Share

Pencarian Dimulai

Bab 3: Pencarian Dimulai

Pagi yang cerah menyelimuti desa Sunyaragi saat Anisa dan tim pencariannya bersiap untuk memasuki hutan. Tim terdiri dari beberapa penduduk desa yang terlatih dan berani, termasuk Pak Bima, seorang pria tua yang bijaksana dan memiliki pengetahuan luas tentang hutan. Mereka juga membawa perbekalan dan peralatan yang cukup untuk bertahan di dalam hutan selama beberapa hari.

Anisa merasa campuran antara kegembiraan dan ketegangan. Ini adalah pertama kalinya dia memimpin sebuah pencarian yang begitu penting. Dia tidak hanya harus menemukan kitab kuno, tetapi juga memastikan keselamatan semua orang yang bergabung dengannya. Sebelum berangkat, Bu Martini memberikan Anisa sebuah kalung dengan liontin kecil berbentuk daun.

"Ini adalah peninggalan keluargamu," kata Bu Martini dengan lembut. "Kalung ini akan melindungimu dan memberimu kekuatan saat kamu membutuhkannya."

Anisa menerima kalung itu dengan rasa terima kasih. "Terima kasih, Nenek. Aku akan menjaga ini dengan baik," ujarnya sambil mengenakan kalung tersebut.

Dengan persiapan yang matang dan doa dari seluruh desa, Anisa dan timnya melangkah ke dalam hutan Sunyaragi. Suasana hutan yang misterius dan penuh dengan suara alam segera menyambut mereka. Mereka berjalan dalam barisan rapi, mengikuti jejak yang sudah direncanakan.

Pak Bima memimpin jalan, menggunakan tongkat kayunya untuk menyingkirkan ranting dan semak-semak yang menghalangi. "Hutan ini menyimpan banyak rahasia," katanya sambil melangkah hati-hati. "Kita harus tetap waspada dan saling melindungi."

Anisa mengangguk, merasakan getaran tanah di bawah kakinya dan suara dedaunan yang bergesekan di atas kepalanya. Dia merasakan kehadiran Ayu di sekitar mereka, seolah roh penjaga hutan itu mengawasi dan membimbing langkah mereka.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Di tengah area tersebut, terdapat sebuah batu besar dengan ukiran kuno yang hampir tertutup oleh lumut. Anisa mendekati batu itu, merasakan energi yang kuat menanati darinya.

"Ini adalah tempat yang penting," kata Pak Bima sambil memperhatikan ukiran pada batu. "Mungkin ini adalah salah satu petunjuk yang kita cari."

Anisa berlutut di depan batu itu dan menyentuh ukiran tersebut. Dia merasakan sesuatu yang aneh, seolah batu itu bergetar di bawah sentuhannya. "Kita harus mencari tahu apa yang tertulis di sini," ucap Anisa sambil mengeluarkan selembar kertas dan pensil untuk menyalin ukiran itu.

Sementara Anisa sibuk menyalin ukiran, yang lain mulai memeriksa area sekitar. Mereka menemukan beberapa artefak kuno dan pecahan keramik yang tersebar di tanah. Setiap penemuan membawa mereka lebih dekat pada jawaban yang mereka cari.

Saat Anisa selesai menyalin ukiran, dia memanggil semua orang untuk berkumpul. "Aku berhasil menyalin ukiran ini," katanya. "Kita harus mencari tahu artinya. Mungkin ini bisa memberi kita petunjuk tentang lokasi kitab kuno."

Pak Bima memandang ukiran tersebut dengan mata yang berkilat penuh minat. "Aku mengenali beberapa simbol ini," ujarnya. "Ini adalah bahasa kuno yang digunakan oleh leluhur kita. Kita harus kembali ke desa dan meminta bantuan Bu Martina untuk menerjemahkannya."

Dengan hati-hati, mereka menyimpan salinan ukiran tersebut dan melanjutkan pencarian mereka. Mereka bertekad untuk menemukan lebih banyak petunjuk sebelum kembali ke desa. Matahari mulai tenggelam saat mereka mencapai sebuah gua tersembunyi di balik semak belukar yang lebat.

Gua itu terlihat suram dan misterius, dengan pintu masuk yang gelap dan dalam. Anisa merasa ada sesuatu yang menariknya ke dalam gua itu. "Aku merasa kita harus masuk ke dalam," katanya dengan suara pelan. "Mungkin ada sesuatu di sana yang bisa membantu kita."

Pak Bima mengangguk setuju. "Baiklah, kita harus hati-hati. Mari kita masuk dan periksa gua ini."

Mereka menyalakan obor dan melangkah masuk ke dalam gua yang dingin dan lembab. Dinding gua dipenuhi dengan stalaktit dan stalagmit yang berkilauan di bawah cahaya obor. Mereka terus berjalan semakin dalam, mengikuti lorong-lorong yang berliku.

Tiba-tiba, mereka menemukan sebuah ruangan besar di dalam gua. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu dengan sebuah kitab kuno yang terbuka di atasnya. Anisa merasakan jantungnya berdebar kencang saat mendekati altar tersebut.

"Kita berhasil!" seru Anisa dengan suara bergetar. "Ini dia, kitab kuno yang kita cari."

Pak Bima mendekati Anisa dan memeriksa kitab itu. "Kita harus membawa ini kembali ke desa dan mempelajarinya dengan cermat," katanya. "Ini adalah kunci untuk membebaskan Ayu dari kutukan."

Dengan hati-hati, mereka mengambil kitab itu dan membawanya keluar dari gua. Perasaan lega dan kebahagiaan mengalir di antara mereka. Petualangan mereka belum berakhir, namun mereka telah mengambil langkah besar menuju keberhasilan.

Saat mereka melangkah keluar dari gua dan kembali ke desa, Anisa merasakan kebanggaan yang luar biasa. Dia tahu bahwa tugasnya masih panjang, tetapi dengan dukungan dari teman-temannya dan semangat yang tak tergoyahkan, dia yakin mereka akan berhasil.

Petualangan mereka baru saja dimulai, dan Anisa siap menghadapi segala tantangan yang akan datang. Bersama-sama, mereka akan mengungkap rahasia hutan Sunyaragi dan membebaskan Ayu dari kutukan yang menahannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status