Share

23. Sikap Menyebalkan Ginanjar

"Terima kasih," ucap Juragan Ngarso lemah.

Pria itu baru saja menelan obat yang kusodorkan. Sejak tiga hari lalu asma Juragan kambuh kembali. Namun, baru kali ini dirinya mau beristirahat.

"Kalo bukan aku yang ngawasi pabrik, siapa lagi?" ujar Juragan Ngarso pelan, "Anjar masih belum bisa diandalkan. Kerjone dolanan ae," imbuhnya terlihat kesal.

Aku sendiri memilih diam sembari memberesi gelas ke nampan.

"Pie, kamu sudah periksa lagi belum?" Juragan Ngarso bertanya lagi.

"Periksa apa, Yang?" Alisku bertaut karena bingung.

"Ya, itu ... periksa kandungan." Juragan Ngarso lantas menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi goyang. Kursi tersebut lantas bergerak pelan, "mosok udah mau setahun nikah, kamu belum isi juga." Bibir keriput itu mengerucut.

"Aku yo pengen lihat anak kalian sebelum ajal menjemput." Lelaki itu terbatuk pelan, "Anjar gak nyuruh kamu pake KB, toh?" tebaknya terlihat curiga.

"Mbonten, Yang." Aku mengelak pelan, walau dalam hati menjerit.

Ya ... aku baru saja berbo
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status