Share

Chapter 1 : Breakfast

Joanna Michelle atau yang akrab dipanggil Anna, tidak pernah tahu jika pernikahan justru membawa kesengsaraan untuknya. Seorang pria yang menjanjikan dia bahagia seumur hidupnya ternyata justru memberinya luka yang mungkin akan dia ingat sepanjang usia.

Tidak hanya itu, keadaan kembali memaksanya untuk meninggalkan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Membawa semua beban kehidupan seorang diri tanpa ada seorang pun yang menemani.

Pernikahan yang baru berjalan 2 bulan harus berakhir begitu saja tanpa penjelasan. Tapi semua itu hanya cerita lalu, sekarang Anna telah memiliki kehidupan baru bersama seorang putra yang selalu memanggilnya mama.

Sama seperti hari-hari biasanya setiap pagi di rumah Anna, dia selalu disibukkan dengan kegiatan membuat sarapan dan beberapa pekerjaan ringan rumah tangga. Tidak banyak yang Anna lakukan sebenarnya, karena untuk sebagian besar urusan rumah tangga juga sudah ada pembantu yang mengerjakannya.

Anna memang tidak kaya, tapi hidupnya berkecukupan. Dia punya toko kue dengan beberapa karyawan dan satu asisten rumah tangga yang sangat membantunya. Penghasilan dari tokonya lebih dari cukup untuk biaya hidup, biaya pendidikan dan juga gaji karyawan-karyawannya.

"Pagi ma, apa tidur mama nyenyak?" sapa seorang anak laki-laki yang baru saja menuruni tangga dan bergabung di meja makan. Siapa lagi kalau bukan putranya.

"Pagi juga sayang," Jawab Anna yang masih fokus menyajikan sarapan untuk dirinya dan sang putra. "Tidurku selalu nyenyak." sebuah senyuman hangat hangat Anna berikan untuk putra tersayangnya. 

"Tomo Ojisan kemana? Tumben sekali sejak pagi tidak kelihatan,"

"Tomo ojisan sudah berangkat duluan ke toko, karena harus membeli beberapa bahan pokok roti yang sudah habis." jelas Anna yang cukup untuk membuat anaknya manggut-manggut mengerti.

"Sa, kamu bergadang lagi?" tanya Anna saat tanpa sengaja matanya bertemu dengan dengan wajah sang putra. 

"Aku tidur kok ma, hanya saja sebentar," Esa tersenyum kaku, dia mengerti ibunya

nya selalu khawatir setiap kali mendapati besarnya kantung mata yang menghiasi wajah tampannya.

"Mama kan sudah bilang, belajar sewajarnya saja sayang. Kamu sudah pintar dan sudah sangat membanggakan. Jadi jangan memaksakan diri untuk selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal." Anna membelai wajah putranya dengan penuh kasih sayang. Diusap nya kantung mata yang sedikit lebih besar dari kemarin itu.

"Aku tidak apa-apa, mama tidak perlu khawatir." Khesa balas tersenyum hangat untuk menghilangkan kekhawatiran sang ibu.

Khesa Devano adalah anak yang Anna lahirkan dan besarkan seorang diri di Jepang. Khesa tumbuh dengan menyaksikan perjuangan serta kerja keras sang ibusejak dirinya kecil dan keluarganya tidak punya apa-apa hingga sekarang saat kehidupan ekonomi keluarganya sudah menjadi lebih baik. Hal itu lah yang membuatnya selalu berusaha melakukan yang terbaik di segala bidang, terutama akademik. Dia ingin menjadi anak yang bisa dibanggakan oleh ibunya.

Anna tidak pernah meminta putranya untuk melakukan semua itu, tapi pendidikkan yang dia terapkan nyatanya mampu membuat sang putra tumbuh menjadi anak yang diharapkan oleh semua orang tua. Bahkan tidak jarang membuat iri para orang tua dari teman-teman sekolahnya. 

"Cepat habiskan makanannya, setelah ini mama akan mengantarmu ke sekolah."

Khesa mengangguk. "Okey. Oh iya ma, aku akan mulai berangkat ke Bristol minggu depan. " Ucap Khesa yang membuat ibunya secara otomatis menghentikan kegiatan mengunyah makanannya.

"Secepat itu? Aku belum diberi tahu oleh pihak sekolahmu," Anna tampak berpikir. Ada raut khawatir yang ditunjukkan wajahnya.

"Suratnya akan diberikan hari ini. Aku juga sudah memisahkan beberapa pakaian yang akan dibawa ke sana."

Anna mendesah pelan. Sepertinya hari yang paling di antisipasi olehnya datang dengan cepat. "Tidak bisakah di batalkan saja? Mama benar-benar khawatir." Anna mengelus tangan putranya dengan lembut, berharap agar putranya memahami keresahan hatinya. Dari sekian banyak negara yang rekomendasikan oleh sekolahnya, kenapa putranya harus memilih Inggris? Dan dari sekian banyak kota di Inggris, kenapa harus Bristol? Kenapa tidak London saja? Bukankah London adalah kota pelajar terbaik di dunia?

"Maafkan aku ma, kali ini aku harus pergi. Ini kesempatan terbaik untukku, dengan aku belajar di Bristol, itu bisa membantu memperbesar peluangku untuk bisa kuliah di salah satu Universitas yang ada London nanti."

"Kalau memang begitu, kenapa kau tidak mengambil di London saja sekarang? bukankah itu lebih membantu? Kau bisa sekalian berkunjung ke Universitas-Universitas impianmu." Anna sepertinya masih belum setuju dengan keputusan putranya.

"Oh ayolah ma, aku belum punya keberanian untuk itu. Kemampuanku masih jauh dari kata cukup untuk bersaing dengan teman-temanku di seluruh Jepang. Lagipula kenapa dengan Bristol? Bukankah London dan Bristol sama saja? Sama-sama berada di Inggris." argumen Khesa untuk pertanyaan ibunya.

"Tidak apa-apa, mama hanya khawatir." Anna mendesah pelan.

"Bristol atau kota manapun itu, intinya aku tetap pergi dan tetap akan berada jauh dari mama selama satu tahun kedepan. Mama tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja." Khesa tahu ibunya terlalu khawatir karena ini akan menjadi kali pertama dia pergi jauh dari sang ibu untuk  waktu yang cukup lama.

"Kau tidak tahu kehidupan di sana seperti apa sayang, kau bahkan baru 15 tahun. Bristol tidak semudah yang kau pikirkan." ucap Anna lembut.

Khesa menatap ibunya serius. "Aku tahu, oleh karena itu mama pindah kesini. Bristol tempat mama lahir dan dibesarkan, jadi tolong ijinkan aku kesana meski hanya sekali. Aku berjanji aku hanya akan belajar di sana. Mama tidak perlu khawatir karena di sana juga kan ada nenek dan kakek." Khesa berusaha meyakinkan ibunya untuk kesekian kali.

Anna sendiri sebenarnya sadar, putranya sudah melakukan yang terbaik untuk sampai di tahap ini. Meski dia sangat khawatir, tapi dirinya tidak ingin egois dan menghalangi mimpi sang anak. Tapi masalahnya, kenapa harus Bristol? Anna jelas tidak ingin kembali ke negera tempat kelahirannya itu.

"Baiklah, aku mengijinkan. Tapi, aku akan menyusul setelah semua pekerjaan disini selesai." Anna tersenyum hangat dan mengusap kepala putranya. Khesa juga hanya balas mengangguk, dia setuju jika ibunya ikut karena percuma juga menolak toh ibunya pasti akan tetap menyusul. 

Tidak apa-apa Anna. Semua akan baik-baik saja. Esa juga akan baik-baik saja. Monolog Anna dalam hati.

✿✿✿✿✿

Bristol

"Dad, sekolah Dara akan segera melakukan praktik kerja lapangan bulan depan," ucap seorang anak perempuan yang kini tengah menikmati sarapan pagi bersama ayahnya.

Ayahnya mengangguk mengerti. "Bagus dong, dengan begitu kamu berada dalam pengawasan daddy lebih lama."

"Kenapa begitu? Dara kan nanti akan praktik nya di perusahaan pilihan sekolah, jadi sama saja dengan Dara sekolah. Sama-sama tanpa daddy." jelas Dara. 

"Siapa yang bilang? Kamu akan praktik di hotel milik daddy." ucap sang ayah tegas. 

Dara melirik ayahnya sekilas. "Tidak mau!" Tolaknya cepat. "Lagipula hotel daddy kan tidak pernah menerima siswa PKL, bahkan mahasiswa magang pun tidak diperbolehkan."

"Kenapa harus di hotel lain? Hotel milik daddy tahun ini juga menerima PKL dan semua itu karena kamu Dara," jelas sang ayah.

"Tapi Dara tidak mau diperlakukan istimewa. Hampir semua karyawan daddy mengenal Dara. " Dara menatap ayahnya serius. 

Sang ayah hanya terkekeh pelan. "Tidak ada yang akan mengistimewakan kamu di sana princess," ayahnya mengelus kepala sang anak dengan lembut. "Daddy akan mengatur semuanya. Bahkan jika perlu daddy sendiri yang akan langsung turun tangan membimbing kalian."

Dara memutar bola matanya malas. "Aku yakin daddy tidak punya waktu untuk itu. Jadi berhenti bersikap posesif!"

"Daddy hanya khawatir dengan keadaanmu Dara, daddy tidak mau kamu kelelahan apalagi sampai sakit,"

"Tapi dad, Dara kan sudah besar jadi pasti bisa jaga diri dengan baik." lagi-lagi Dara protes.

Dareen, sang ayah hanya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir putrinya dan menggeleng pelan. "Tidak ada penolakan sayang, daddy sudah memutuskan semuanya."

Dara pun hanya mendesah pelan. Dia merasa ayahnya selalu berlebihan jika menyangkut dirinya. Padahal dia sudah besar sekarang tapi ayahnya memperlakukannya lebih dari pada ke anak kecil. Hey, usia Dara sekarang sudah 15 tahun. Meski kadang Dara merasa risih tapi akhirnya dia pasrah dan selalu menerima keputusan sang ayah. Dara sadar, semua yang dilakukan ayahnya hanya demi kebaikannya karena kondisinya sekarang. "Baiklah dad"

Dareen tersenyum lembut, Dara memang sering protes tapi pada akhirnya dia tetap jadi penurut. 

"Dad, hari ini Dara pulang telat ya,"

Dareen mengangkat kedua alisnya meminta penjelasan Dara. "Kenapa?"

"Aku akan pergi menemani mommy belanja." Dara tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

"Hah, baiklah. Tapi ingat, jangan pulang terlalu larut dan katakan pada mommy mu untuk tidak mengajarkan hal-hal aneh." Dareen memperingatkan putrinya.

"Ayolah dad, tentu saja tidak. Lagipula kita juga akan pergi bersama Jinu. Daddy kemusuhan sekali dengan mommy. Padahal kan dulu kalian saling mencintai." Dara tertawa tanpa dosa. Tidak memperhatikan ekspresi wajah Dareen yang sudah berubah menjadi kaku.

Dareen menghela nafas berat, pandangannya berubah sendu. 

Aku tidak pernah mencintainya. Aku tidak pernah mencintai mommy mu Dara. Batin Dareen. 

✿✿✿✿✿

"Selamat pagi Tuan Yuta." ucap seorang karyawan saat seorang pria memasuki toko kue miliknya.

"Pagi juga Mia. Kau selalu semangat seperti biasa." puji pria yang bernama Yuta tersebut pada Mia salah satu karyawannya yang sangat rajin.

"Hai Yuta, kau sudah datang rupanya," Sapa Tomo yang baru saja keluar dari dapur. "Aku sudah membeli bahan-bahannya kau hanya perlu membuat adonan seperti biasa, dan kali ini aku yang akan memanggang." Lanjut Tomo yang masih sibuk dengan beberapa kantung belanjaan.

"Baiklah." Jawab Yuta dengan suara dalam dan berat, khas seperti laki-laki lalu berjalan melewati Tomo yang terdiam ditempatnya. Tomo masih saja tidak terbiasa dengan nada bicara Yuta, mungkin karena Yuta adalah seorag perempuan jadi terkadang Tomo merasa geli sendiri.

Na Yuta atau yang orang-orang panggil dengan Yuta, nyatanya dia adalah Joanna Michelle atau Anna seorang wanita yang telah memiliki seorang putra. Namun sejak 15 tahun lalu, orang-orang Jepang disekitarnya mengenal Anna sebagai seorang pria yang membesarkan putranya tanpa seorang istri. Anna merubah penampilan nya setelah dia melahirkan Khesa. 

Keputusan ini tidak dia ambil begitu saja. Semua dengan pemikiran yang matang, Anna tahu di negara tempat tinggalnya sekarang, seorang perempuan yang memiliki anak akan mendapat banyak kesulitan terlebih dia adalah orang tua tunggal. Sebagai negara dengan budaya kerja keras, jam kerja yang panjang dan dedikasi terhadap pekerjaan yang tinggi sering kali menganggap jika kehadiran anak atau pasangan akan mengganggu karena anak akan menjadi prioritas utama dan dedikasi ke pekerjaan akan menjadi nomer sekian. Semua itu menjadi hal yang tidak bisa Anna abaikan, bagaimanapun dia harus punya pekerjaan dan menghasilkan uang untuk kelangsungan hidup dirinya dan juga sang putra. Dan sebagai perempuan, tentu hal itu akan menjadi hal yang sulit.

Di Jepang Anna bisa leluasa memulai hidup baru karena tidak ada siapapun yang mengenalnya. Sehingga penyamaran dirinya akan lebih aman. 

Untuk berada pada kondisinya sekarang, Anna tidak mendapatkannya dengan mudah. Dia kesulitan mendapat pekerjaan karena kurangnya pengalaman dan tidak ada ijazah, belum lagi dia juga harus merawat Khesa dalam waktu yang bersamaan. Setelah berubah menjadi pria pun Anna beberapa kali harus berganti pekerjaan terutama jika pekerjaan tersebut berhubungan dengan kemampuan fisik. Meskipun penampilannya seorang pria, tapi tetap saja Anna adalah wanita. 

Beruntung Anna bertemu dengan Tomo seorang pemuda Jepang yang bersedia menerima dan menjadi teman dekatnya selama ini. Membantunya mendapatkan pekerjaan hingga sekarang mereka sudah punya toko kue bersama. Sebenarnya tidak hanya Tomo yang membantu Anna dan juga tahu identitas aslinya, tapi ada satu orang lagi. Seorang pria tampan yang tidak pernah absen datang ke toko kue milik mereka.

"Selamat pagi Tuan Sean," sapa Mia ramah. Iya, seorang pria lain yang tahu Anna bukan seorang laki-laki adalah Sean, saudara sepupunya Tomo.

"Pagi Mia, aku pesan menu sarapan seperti biasa. Dan tolong diantarkan oleh pemilik toko ini." jawab Sean dengan senyuman hangat di wajah tampannya.

Mia mengedipkan sebelah matanya. "Okey, pesanan akan segera tiba," setelahnya Mia dan Sean tertawa pelan bersama. Mereka memang sudah sangat akrab. 

Tidak berselang lama, pesanan Sean pun datang yang dibawakan langsung oleh Anna. "Berhenti datang kesini dan mengangguku." gerutu Anna, kemudian meletakan pesanan Sean dan duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu.

Sean hanya terkekeh. "Yuta-kun sedang merajuk,"

"Hentikan itu!" Anna memutar bola matanya.

Sean tertawa pelan. "Ini alasan kenapa aku selalu kesini, aku suka melihat wajah kesalmu," Anna tahu kalau Sean sedang menggodanya.

"Kau benar-benar kurang kerjaan," Anna segera berdiri, namun lengannya ditahan oleh Sean.

"Temani aku sarapan dulu,"

"Aku sibuk." Jawab Anna ketus.

"Ayolah, sebentar lagi kan kita akan jarang bertemu." Rajuk Sean dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Hah," Anna menghela nafas panjang dan memilih mengalah untuk duduk kembali. "Makanlah" ucap Anna dengan ekspresi yang masih kesal. "Jangan merindukanku saat aku tidak disini."

"Kau akan kembali kan?" tanya Sean yang mulai serius.

"Tentu saja." jawab Anna tanpa ragu. "Aku di sana hanya untuk menemani Esa." tambah Anna.

"Syukulah." Jawab Sean singkat.

"Aku akan kembali bagaimana pun itu." ucap Anna yakin. 

Kalau bisa aku akan kembali lebih cepat. Aku tidak akan berlama-lama di sana. Tidak juga dengan Esa. Batin Anna.

Anna mungkin berharap kepergiannya hanya sementara dan akan kembali secepat mungkin, tapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Belum lagi di Bristol selain tempat kelahirannya, semua orang yang dia kenal keluarga, teman, termasuk mantan suaminya berada disana.

*

*

*

- T B C -

With Love : Nhana

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status