas menandakan betapa berat beban yang dipikulnya. "Kamu jangan takut, kita akan cari rumah untuk tempat kamu tinggal yang sebentar lagi akan jadi tempat tinggal kita berdua." Mendengar ucapan Bayu, mata Syafira berbinar-binar bahagia, ada rasa nyaman dan seketika rasa takutnya hilang berganti dengan bahagia, bahagia yang tidak bisa diungkapkannya dengan sekedar kata-kata. Dia membalas genggaman Bayu, ditariknya tangan Bayu dan dikecupnya dengan mesra yang membuat senjata perkasa Bayu langsung berdiri dan yang ingin mencari tujuannya kemana dia akan berlabuh. Bayu grasak-grusuk tidak tenang, dia menyuruh Syafira untuk segera menghabiskan makanan dan minuman yang mereka pesan. Bayu langsung menuju tempat tujuan utamanya yaitu HOTEL setelah membayar semua tagihan minuman dan juga makanan mereka berdua. Tanpa ada penolakan sama sekali Syafira menggangguk tanda setuju saat Bayu mengatakan kalau dia benar-benar rindu dan ingin mengulang saat-saat bersama dikamar mereka berdua. Mendapat persetujuan dari Syafira, Bayu semakin bersemangat dan semakin membuat gairahnya menggelora. Tidak menunda-nunda, Bayu langsung membopong tubuh Syafira setelah mendapatkan kamar yang membuat dia merogoh kantong yang lumayan besar. Tapi demi kepuasan bathin dan nafsu yang tidak tertahankan lagi dia sama sekali tidak merasa rugi. "Aku mandi dulu, aku tidak ingin melakukannya dengan badan yang bau, berkeringat dan lengket seperti ini, ucap Syafira dengan manja sampai membuat Bayu menelan salivanya berkali-kali. Bayu hanya bisa menggangguk, dia seperti tersihir dan terhipnotis Syafira. Dia hanya bisa menggangguk setiap apapun yang diucapkan oleh Syafira. Selama ini dia dan Syafira selalu kucing-kucingan, setiap mereka melakukanya, mereka berdua selalu tergesa-gesa takut ketahuan oleh Inara, istrinya. Dan sekarang, di tempat ini, di hotel yang sengaja mereka sewa, Bayu ingin benar-benar menikmati tubuh Syafira, dia ingin menuntaskan hasratnya yang terpendam selama beberapa hari ini. Sambil menghidupkan sebatang rokok, Bayu dengan sabar menunggu Syafira selesai mandi. Dan Inara? Inara di rumah merasa gelisah. Dia pun memutuskan akan pergi kerumah mertuanya yang memang hari itu akan kembali. Tekadnya sudah bulat akan menceritakan semua masalahnya, dia sudah tidak sanggup memendamnya sendirian. Sesampai di rumah ibu mertuanya, Bu khadijah heran dengan kedatangan Inara. "Malam-malam begini ngapain kesini nak, ucap Bu Khadijah setelah membukakan pintu untuk menantunya itu. "Mau jemput Syafira Bu, jawabnya beralasan. Bu Khadijah terheran-heran dengan ucapan Inara. "Syafira sudah dijemput Bayu dari tadi sore, mere- Belum selesai Bu Khadijah berbicara, tubuh Inara ambruk yang membuatnya begitu khawatir. "Inara..... Teriak buk Khadijah yang membuat Ardi berlari ke arah suara teriakan ibunya. #Inara lemah, hmmmmm.Bu khadijah dan Ardi langsung membopong tubuh Inara kedalam rumah meski mereka juga dalam suasana panik dan bertanya-tanya kenapa dengan Inara. Bu Khadijah tau betul bagaimana kuatnya seorang Inara, bisa dipastikan kalau beban yang dipikulnya saat ini benar-benar sudah berat sekali sampai dia terkulai lemah pingsan tak sadarkan diri. Bu Khadijah merasa sangat cemas melihat kondisi Inara ditambah lagi dengan Bayu yang tidak ada kabar meskipun sudah berulangkali di telepon oleh Ardi. Dia mondar-mandir seperti gosokan tidak sabar menunggu Inara membuka matanya dan bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Adnan, suara Inara mengejutkab Bu Khadijah dan Ardi yang dari tadi menungguinya. Bu Khadijah langsung mendekat dan memeluk Inara, menantunya. Pecah sudah tangis Inara dipelukan ibu mertuanya, dia terus-menerus menangis mengeluarkan sebak yang ada dihatinya. Setelah sedikit reda, dia melepaskan pelukannya, ditatapnya Bu Khadijah dan Ardi saling bergantian. Dengan suara serak
Percayalah, setiap pengorbanan pasti akan ada balasan indah nantinya, kalau tidak sekarang, mungkin besok atau besoknya atau besoknya lagi yang pasti balasannya akan ada. Akan ada hikmah di setiap kejadian yang terjadi. Begitulah yang dirasakan Inara, dengan semua yang dialaminya, rasa sakit yang ditorehkan oleh orang-orang yang disayanginya dia yakin suatu saat akan mendapatkan dan memetik hikmah dari kejadian itu. Pasrah? Tidak! Rela? Juga tidak! Ikhlas? Harus, dan memang itu yang harus dilakukannya, dengan mengikhlaskan semua yang terjadi mungkin rasa sakit dan sebak dihati lama-kelamaan berangsur-angsur akan hilang dengan sendirinya. Dengan sedikit sempoyongan dia melangkahkan kakinya keluar, dia mendapati Adnan yang lagi sibuk bermain dengan Nia, adik iparnya. Melihat Inara keluar Nia segera berdiri dan membantu Inara untuk duduk didekat Adnan. Nia yang tidak tau apa yang telah terjadi tetap diam tidak berani bertanya dak ikut campur terlalu jauh. Ardi melajukan mot
Inara membisu, dia tidak paham maksud semua tuduhan Bayu, suaminya. Dia hanya bisa menatap sendu kearah Bayu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda heran. "Kamu selau tidak puas dengan semua yang kuberikan kepadamu di ranjang, kamu selau merendahkan aku, kamu kejam Inara, kamu tidak sama dengan Syafira, Syafira berbeda, Iyah, dia berbeda dari kamu, ka-kamu hiperseks, ka- PLAAAKKKK Inara sudah tidak sanggup mendengarkan semua tuduhan Bayu, dia sudah tidak kuat menahan emosinya dia semakin emosi karena Bayu membawa-bawa nama Syafira. "Berani kamu menampar aku? ujar Bayu dengan suara memekik. Bu Khadijah dan Ardi tetap diam tidak melakukan tindakan apapun, mereka membiarkan Bayu dan Inara mengeluarkan dan meluapkan emosi yang mungkin selama ini mereka pendam. "Karena kamu sudah melampaui batas Bayu, kamu sudah mengatakan yang bukan-bukan yang tidak pernah aku buat." Bayu semakin emosi dengan ucapan Inara. "Jadi kamu menyangkal semua yang aku ucapkan, kamu tidak menga
Dengan langkah lesu tak bersemangat Bayu melangkahkan kakinya pergi menjauh dari rumah dimana dia dibesarkan seperti kata ibunya yang lebih memilih membela Inara dibandingkan dia anak kandung ibunya.Ketika rumah dan Inara ditinggalkannya, Bayu merasa hatinya pun ikut tertinggal di sana. Dan sekarang bayang cantik dan lembut Inara mantan istrinya serasa mengikutinya. Wajah sembab Inara tadi menggantung di pelupuk matanya, air mata Inara tadi terus terbayang di relung hatinya yang paling dalam."Tuhan, apa yang sedang aku rasakan? Apa yang sedang aku perbuat ini? Apa aku salah jalan, Tuhan? Tanya hatinya gelisah.Bayu teringat Syafira, gadis kecil yang sangat disayangi oleh Inara. Dia mengambil benda pipih yang ada di kantong celananya dan segera mengirimkan pesan lewat via WhatsApp."Saya tidak bisa menjemput kamu, aku tunggu kamu di rumah, ada hal yang ingin saya bicarakan kepadamu tentang kita, tentang kemana kita bawa hubungan ini."Centang dua, artinya pesannya telah terkirim tin
Berulangkali dia mengingat semua ucapan Syafira dan berulangkali juga rasa tidak percaya ada dihatinya. Dia tidak yakin dengan apa yang keluar baru saja dari bibir yang telah membuatnya candu. "Syafira, kamu sangat kejam, kejam sekali, ucapnya dalam hati. Bayu berdiri menghadap kaca sambil memandangi bayangannya pada kaca dihadapannya. Dia menatap wajahnya didepan sana. "Sungguh menyedihkan, bukan? Tanyanya berbicara dengan bayangannya sendiri. Bayu diam. Dan diam-diam pula ia merutuki dirinya karena telah melukai Inara, wanita yang telah bertahun-tahun menemaninya dalam suka maupun duka."Aku tidak jadi pergi, aku akan disini dan akan menerima kamu apa adanya, ucap Syafira yang membuat senyum Bayu yang tadi hilang seketika kembali seperti semula.Bayu langsung memeluk Syafira."Kita akan menikah secepatnya."Bayu memperjelas ucapannya sambil memegang tangan Syafira."lebih tepatnya besok."Syafira menggeleng, "mbak Inara bagaimana? Tanyanya dengan agak ragu."Hmmmm, aku sudah me
Pelan-pelan Inara membuka matanya, perih terasa di punggungnya akibat tendangan mantan suaminya yang begitu kuat. Dia terkejut melihat Ardi tertidur pulas sambil menggenggam tangannya, ingin rasanya dia melepaskan tangan Ardi tetapi ia mengurungkan niatnya karena melihat Ardi tertidur begitu pulas. Inara dengan gelisah dan sesekali melihat ke Ardi berharap Ardi cepat bangun dan melepaskan genggaman tangannya. Bu Khadijah sengaja memasak bubur untuk sarapan Inara, dia sangat merasa bersalah dengan semua yang telah diperbuat oleh anaknya. Bu Khadijah masuk kekamar dimana Inara istirahat. Sementara Inara mendengar suara langkah kaki segera menutup matanya kembali berpura-pura tertidur pulas seperti Ardi. Melihat dua tangan berpegangan seperti itu, Bu Khadijah mengerutkan dahinya merasa heran dengan Ardi dan juga Inara. Bu Khadijah membangunkan Ardi dan bertanya apa maksud Ardi melakukan hal tersebut. "Semalam Inara mimpi sambil menangis-nangis Bu, Ardi sudah mencoba membangunkan d
Enam bulan berlalu terasa begitu cepat. Waktunya Inara mengurus surat cerainya dengan Bayu guna memperjelas statusnya. Ia juga ingin melanjutkan hidupnya sama seperti Bayu yang sudah bahagia seperti apa yang dilihatnya akhir-akhir ini.Kecewanya terhadap Bayu dan juga Syafira sudah betul-betul tidak bisa diungkapkannya lagi. "Apa tidak bisa menunggu sampai status Bayu dan aku benar-benar jelas? Ucapnya dalam hati.Selama enam bulan, Inara hanya di rumah mengerjakan yang bisa dikerjakannya. Dia hanya bisa berdiam diri disana sesuai permintaan dan keinginan Bu Khadijah selaku mantan ibu mertuanya.Inara hanya ingin melakukan baktinya untuk yang terakhir, dia hanya ingin memberi kesan yang baik sebelum dia benar-benar pergi menjauh dari keluarga Bayu dan mencari kebahagiannya sendiri.Inara ditemani Ardi dan Bu Khadijah berangkat ke pengadilan mengurus perceraian antara Inara dan juga Bayu. Setelah semua persyaratan sudah lengkap akhirnya berkas Inara dan Bayu dengan secepatnya akan nai
"Di, kamu kenapa melamun?Ardi tersentak yang langsung membuyarkan lamunannya tentang masa lalunya dengan Inara.Mata mereka berdua saling bertemu di kaca spion yang membuat mereka berdua salah tingkah.Rasa yang ada diantara mereka berdua masih ada, masih tersimpan rapi jauh disana,didalam lubuk hati."Bu, besok Inara mau pulang kampung mau nyekar ke makam ayah dan juga bunda, lagian sudah lama tidak mengunjungi paman, ucap Inara.ingin rasanya Ardi menahan Inara untuk tidak pergi, dia tidak ingin kehilangan kesempatan kedua untuk mendapatkan gadis pujaannya.Bu khadijah menggangguk menandakan setuju, tidak ada haknya lagi untuk melarang Inara yang sudah bukan menantunya lagi."Adnan ikut? timpal Ardi yang ikut nimbrung dalam obrolan Inara dan ibunya."Iya, karena mungkin Inara akan lama dikampung."Bu Khadijah mendengus, dia sedih karena nantinya akan lama bertemu dengan cucu satu-satunya."Ya sudah, besok biar Ardi yang mengantar kalian, kasihan Adnan nanti naik turun bus dan pasti