Share

30. Pengakuan Galang

Tidak lama Bunga menyusul. Anak itu langsung menatap sang suami dan kakaknya secara bergantian.

"Kenapa kamu menangis, Mbak?" Bunga menegur dengan dingin.

"Gak ada." Suara Nona terdengar parau.

"Masih belum terima kenyataan kalo Mas Gading adalah suamiku?" ejek Bunga terdengar sinis.

"Iya, kenapa? Masalah?" Tidak kusangka Nona akan menyergah sekasar itu.

"Masalah dong, lah Mas Gading suamiku," sahut Bunga tidak mau kalah. "Ingat, dia adik iparmu sekarang."

"Iya itu karena kamu yang merebut dia dari aku!" Nona mengecam dengan berang. Matanya tampak merebak lagi, "silakan kamu kuasai karena aku sudah punya penggantinya!"

Setelah itu Nona beranjak pergi dengan sedikit menghentakkan kaki.

Aku sendiri lumayan terhenyak melihat tingkah laku saudara kandung ini. Memang wajar kakak dan adik itu terlibat cekcok. Tetapi tidak sepanas ini. Apalagi keduanya sama-sama perempuan.

Tiba-tiba aku teringat Mas Arif. Dia orang yang bijak dan kalem. Kenapa kedua anak tidak ada satu pun yang mewarisi wata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status