Share

16. Juragan Ngarso

Aku menutup mulut saking terkejutnya. "Bapak di penjara?"

"Ssst! Ngomong opo, kamu itu?" Kakek langsung menyergah, "nyuwun sewu, tolong njenengan semua pulang, Nggih! Biar mantuku ndak kesesaken," pinta Kakek sedikit mengusir.

Para tetangga yang kebanyakan ibu-ibu itu lekas membubarkan diri. Mereka pulang ke rumah masing-masing.

"Mas ... Mas ...." Perlahan Ibu sudah mulai terlihat sadar. "Mak, mana Mas Abdul?" tanya Ibuku pada Nenek.

"Sing sabar, Ti." Nenek cuma bisa mengelus rambut Ibu.

"Mas Abdul ...." Ibu meratap sedih.

"Rini."

"Nggih, Mbah Kung," responsku begitu dipanggil.

"Jaga adikmu! Embah mau ke rumah Juragan Ngarso," pamit Kakek menyebut pemilik pabrik tahu tempat Bapak bekerja.

"Nggih, Mbah." Aku mengiyakan dengan patuh.

Kakek lekas berlalu. Pria sepuh itu akan menempuh jarak sekitar satu setengah kilometer hanya dengan berjalan kaki. Karena kami memang tidak punya kendaraan.

Bulan lalu sepeda satu-satunya kepunyaan kami dijual Bapak untuk berobat adikku yang paling kecil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status