Share

BA'DA MAGHRIB
BA'DA MAGHRIB
Penulis: d_rain

Teman baru Alea

“Hallo. Kenalin. Nama aku Alea. Nama kamu siapa?” Ucap gadis cantik berusia 7 tahun itu kepada sesosok gadis kecil juga yang umurnya sebaya dengannya. Gadis berwajah pucat itu hanya duduk terdiam di atas ayunan halaman rumah Alea. Alea baru pindah hari ini dari rumah lamanya ke rumah yang ia tempati sekarang. Bangunannya memang lawas dan cukup menyeramkan. Karena hampir satu tahun tidak dihuni oleh sang pemiliknya.

  “Kamu kok diem aja sih? Aku baru pindah di rumah ini. Aku belum punya teman. Apa kamu mau jadi temanku?” Tanya Alea kepada gadis menyeramkan itu lagi. Entah kenapa Alea tidak merasa takut sama sekali dengan wajah pucat si gadis. Rambutnya terurai panjang. Memakai baju putih kusam dan matanya memerah.

  “Namaku Jeny. Aku mau jadi teman kamu.” Kali ini gadis pucat itu menjawab pertanyaan Alea. Mereka pun saling berjabatan tangan.

Melihat puterinya berbicara sendiri di halaman rumah, Jihan memanggil Alea. Ia merasa takut. Ini hari pertama mereka pindah, apalagi hari masih siang, tapi anaknya sudah bertingkah aneh.

  “Alea. Alea. Sini.” Teriak Jihan dari bibir pintu

  “Aku dipanggil Mamaku. Nanti kita main bareng lagi ya.” Kata Alea kepada teman ghoibnya itu. Jeny hanya memberikan jawaban dengan menganggukkan kepala.

  “Iya, Ma. Ada apa?” Lanjutnya.

  “Kamu tadi bicara sama siapa, Nak?”

  “Sama teman baruku, Ma.”

  “Teman baru?”

  “Iya. Namanya Jeny.”

  “Mana? Mama tidak lihat ada anak kecil di sana.”

  “Itu.” Kata Alea sambil menunjuk ayunan yang ada di halaman rumahnya. Namun Jeny sudah menghilang.

  “Mana? Gak ada siapa-siapa.”

  “Yah.. Kayaknya Jeny udah pulang deh, Ma. Mama sih tadi manggil aku. Jadi dia pulang.” Kata gadis cantik itu dengan polosnya.

  Jihan semakin merinding. Bulu kuduknya berdiri. Ia semakin takut setelah mendengar pernyataan dari si anak. Apalagi Reihan, suaminya. Baru saja pergi untuk mencari makanan. Jadi di rumah hanya ada dia dan juga puterinya. 

  “Sayang. Mending kita masuk aja yuk. Alea bantuin mama beres-beres di dalam. Ya.” Bujuknya kepada sang anak. Gadis cilik itu pun menuruti perkataan ibunya.

Rumah lawas bernuansa vintage itu sebenarnya adalah rumah orang tua Reihan yang dulu ditempati oleh sepasang kakek dan nenek dan juga anak gadisnya yang berusia 20 tahun. Namun mereka semua sekarang telah tiada. Sampai pada akhirnya rumah itu kosong tanpa penghuni. Merasa sayang apabila tidak ditempati, Reihan berencana untuk pindah di rumah tersebut. Dengan maksud agar rumah itu tetap ada yang merawat. Sedangkan rumahnya yang lama ia jual untuk tambahan modal usaha. Ia memang sengaja tidak menjual rumah milik orang tuanya itu. Karena hanya rumah itu satu-satunya peninggalan mereka sebelum meninggal dunia.

Jihan menyusuri ruangan demi ruangan. Ia melihat dinding yang catnya mulai keropos termakan usia. Disentuhnya meja yang terbuat dari kayu jati itu. Ia mengelap debu dengan ujung jarinya. Ada beberapa lukisan juga yang terpajang di ruang tengah. Mulai dari lukisan alam, sampai lukisan abstrak. Sampai pada akhirnya Jihan menemukan sebuah benda yang berada di dalah satu ruangan yang pintunya terbuka. Benda itu tertutup oleh kain putih. Nampaknya benda tersebut adalah sebuah lukisan juga.

  “Sepetinya ini juga sebuah lukisan. Tapi, kenapa hanya lukisan ini yang ditutup oleh kain?” Ia pun penasaran. Perlahan ia membuka kain putih yang diselimuti oleh debu itu. Ternyata yang tersimpan di balik kain itu adalah lukisan yang menggambarkan seorang perempuan yang sangat cantik. Rambutnya hitam terurai panjang. Hidungnya yang macung, serta dagunya yang lancip, mempertegas kecantikan sang model yang ada di dalam lukisan itu.

  “Sepertinya dia masih gadis.” Kata Jihan. Ia terus memandangi lukisan tersebut. Balutan dress berwarna putih melambangkan bahwa gadis itu adalah perempuan baik-baik. Ia tetap fokus pada lukisan itu. Ia masih bertanya-tanya kenapa hanya lukisan itu yang ditutup? Tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Sontak ia langsung terkejut.

  “Kamu, Mas. Aku kira siapa?”

  “Kaget ya? Ada apa sih? Kok kayaknya ketakutan gitu?” tanya reihan kepada istrinya.

  “Gak ada apa-apa kok. Cuma lihat-lihat isi rumah ini aja. Banyak benda yang kotor terkena debu, catnya juga banyak yang keropos.” 

  “Maklum, bangunan ini udah lama banget. Apalagi udah hampir satu tahun tidak ada yang merawat. Jadi ya seperti ini keadaannya.”

  “Ya sudah. Nanti aku beresin semuanya. Kamu bantuin aku ya, Mas.”

  “Iya. Tapi kita makan siang dulu. Ini aku udah bawa makanan.”

  “Iya, Mas. Aku juga sudah mulai lapar.”

  “Oh iya. Dimana Alea?”

  “Ada di kamarnya mungkin. Tadi aku udah kasih tahu kamar Alea dimana. Mungkin dia lagi bantuin aku beberes kamarnya.”

  “Ya sudah. Aku panggil Alea. Kamu siapin makanannya ya.”

  “Iya, Mas.” Mereka berdua pun meninggalkan ruangan itu. Namun Jihan lupa tidak menutup lukisan gadis cantik yang tertutup kain putih tadi. 

Hari mulai petang, suasana rumah semakin mencekam. Ditambah lampu kuning di ruang dapur yang terkadang berkedip sendiri membuat Jihan yang saat itu sedang memasak makan malam ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Bulu kuduknya berdiri. Merinding tanpa henti. Makanan sudah matang, ia cepat-cepat mematikan kompornya dan membawa hidangannya ke meja makan. Dilihatnya Reihan yang sedang asyik memainkan gawainya. Sedangkan Alea bermain boneka sendiri. Namun seperti sebelumnya. Ia nampak berbicara dengan seseorang. Namun tidak ada siapa-siapa di depan puterinya itu.

  “Kamu main sama boneka yang ini aja. Aku mau main sama boneka yang ini. Nanti aku jadi mamanya. Kamu juga jadi mamanya boneka itu ya.” Kata Alea kepada teman ghoibnya itu sambil menyodorkan sebuah boneka anak perempuan.

Menyadari puterinya bertingkah aneh lagi, Jihan mendekati Reihan dan menunjukkan apa yang sedang dilakukan oleh Alea.

  “Mas. Coba deh lihat Alea. Dia ngomong sama siapa ya?”

  “Ya namanya juga anak kecil. Pasti dia bermain bersama teman fantasinya.” Jawab Reihan. Namun ia tetap fokus dengan gawainya. 

  “Tapi tadi siang itu dia ngomong kalau dia punya teman baru. Namanya Jeny. Aku lihat dia ngomong sendiri di dekat ayunan. Coba kamu perhatiin lagi. Taruh dulu handphonenya. Coba kamu tanya sama Alea.” Desak Jihan. Lelaki itu pun akhirnya menaruh handphonenya dan mendekati puterinya.

  “Alea, Sayang. Kamu lagi ngomong sama siapa?” Tanya Reihan sambil mengusap kepala Alea.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status