Share

Haikal

Hampir sepuluh menit menunggu, aku dan Mamah pun memutuskan keluar dari rumah. Di saat itu juga banyak pasang mata menyorot kami.

“Enggak nyangka ya, anak-anak Bu Aas ternyata kriminal. Yang satu gebukin orang, yang satu nipu member, yang satu selingkuh.“

“Iya. Mungkin ini karma Bu Aas, soalnya mulutnya julid banget kan?“

“Iya, karma karena omongannya selalu nyelekit.“

Aku memejamkan mata mendengar tudingan-tudingan miring para tetangga yang berkerumun menonton. Sementara di lengan kiri, kurasakan cengkraman Mamah mengetat.

“Hanna, Mamah takut ...“

Aku menoleh pada beliau yang matanya mengembun sambil menggigit bibir bawah. Mamah pasti malu luar biasa. Tapi kembali lagi ke mobil juga percuma. Orang-orang pasti semakin gencar membicarakan Mamah.

Beruntungnya, saat bingung harus melakukan apa, Mas Hasan keluar berbarengan dengan polisi. Mereka berjalan sambil mengobrol yang entah apa. Tapi pasti hal serius, karena raut wajah Mas Hasan sangat kaku.

Setelah petugas dari kepolisian angkat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status