Share

36. Demi Harga Diri Galang

Masih capek, Sayang. Ini baru sampai rumah sepuluh menitan."

[ ... ]

"Ho'oh. Tar habis Magrib aku datang. Bye! Muachhh!"

Galang menutup telepon. Dia menaruh benda tipis itu ke meja. "Ibu?" sapanya begitu melihatku.

"Kamu suka dibuatkan kopi sama Nona?" tanyaku sembari melangkah masuk, lalu duduk di tepi ranjang.

"Iya, kenapa emang?" sahut Galang sedikit ketus. Anak itu duduk di meja belajarnya.

"Ya kamu kan punya maag, Lang."

"Tapi perutku baik-baik saja kok."

Aku mendengkus perlahan. "Tadi ayah dan ibunya Nona nemuin ibu," laporku pelan.

"Bagus. Kalian setuju kan?" cecar Galang datar.

"Setuju, cuma Ibu Sarita minta mahar sebuah mobil baru, Lang."

"Tolong Ibu jangan ngadi-ngadi dech!" seru Galang terdengar kesal.

"Ibu bukan tipe orang yang suka membuat drama, Lang." Aku menukas tenang, "syarat itu diajukan Bu Sarita untuk mengukur seberapa serius dan siapnya kamu menikahi Nona."

"Aku siap lahir dan batin kok, Bu."

"Gak! Kamu ki cuma siap batin ae. Lahirnya belum, lha wong biaya perni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status