Share

38. Dua Menantu

Dua hari selanjutnya aku mengajak Galang berkunjung ke rumah Utinya. Jaraknya sekitar empat jam dari rumah yang kami tempati sekarang. Itulah sebabnya jarang berkunjung kalau tidak ada kepentingan.

Bukan karena apa, hanya saja sekarang aku sudah tidak semuda dulu. Sudah gampang lelah. Sekarang rumah itu hanya ditinggali Ibu bersama keluarga adikku yang terakhir. Bapak dan kakek-nenek sudah berpulang beberapa tahun silam.

"Jadi Galang mau nikah?" tanya Ibu agak terlihat sangsi.

"Iya, Mak. Dan maksud kedatangan saya ke sini selain ngabari soal ini juga mau ngomong tentang sawah yang dikelola suaminya Jani," tuturku menyebut nama adik kedua.

"Kenapa, Mbak?" Jani adikku ikut mendekat.

Aku lantas menceritakan tentang mahar yang Sarita ajukan.

"Aku lihat koyok ada yang aneh karo si Galang, Rin," ungkap Ibu terus menatap cucunya.

"Iyo, jadi dingin sama kita. Padahal dulu dia anak sing ceria lho." Jani ikut menimpali.

"Iya, memang semenjak kenal anaknya Sarita jadi dingin gitu, Mak," balasku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status