"Kamu yakin mau menemuinya hari ini, Zee? Allendra baru saja kembali, mungkin dia akan terkejut jika kamu langsung muncul dan mengabari kehamilanmu," ujar ibu Zeeya mengingatkan.
Bukannya ia tak mau mendukung usaha putrinya, ibu Zeeya hanya khawatir terjadi sesuatu yang tak diharapkan. Kondisi saat ini benar-benar rumit, ibu Zeeya sangsi Allendra bisa paham dan menerima semuanya di saat dia tidak mengingat apa-apa.
"Aku hanya ingin melihatnya dari jauh, Bu. Enam bulan aku menunggu dan bertanya-tanya kapan kesempatanku tiba untuk melihatnya secara langsung. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini."
"Ayah mengerti, tapi kamu juga harus ingat kondisi kesehatanmu. Jangan terlalu capek, kehamilanmu sangat rentan. Ayah tidak ingin kau stres seperti waktu itu sampai menyebabkan pendarahan."
Di awal kehamilan Zeeya bertepatan dengan proses pengobatan Allendra. Dia mengalami stres berat karena memikirkan ini dan itu, takut jik
Sore itu wajah langit tampak berseri biru, terpercik semburat merah kekuningan yang membentuk gradasi maha indah untuk ditatap berlama-lama dalam damai. Siur angin ringan mengelus hati yang memang menantikan kehadirannya sejak geming memeluk sepi ini dimulai.Dia duduk seorang diri, hanya ditemani buku bersampul merah jambu dan sebuah ponsel yang dia simpan di atas meja kaca, tepat di hadapannya. Dalam perenungan itu, angannya mengangkasa--keluar dari batas-batas yang dia gurat sendiri enam bulan terakhir. Si dia ini tidak terlalu pandai meraba perasaan, atau ... bisa jadi dia mengerti hanya saja enggan mengakui.Tangannya bergerak tangkas menukar posisi buku dengan ponsel. Membuka galeri foto di ponsel terdahulu, ponsel yang dibiarkan mat
Vincent dan guru-guru yang lain sudah dibriefinguntuk berkumpul di gedung perpustakaan baru. Acara peresmian dan gunting pita akan segera dilaksanakan karena pihak Allendra sudah tiba di area SMA Sevit dan hendak menuju tempat acara. Vincent berjalan gagah bersama jajaran guru yang lain, ia mengobrol asyik membahas ini, membahas itu dengan para guru. Di tengah perjalanan, sayup-sayup dia mendengar sebuah suara membisikan namanya. Bisikan itu terdengar sangat menyeramkan, bulu kuduk Vincent nyaris berdiri. Pria itu celingukan mencari sumber suara untuk memastikan apa itu bisikan orang atau setan penunggu sekolah.Mata pria itu menemukan sesosok orang aneh tengah menempel pada pilar besar di depan sana yang hendak dilalui rombongan guru. Pandangan ditajamkan, Vincent melakukan pemindaian jarak jauh. Meny
"Maaf ya, Ibu merepotkanmu, Len," ujar Zeeya setelah dia sadar.Alena yang duduk di bibir ranjangnya membalas perkataan Zeeya dengan senyuman. Ada gurat miris di mata gadis itu melihat kondisi Zeeya sekarang. Dia tidak tega dengan fakta gurunya harus berjuang sendiri di tengah kehamilannya. Di saat perempuan lain mendapat limpahan kasih dari suami mereka ketika hamil, Zeeya justru terabaikan begitu saja oleh pria yang dia cinta."Kenapa ibu harus mengikutinya selama itu? Harusnya tadi langsung pulang saja. Kondisi kehamilan ibu itu sangat rentan, jangan terlalu capek apalagi stres. Dengar tidak tadi apa kata dokter? Ibu terlalu banyak pikiran."Ada perasaa
Ruang tamu besar kediaman Spancer menjadi saksi puncak kerinduan sepasang manusia yang terikat tali persahabatan. Sera sedang menangis di pelukan Alena sekarang, gadis itu tidak kuasa menahan perasaan yang selama enam bulan terakhir dia pendam. Sera tidak pernah tahu masalah apa yang menimpa keluarga Alena lalu tiba-tiba senior kesayangannya itu menghilang tanpa kabar dan sulit dihubungi. Layaknya orang yang baru putus cinta, Sera galau berhari-hari karena Alena meninggalkannya. Gadis itu bertanya-tanya apakah dia melakukan kesalahan sampai Alena tidak mau bertemu lagi dengannya.Pada akhirnya Sera mengerti alasan Alena memutus kontak dengannya. Ia mendengar kabar bahwa Allendra mengalami kecelakaan parah yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit luar negeri untuk waktu yang lama. Ya, pemberitaan di luar mengabarkan bahwa tragedi yang menimpa Allendra Spancer enam bulan lalu adalah sebuah kecelakaan bukan pertumpahan darah melawan penjahat.Itu adalah saran dari pama
"Sera, sebaiknya kita jangan main ke sini. Ke tempat lain saja," ungkap Alena menyuarakan rasa keberatan saat Sera memaksanya mengunjungi kampus Liam pagi ini.Ini akhir pekan, Sera sudah libur sekolah dan sesuai ucapan Alena kemarin sekarang ini Sera sedang menagih janji Alena untuk bermain di luar jam sekolah. Tadi mereka sudah izin pada Allendra dan pria itu mengizinkan dengan catatannya pulangnya jangan terlalu malam. Kedua gadis itu setuju dan berjanji akan pulang tepat waktu."Tidak apa-apa, Kak, kampusnya terbuka untuk umum, kok. Aku juga sering main di wilayah kampus ini. Selain itu, kata kak Liam banyak juga kok orang-orang yang mengunjungi perpustakaan di kampus ini."
Sabar adalah pertarungan antara degup keimanan dengan desakan hawa nafsu. Keduanya berlomba untuk saling mengalahkan agar bisa menjadi pemenang atas diri seseorang. Pihak mana yang akan menjadi juara bergantung pada sisi mana yang diperkuat. Vincent terus merapal doa dalam batinnya, berupaya sekuat tenaga untuk memenangkan keimanannya agar tidak kalah dari nafsu, yang membisikan agar pria itu segera merebus hidup-hidup ibu hamil bernama Azeeya di atas wajan panas dan air mendidih. Sejak awal mendengar rencana gila Zeeya rasanya emosi Vincent terus naik dan enggan turun ke tempat semula. Dia diminta untuk mendekati Natasha agar gadis itu tidak dekat-dekat lagi dengan Allendra. Sebenarnya itu bukan hal yang sulit bagi Vincent, tapi dia telanjur tertarik pada gadis lain dan tidak minat untuk mendekati gadis mana pun selain gadis incarannya itu. Malang tak dapat ditentang, rasa ingin merebus Zeeya kalah oleh kasih sayang. Sehingga saat ini dia sedang dalam perjalanan untuk menem
Semua penduduk bumi sepakat bahwa menunggu adalah hal paling menyebalkan berapapun waktu yang dibutuhkan. Entah sebentar atau lama, rasanya tidak ada orang yang mau menunggu jika tak diharuskan. Alena sudah satu jam lebih duduk di kursi bata yang melingkari sebuah pohon besar nan rindang di kawasan kampus Liam. Gadis itu tidak tahu pasti apa nama area tersebut, yang Alena yakini tempat itu adalah titik cukup populer di kalangan penduduk kampus tersebut untuk nongkrong-nongkrong atau digunakan sebagai tempat belajar pun cukup asyik. Tidak banyak yang gadis itu lakukan selama menanti Liam menyelesaikan tugas kelompoknya. Alena hanya duduk menikmati pemandangan sekitar yang ramai oleh lalu lalang orang-orang. Terkadang gadis itu tersenyum ketika melihat ada sekumpulan orang sedang bercanda dengan teman-temannya. Tawa mereka
"Liammm!!!" teriak seseorang di depan sana, seorang lelaki berbadan mungil yang tampak sangat keren dengan celana jins hitam dan jaket denim biru pudar. Beni melangkah cepat menarik ujung kemeja bagian belakng Sera, posisi itu terlihat sama persis seperti orang yang hendak membuang anak kucing karena ketahuan memakan ikan goreng di dapur. "Bener-bener, ya, kelakuan adik sepupumu ini. Sudah kubilang jangan mengajaknya lagi main ke kampus ini. Masa tadi dia jajan banyak tapi tidak bawa uang, dan malah minta bayar padaku. Belum cukup sampai di situ, dia juga merusak maket buatanku yang harus dikumpulkan lusa. Kau tahu berapa lama aku membuat maket itu? Lima hari Liam, lima hari! Sekarang semuanya hancur karena si boncel cerewet ini." "Aku kan sudah minta maaf, Kak, lagian siapa suruh bawa-bawa maket ke kantin." Sera dan Beni bertemu di kafetaria yang ada di kawasan gedung kuliah mahasiswa arsitektur, sejak beralasan meninggalkan Alena di perpustaka