Adora menutup tirai ruang tempatnya berganti baju, kemudian membuka pakaian yang dikenakannya dan menggantinya dengan gaun yang dipilihkan Benjamin untuknya. Dalam sekejap, Adora dapat melihat cermin panjang di depannya kini memantulkan cerminan dirinya yang saat ini tengah menampakkan kulit telanjang bagian atas dadanya.Lantas hal itu tak membuat Adora berhenti untuk menggerakkan kedua tangannya. Ia melanjutkan kembali kegiatannya membuka satu-per satu kancing pakaiannya seraya menghela napas kala kedua netranya menatap ke arah gaun-gaun yang tergantung di belakangnya.Pada akhirnya Adora membawa kedua gaun yang dipilih Benjamin untuknya atas permintaan paksa atasannya itu.Benjamin bilang dia tidak bisa memilih antara kedua gaun itu, karena mereka tampak cantik di tubuh Adora.Adora juga setuju, kedua gaun yang dipilih Benjamin itu memang sangat cantik. Wajar saja Benjamin sampai kebingungan memilih salah satu di antara keduanya.Tunggu sebentar, dua gaun? Benjamin benar-benar memb
Setelah mengantar Adora pulang, Benjamin segera mengemudikan mobilnya ke rumah. Sesekali Benjamin melirikkan matanya ke arah bangku penumpang yang ada di belakang. Setiap kali ia melakukan hal itu, senyum selalu mengembang di kedua sudut bibirnya.Perasaan menggelitik selalu saja menghampiri Benjamin setiap dia mengingat Adora yang baru saja memberi bantuan dalam memilih hadiah untuk Fara.Benjamin ingin cepat-cepat membawa hadiah pertama yang disiapkannya itu ke hadapan Fara dan melihat reaksi anak perempuannya itu. Apakah Fara akan sama senangnya seperti Benjamin?Tanpa sadar Benjamin menekan pedal gas mobilnya dengan kekuatan lebih dan membawa kendaraannya berpacu dan membelah jalan.Fara, tunggu Papa, Sayang.***Sesampainya Benjamin di rumah, Fara yang mengetahui suara mesin mobil Benjamin memasuki perkarangan rumah pun segera keluar dan menyambut ayahnya."PAPAAAA!!!"Seru Fara saat menyapa Benjamin yang baru saja mematikan mesin mobilnya di halaman depan rumah. Melihat senyum Fa
"Benjamin, hari ini kamu jadi mengantar Fara ke Dokter Vania, Nak?" Adalah pertanyaan yang datang dari Thalita saat mereka bertiga sedang menyantap sarapan pagi di meja makan.Benjamin yang ditanya pun segera menjawab pertanyaan sang ibu, "Jadi, Ma.""Perlu Mama anterin juga enggak?" Thalita menawarkan, biasanya memang Thalitalah yang menemani Benjamin saat memeriksa keadaan Fara ke rumah sakit.Semenjak Benjamin menjadi orang tua tunggal Fara, sosok Thalita lah yang memang kerap kali membantu Benjamin mengurus Fara. Thalita sangat perhatian dengan tumbuh kembang Fara, cucu satu-satunya itu.Selain itu, Thalita juga turut andil dalam memilihkan sekolah tempat Fara mengenyam pendidikan, bahkan pakaian, hadiah, berikut juga dokter langganan, dan lain sebagainya untuk cucunya itu. Peranan Thalita memang begitu besar dan kuat dalam hidup Fara dan sejujurnya Benjamin sangat terbantu untuk hal yang satu itu. Menjadi orang tua tunggal di usia muda merupakan pengalaman yang tak mudah bagi Ben
"Kak Fai-Rina! Kak Fai-Rina!"Adora menoleh saat suara manis Fara memanggil namanya, lantas ia tersenyum pada Fara, anak perempuan yang tangan mungilnya itu kini sedang berada dalam genggaman tangan Adora.Posisi Fara kini tengah digandeng oleh Benjamin dan Adora. Potret ketiganya yang mesra itu tampaknya sudah mampu membuat siapapun di rumah sakit yang melihat mereka bisa menarik kesimpulan bahwa mereka bertiga adalah keluarga kecil yang tengah diliputi kebahagiaan.Bagaimana tidak? Fara di posisi tengah di antara kedua orang dewasa itu terlihat seperti anak kecil yang bahagia melihat kedua orang tuanya menggandeng tangannya tanpa berniat melepaskan mereka.Sementara itu, sebagai informasi, sudah 30 menit lebih Fara memanggil Adora dengan sebutan Kak Fai-Rina. Tentu saja nama itu tidak muncul tiba-tiba dalam kepala mungil Fara, melainkan itu adalah buah pikiran Benjamin yang mengusulkan Fara untuk memanggil Adora dengan sebutan itu.Awalnya bermula dari kejadian 30 menit lalu di mobi
"Haloo, Fara," sapa Vania saat dokter muda itu memutuskan untuk menghampiri pasiennya sebelum masuk ke ruang rawat bersama.Vania lah yang memaksa Benjamin agar membiarkan dirinya ikut bersama laki-laki itu menghampiri Fara dan Adora yang tengah duduk di ruang tunggu.Sesampainya Vania di hadapan Adora, Vania melirikkan matanya ke arah Adora. Diam-diam Vania menyoroti penampilan Adora dan tanpa sadar ia memberikan tatapan menilai kepada Adora.Ini adalah kali pertama bagi Vania menemukan sosok wanita muda yang datang bersama Benjamin. Biasanya Benjamin ditemani Thalita, ibunya sendiri.Kedatangan wanita muda itu mengembuskan angin tak sedap bagi Vania. Vania dapat merasakan dadanya berdenyut kala kedua netranya memandang Adora. Sontak kemarahan mengisi rongga hatinya. Harusnya hanya ia yang berada di samping Benjamin, bukan orang lain.Sementara itu, Adora yang sedari tadi diperhatikan oleh Vania pun peka dan memutuskan berdiri untuk menyambut Vania dengan uluran tangan, tetapi Vania
Lima menit setelah Vania masuk ke dalam ruangannya, Vania kembali keluar dari ruangan tersebut dengan senyum yang ia paksa untuk muncul di bibirnya.Mata Vania tak lepas dari presensi Adora yang berdiri bersejajar dengan Benjamin. Jelas-jelas Vania sedang menunjukkan bahwa dirinya tak suka dengan keberadaan Adora yang berdiri di sebelah Benjamin, tetapi Vania tidak dapat berbuat banyak selain harus menyembunyikan perasaannya itu. Vania tidak ingin mengambil risiko lebih jauh lagi, daripada Benjamin tidak ikut masuk ke dalam, Vania akhirnya memutuskan untuk membiarkan Adora turut serta masuk ke dalam ruangannya. Hanya untuk hari itu saja, tidak untuk hari-hari selanjutnya."Mari masuk," ujar Vania seraya membuka lebar pintu ruangannya, mempersilakan ketiga orang yang berada di hadapannya itu untuk masuk ke dalam ruangannya.Mendengar hal itu, Benjamin, Adora, dan Fara masuk ke dalam ruangan Vania. Sesampainya mereka di dalam ruangan Vania, sorot mata Adora berpendar ke sepenjuru ruan
"Nah, Arra, sini, beri wortel pada kelincinya, Sayang."Setelah Benjamin memutuskan destinasi untuk kencan mereka bertiga, Adora dan Fara pun banyak menghabiskan waktu bersama di sana---di taman bunga, melihat hamparan bunga di lapangan dan berswafoto ria.Beruntung, taman bunga itu tidak hanya menyediakan kecantikan dan keindahan alam bunga, melainkan memberikan rekreasi bagi anak-anak untuk memanjakan binatang-binatang yang dipelihara mereka. Salah satunya adalah kelinci.Mengetahui taman bunga itu memiliki kandang kelinci, Adora kemudian memutuskan mengajak Fara ke kandang kelinci yang tersedia di taman bunga itu.Setelah Adora membeli beberapa potong wortel pada pedagang yang kebetulan mangkal di dekat kandang kelinci, Adora beserta Fara segera menghampiri kelinci-kelinci imut yang kini berada dalam kandang mereka. Ialah Fara yang tampak tak sabar menyapa kelinci. Kaki pendek anak perempuan itu berlari ke arah kelinci yang berada dalam kandang berukuran persegi panjang itu. Kanda
Setelah berbaikan, Fara dan Kai memutuskan bermain bersama, sementara itu, Jennifer ---Ibu Kai yang baru Adora kenal--- mengajak Adora duduk bersama, tak jauh dari anak-anak, dan juga mengajak Adora mengobrol di tempat itu."Maaf ya kalau Kai tadi ngomongnya kasar ke kamu, Adora," ujar Jennifer sembari menyodorkan sebuah minuman kepada Adora, "Ini sebagai gantinya, aku berikan minuman permintaan maaf atas perbuatan anakku."Adora tersenyum simpul, kemudian menerima uluran minuman dari Jennifer. Meski Adora sudah memaafkan Kai, Adora tetap menerima minuman dari Jennifer. Bagaimanapun juga Adora tak ingin menolak niat kebaikan yang diberikan Jennifer padanya."Enggak apa-apa kok, namanya juga anak-anak."Jennifer tersenyum menanggapi perkataan Adora, "Enggak semua sikap anak-anak harus dimaklumi, Adora. Aku sebagai ibunya meminta maaf sekali lagi.""Baiklah, Jennifer. Aku tak masalah. Kamu enggak perlu meminta maaf terus padaku."Mendengar perkataan Adora, Jennifer pun tertawa kecil, ke