Share

28. Takdir yang Membenci Api

Area rooftop bar terlihat memukau malam itu. Pemandangan kawasan Puglia terbingkai apik lewat diorama yang terhampar dari lantai paling atas kediaman megah Botticelli. Garis pantai menjorok ke arah timur, lengkap dengan bangunan-bangunan berarsitektur klasik yang menakjubkan.

Dua sejoli di dekat meja bar itu duduk dalam kesenyapan yang selaras dengan suasana kelam di sekitar. Hanya ada denting gelas sampanye mereka yang sesekali terdengar mengisi keheningan. Membiarkan Rosetta tenggelam lebih jauh dalam pikirannya.

Marco—yang duduk di depan wanita itu—kembali menuangkan isi botol minuman yang tinggal separuh. Sorot matanya terkunci pada riak kecil di permukaan sari anggur yang naik ke atas. Dia menyesapnya sedikit, lantas meletakkannya di tempat semula.

“Mengapa kau melakukan itu di hadapan Ludovic?” tanya Rosetta yang merobek kesunyian di antara mereka.

Satu alis Marco terangkat, sementara sorot matanya tertuju pada wajah Rosetta yang ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status