Share

Benalu Rumah Tangga
Benalu Rumah Tangga
Penulis: Youna imut

Rencana Busuk

"Aku akan lebih memilih uang Dua Milyar, dibanding dengan Kyana, yang sama sekali tidak akan membawa untung bagiku. Perduli amat sama mas Tama. Dia lebih baik aku buat dekat dengan Welas, yang sangat cantik dan jauh lebih menguntungkan."

Gepokan uang Milyaran, kini telah terlihat jelas dalam khayalan Zya. Dia berencana akan datang untuk tinggal di rumah saudaranya dan pamit pada sang Ibu, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan di kota. 

Zya, yang merasa ingin bicara pada Ibunya, kini keluar dari kamar dan masuk ke ruang dapur.Potongan tahu dan ikan yang kini hampir siap dimasak, membuat Zya duduk dan melihat semua racikan bumbu yang sengaja di ulek oleh Ibunya. 

"Kamu sudah lapar Zya?" tanya Bu Sanah.

Zya hanya diam cuek, sambil memandangi semua masakan yang membosankan diatas meja. Rasa bosan yang ada dalam pikirannya membuat dia lebih bersemangat untuk merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dengan hadiah yang akan dia dapatkan dari Welas.

Mata bu sanah, melihat Zya sepertinya lagi berpikir sesuatu. Dia mendekat dan duduk di samping Zya.

"Zya, kamu ini kenapa sih? Dari tadi ibu bicara, kamu tidak pernah perduli dan selalu saja diam. Sebenarnya mau kamu itu apa Zya?" ujar bu Sanah.

"Bu, aku bosan hidup begini terus. Setiap hari kita makan harus berurusan dengan tahu dan tempe. Bagaimana enggak bosan melihat semua ini selalu datang setiap hari?" jawab Zya.

Wajah bu Sanah jadi meredup, dia sakit hati dengan ucapan Zya yang tidak sabar dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang ini. Sebagai orangtua, bu Sanah mencoba sabar. Dia menganggap kalau Zya masih belum berpikiran dewasa, dan masih pengen hidup enaknya saja.

"Zya, kamu tidak boleh berkata begitu!"Segala sesuatu itu mesti kita syukuri nak. Kamu harus bisa membandingkan hidup dengan saudara kita yang masih jauh berkekurangan dibanding dengan kita Zya. Kamu itu harus bisa membandingkan semuanya.

"Alahhh...sudahlah bu, Ibu yang terus bersyukur dengan kehidupan yang begini, ternyata menjadikan hidup kita tidak pernah ada peningkatan dan tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti orang lain bu," ucap Zya.

Bu Sanah menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau memperpanjang cerita lagi dengan Zya. Bu Sanah kembali meneruskan pekerjaannya karena sebentar lagi suaminya akan pulang kerja dan dan pasti sudah merasa lapar. Zya kembali teringat pada Welas, wanita yang dia temui tadi pagi di depan Klinik.

Dia teringat kembali akan semua ucapan Welas yang membuat angan-angannya menjadi tinggi dan tidak menginginkan hidup susah lagi.

"Kamu harus bisa membuat Tama menceraikan Kyana. Kamu juga harus berhasil menjadikan Tama jadi suamiku, agar uang Dua Milyar akan sepenuhnya aku berikan pada kamu." Ucapan itu selalu terngiang di telinga Zya.

"Dengan uang dua Milyar, aku akan bisa hidup bahagia dan mewah," bathin Zya.

Melihat Ibunya lagi sibuk memasak, Zya berdiri dan mendekati Ibunya.

"Bu, aku akan ke rumah mas Tama. Aku akan mencari pekerjaan disana. Aku tidak mau harus hidup bertahan hanya dengan begini saja bu," ujar Zya.

Bu Sanah berbalik melihat Zya, dia heran dengan rencana Zya yang baru saja pernah dia dengar.Dia sebagai ibu merasa anaknya telah jauh berubah. Zya sudah mau berusaha dan bekerja, tidak seperti selama ini, yang hanya bisa terima beres dan tidak perduli dengan semuanya.

"Apa Ibu tidak salah mendengar Zya? Benarkah kamu ingin ke kota mencari pekerjaan?" tanya bu Sanah.

"Iya bu, dengan demikian aku akan bisa membantu ayah dan ibu mencari nafkah untuk keluarga kita bu," jawab Zya.

"Oh,syukurlah nak, ibu sangat senang dengan rencana kamu itu."Kapan rencana kamu akan ke rumah Tama? tanya bu Sanah.

"Lebih cepat lebih baik bu, semakin cepat Zya dapat pekerjaan, berarti semakin cepat pula kita akan mendapatkan kesejahteraan," jawab Zya.

Zya masuk ke kamar, dia berpikir akan membuat banyak masalah nantinya di rumah Tama. Dengan masalah tersebut,Tama akan semakin benci dengan Kyana dan pasti akan menceraikannya. Perlahan setelah Kyana cerai, aku akan mengajak Welas mendekati mas Tama dan gepokan uang milyaran akan jadi milikku. Zya tersenyum sendiri. Dia yakin dalam waktu dekat dia akan menjadi orang kaya.

******

Bu Sanah mendengar suaminya telah pulang kerja. Dia langsung menyambut suaminya dengan meraih tas bekal dari tangannya.

"Ayah mau minum dulu atau mandi dulu?" tanya bu Sanah.

"Ayah sebaiknya mandi dulu bu, badan ayah rasanya sudah gerah dan tidak tahan lagi untuk segera mandi." jawab pak Samad.

Mendengar jawaban suaminya, bu Sanah langsung mengambil handuk dan mempersiapkan pakaian untuk dikenakan oleh pak Samad.

"Ini handuknya Ayah," ucap  bu Sanah sambil memberikannya pada pak Samad. Dengan menerima handuk tersebut, pak Samad langsung masuk ke kamar mandi. Bu Sanah kembali ke dapur dan membuatkan segelas teh panas buat pelepas dahaga suaminya yang tengah seharian mencari nafkah dibawah terik matahari.

******

Ponsel jadul milik Zya terlihat bergetar. Zya mendengar dan melihat panggilan masuk. Mata Zya, langsung terbuka.Dia bahagia karena ada panggilan dari Welas yang selalu mengiming-imingi dia hadiah.

"Hallo, Zya."

"Hallo, Non Welas." jawab Zya. 

"Apa kamu sore ini bisa berjumpa dengan aku?" tanya Welas.

"I_iya Non Welas, aku akan datang.Tapi dimana ya?"

"Kamu datang saja ke depan Klinik Syahadat.Disana aku akan menunggu kamu, ada hal penting yang ingin aku katakan padamu."

"Kira-kira, aku dapat cuan enggak Non Welas?" tanya Zya dengan penuh harapan.

"Kamu tenang aja, setiap kamu bisa meluangkan waktu untuk datang menemuiku, aku akan selalu memberikan kamu bayaran yang setimpal." ucap Welas.

Zya langsung memutuskan panggilan Welas tersebut. Dengan sigap, Zya keluar dan segera berangkat ke Klinik yang ditentukan oleh Welas.

Sepanjang jalan, Zya kelihatannya tersenyum sendiri. Dia tidak sabar ingin mendapatkan cuan yang fantastis dari Welas.

"Non Welas, dimana ya?" ucap Zya.

Dia mencoba melihat ke kiri dan ke kanan dan sekelilingnya, namun tidak juga melihat Welas berada di sana. Zya terpaksa berjalan keliling Klinik, dia yakin kalau Non Welas tidak mungkin berbohong dan pasti ada di tempat itu.

Zya mulai capek, dia duduk di bawah pohon yang lumayan rimbun di pinggir jalan, depan Klinik. Sebuah buku yang terletak disana sengaja dibuat jadi kipas oleh Zya, dia mencoba menyejukkan badan yang sudah dibalut keringat karena lama berjalan di bawah matahari.

Zya terkejut dengan sentuhan tangan yang tiba-tiba menepuk bahunya.Zya berbalik dan melihat, Welas sudah ada di belakangnya.

"Non Welas...?" ucap Zya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status