Saat ini Alena sedang berada di sebuah tempat menyerupai gudang dengan penerangan minim. Terdapat tumpukan barang, tangki berjajar, dan perkakas yang tersimpan sedikit berantakan di sudut ruangan itu. Alena membuka mata perlahan, mengadaptasikan pandangannya usai tak sadarkan diri setelah dibius oleh sekelompok orang yang menculiknya. Indra penciumnya masih menghirup aroma air laut yang kuat, menandakan bahwa tempat ini masih berada di sekitar laut meski entah laut sebelah mana.
Alena mengedarkan pandangan, ia tak menemukan siapapun di dalam ruangan itu. Tapi ia mendengar ada gema suara percakapan dari arah luar. Dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat Alena berusaha keras untuk duduk. Sejenak ia memutar ingatan ke beberapa saat lalu. Saat ia memutuskan mencari angin di pantai sendiri tiba-tiba dari arah belakang ada yang membekap mulutnya dan membius Alena sampai ia tak sadarkan diri. Kejadian itu berlangsung sangat cepat dan tak terbaca oleh Alena seh
"Kenapa mereka belum pulang juga, ya? Padahal tadi bilangnya hanya mau cek jahitan luka kak Liam saja."Alena yang sudah hampir satu jam ditawan Sera di kediaman Liam tak merespons gumaman Sera. Dia juga penasaran sekaligus ingin tahu perkembangan kesehatan Liam sekarang. Sudah empat hari lelaki itu tidak masuk sekolah setelah insiden pemukulan di Phuket. Orang tua Liam kaget begitu anak mereka pulang dalam kondisi tantan diperban dan wajah lebam-lebam.Sera menceritakan detail kejadian yang menimpa kakak sepupunya dan mereka mulai paham serta memaklumi hal itu. Kedua orang tua Liam tidak menyalahkan Alena atas apa yang menimpa putranya. Itu murni sebuah musibah dan sebaliknya, orang tua Liam bangga karena putra mereka memiliji jiwa pahlawan yang bersedia menolong sesama yang sedang kesulitan. Meski demikian, tidak lantas mengurangi rasa bersalah Alena. Dia sudah beberapa kali meminta maaf pada Liam melalui pesan singkat tapi rasanya masih belum sempurna
"Semua ucapanku terbukti bukan, dunia ini tidak sejahat perkiraanmu.""Menyesal aku bercerita padamu."Allendra duduk di kursi pasien menghadap langsung pad dokter cerewet yang selama ini terus menerus menerornya lewat telepon dan pesan singkat."Baiklah, kita tinggalkan masalah hubunganmu dan Alena sebentar dan mari bicara serius.""Ah, aku tidak suka ini.""Allendra, kita benar-benar sudah tidak bisa menundanya lagi. Kau harus segera melakukan operasi sebelum sel kanker di otakmu menyebar pada jaringan lain dan merusak sistem saraf pusat. Sudah stadium III, Al. Pilihan terbaik untukmu saat ini adalah operasi."Kanker otak stadium III, sebagian besar orang mungkin menganggap penyakit itu sangat menyeramkan namun tidak dengan Allendra. Dia bukan manusia super yang punya kekuatan menangkal kematian, tapi pria itu tampak tidak mengkhawatirkan kondisi kesehatan
Ada yang pernah bilang, jika laki-laki sudah bertemu dengan pawang yang tepat, sebuas apa pun dia pasti akan luluh juga dan tak jarang malah jadi budak cinta. Sepertinya hal itu yang menimpa Allendra sekarang. Sebelum ia bertemu dengan Zeeya, tidak ada yang namanya selepas pulang kerja leha-leha.Pasti kegiatan Allendra akan selalu dipadati hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan, tak jarang di kelab pun ia tetap menangani urusan bisnis. Baru setelahnya ia bisa senang-senang dengan para wanita malam. Namun kali ini berbeda, sekembalinya dari London, pria itu memutuskan untuk mendatangi rumah Zeeya tanpa memberitahu wanita itu lebih dulu.Orang-orang menamakan momen itu kejutan, tapi Allendra lebih senang menyebutnya sebagai mengusili sang kekasih. Di tangannya kini sudah ada bunga dan tas yang berisi parfum yang sengaja ia beli dari London. Parfum itu memang yang biasa Zeeya gunakan, Allendra sengaja membelinya karena dia sangat menyukai aroma itu m
"Kenapa kau mengajakku bertemu di sini?"Rana duduk di kursi menghadap Alena. Mereka berada di salah satu kelas kosong. Alena sengaja memanggil sepupunya untuk memperjelas keadaan. Dia perlu memgetahui titik permasalahan yang menimpanya agar bisa mengambil tindakan tegas dan tidak terus-terusan dibuat bingung oleh sesuatu yang abu-abu."Aku tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi, kuharap kau bisa menjelaskan semuanya. Kepalaku rasanya ingin pecah Rana," tutur Alena putus asa.Rana menatap iba, hatinya terenyuh disesaki sendu yang sama."Apa yang ingin kau tahu dariku, Len? ""Semuanya, Ran, semuanya. Jika kau ingin aku berlutut di hadapanmu dan meminta maaf padamu sekarang, aku akan melakukannya. Asal kau mau jujur dan menceritakan masalah apa yang disembunyikan Allendra."Rana menyunggingkan senyum lalu menggeser duduknya lebih dekat dengan Alena.
Sore hari sebelum kedatangan Allendra ke rumah Zeeya, kedua orang tua gadis itu sedang tidak ada di rumah karena mengunjungi kerabat mereka yang ada di luar kota. Dua jam selepas kepergian orang tua Zeeya, Mark berkunjung ke rumah wanita itu untuk meminta pertolongan yang katanya mendesak.Zeeya yang tidak membaca gelagat aneh karena telanjur percaya pada Mark, tak mengira sama sekali bahwa kedatangan tetangganya itu ternyata ingin melancarkan skenario licik yang disusun pria itu bersama pimpinannya. Siapa dia? Benar, Alexander Montgomery, direktur utama bank tempat Mark bekerja. Tidak semua orang mengetahui fakta ini karena Alex melakukan tugasnya dari jauh.Selain menjalankan binsis bank swastanya, Montgomery juga dikenal sebagai bandar narkoba kelas satu di kalangannya, kemudian ia kerap menjadi investor bisnis-bisnis gelap yang tidak sah di mata hukum namun mampu memberikan pundi-pundi kekayaan yang luar biasa. Allendra mengetahui semuanya, itulah ala
Beberapa jam sebelum insiden penculikan Zeeya terjadi, wanita itu menghubungi Alena dan memintanya untuk bertemu di kafe dekat sekolah. Zeeya benar-benar sudah putus asa mencari keberadaan Allendra. Semua akses yang bisa membawa Zeeya pada pria itu seakan ditutup rapat, tak menyisakan sedikit pun celah. Satu-satunya harapan yang tersisa hanyalah Alena. Zeeya yakin gadis itu tahu di mana keberadaan Allendra atau paling tidak, Alena pasti bisa memberi tahunya bagaimana kondisi pria itu sekarang. Zeeya sangat cemas, dia tahu Allendra orang seperti apa, sangat takut jika pria itu berbuat nekat karena kesal dan justru membahayakan dirinya sendiri. Zeeya tidak akan bisa pulang dan tidur tenang jika belum mengutarakan semua keresahannya pada Alena dan Allendra.Alena memutuskan untuk menolak ajakan gurunya itu, selain malas, jujur gadis itu masih menyimpan kekecewaan yang besar pada Zeeya. Penilaiannya terhadap perempuan itu telanjur tercoreng. Hanya ada amarah dan kek
Aku pernah meminta pada Tuhan untuk mengabulkan doa pria baik yang selalu disakiti hatinya. Pria aneh yang dengan gaya semena-menanya menebar bahagia tanpa aku minta. Selain ayahku, dia, satu-satunya pria yang mengenalkan arti cinta tanpa pamrih. Dia, satu-satunya pria yang menunjukkan bahwa hitam tak selamanya pahit. Bahwa putih tak selamanya suci. Bahwa senyuman manis tak selalu berarti indah. Dan seringai kejam tak selalu berarti kelam.Bersamanya, aku melihat perspektif dunia dari berbagai sisi yang tidak pernah kuketahui sebelumnya. Dia memperlihatkan padaku seperti apa wujud ketulusan. Seperti apa bentuk kasih sayang. Dan seperti apa bukti pengorbanan. Mengherankan memang, ada orang yang berani menggadaikan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang lain. Sungguh, aku tidak percaya ada sosok semacam ini jika tak kutemukan dia sendiri. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh pria kesayanganku, Allendra, si baik bertopeng jahat.Sejak awal pertemuan kami, aku merasa dia mem
"Kamu yakin mau menemuinya hari ini, Zee? Allendra baru saja kembali, mungkin dia akan terkejut jika kamu langsung muncul dan mengabari kehamilanmu," ujar ibu Zeeya mengingatkan.Bukannya ia tak mau mendukung usaha putrinya, ibu Zeeya hanya khawatir terjadi sesuatu yang tak diharapkan. Kondisi saat ini benar-benar rumit, ibu Zeeya sangsi Allendra bisa paham dan menerima semuanya di saat dia tidak mengingat apa-apa."Aku hanya ingin melihatnya dari jauh, Bu. Enam bulan aku menunggu dan bertanya-tanya kapan kesempatanku tiba untuk melihatnya secara langsung. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.""Ayah mengerti, tapi kamu juga harus ingat kondisi kesehatanmu. Jangan terlalu capek, kehamilanmu sangat rentan. Ayah tidak ingin kau stres seperti waktu itu sampai menyebabkan pendarahan."Di awal kehamilan Zeeya bertepatan dengan proses pengobatan Allendra. Dia mengalami stres berat karena memikirkan ini dan itu, takut jik