Share

Lamaran Panji

Mata Terryn berkaca-kaca, tak ada kesia-siaan sedikitpun bagi waktu Terryn untuk merawat dan membesarkan Panji. Pemuda ini ibarat berlian yang sudah ditempa sedemikian rupa dan sedang berkilau memukau.

“Tuuh kaan … Mama mellow lagi. Maaf jika ada kata-kata Panji yang salah yaa, Ma. Panji tidak bermaksud membuat Mama sedih.” Panji mengelus lembut punggung tangan Terryn setelah mengusap air mata perempuan paruh baya itu.

Terryn menarik napasnya panjang, nyeri dirasakannya kembali sehingga dia harus menekan dadanya. Sakit yang dideritanya sudah semakin sering kambuh.

“Mama baik-baik saja? Dada Mama sakit?” Seketika tatapan Panji berubah jadi sangat khawatir.

“Gak … Mama gak apa-apa, nyeri ini sudah biasa. Bisa jadi ini pertanda kalau waktu Mama sudah tidak banyak lagi,” jawab terryn dengan seulas senyum ketegaran.

“Mama ngomong apa sih, ayo Panji antar Mama ke kamar yaa.” Panji mengulurkan tangannya agar dapat membimbing Terryn untuk beristirahat.

Terryn tidak menolak dan mengikuti gera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status