Share

Chapter 7

Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.

Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung.

"Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya.

"Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya.

"Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.

Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru.

"Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget.

"Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan tekanan.

"Hahaha ... tentu saja tidak, aku kebetulan hanya melihat-lihat saja." Kendra menatap Dru yang terlihat lelah.

"Lalu ... kenapa kamu disini ?" Tanya Dru dengan tatapan menyelidik.

"Keponakanku dirawat di dalam," jawab pendek Kendra.

"Jika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, aku akan pergi. Jangan menghantuiku seperti kita ini teman dekat," ucap Dru tajam lalu berbalik untuk pergi.

"Jadilah Bodyguardku !" Teriak Kendra sebelum Dru menyalakan mesin motor.

Kendra menghela nafas panjang, lelah dan juga heran. Pemuda seperti Kendra benar-benar ngotot, tapi ia malas menanggapi dan memilih segera pergi. Terlalu banyak bicara bukanlah sifatnya.

"Keras kepala !" Ucap Kendra pelan melihat Dru yang menjauh.

Dru tiba di rumah yang juga merupakan markas dari organisasinya. Berendam air hangat mungkin membuatnya rileks.

Dru melepas pakaiannya, melihat tubuhnya yang tidak mulus dalam pantulan kaca. Beberapa bekas luka yang di dapatkan saat bertarung atau diserang menghiasi kulitnya.punggungnya pun tidak luput dari luka,  Dru tersenyum melihatnya lalu segera masuk ke dalam bathtub. Menyandarkan punggungnya, menikmati sensasi yang membuat kantuk menyerangnya.

Saat tengah malam, Dru kembali ke Rumah Sakit. Lexy sudah tertidur pulas, pengaruh obat.Pengasuh yang menjaga Lexy juga sudah tertidur. Dru mengusap pelan rambut Lexy penuh sayang. Mencium kening bocah tampan itu.

Dru tidak bisa tidur, karena tadi ia sempat tertidur saat di Rumah.Ia lalu keluar dari ruang perawatan Lexy, berjalan ke belakang Rumah Sakit. Terdapat taman kecil yang biasa digunakan Pasien untuk berjalan pagi. Menelepon seseorang hingga wajahnya memerah menahan amarah.

Setelah selesai menelpon, tampak Dru berjalan kembali ke dalam. Ia tidak bisa lama di Rumah Sakit, karena ada sesuatu hal yang harus segera dikerjakannya. Dru meminta tolong pada pengasuh yang menjaga Lexy, agar menjelaskan pada bocah itu jika mencarinya kembali. Dru berjanji akan kembali secepat mungkin.

Dru harus menyelesaikan satu tugas. Itu semua karena Ryuu, tidak serta merta percaya pada beberapa orang yang mengaku setia setelah penembakan yang dilakukannya, masih ada yang tertinggal. Dalam hal ini, Dru mendapat tugas untuk bertemu dengan orang yang ditugaskan untuk menyelidiki pergerakan yang dilakukan secara diam-diam oleh beberapa anak buah Black Wolf yang masih terindikasi berkhianat. Mereka bergerak dengan menjual nama Red Eagle dalam bisnis kotor.

Setelah terlihat tenang, Dru berjalan menuju parkiran, ia akan bertemu di bar yang biasa di datanginya. Tapi langkahnya terhenti, lagi-lagi Kendra menghalangi langkahnya.

"Kamu kayak hantu, terus bergentayangan," sindir Dru yang membuat Kendra tertawa pelan.

"Aku sedang bosan, jadi berjalan-jalan keluar sebentar. Tidak tahunya bertemu dirimu. Apa kamu mau pergi lagi ?" Tanya Kendra kepo, padahal mereka tidak saling mengenal dekat.

"Bukan urusanmu !" Dru berbicara cukup tegas.

"Hmmm ... kalau semisal kamu mau ke Bar yang waktu itu, bolehkah aku ikut ?" Tanya Kendra sok tahu.

"Aku tidak ke Bar," ucap Dru sedikit kesal karena kaget Kendra bisa tahu kemana tujuannya saat ini. Apa karena malam, jadi pikiran Kendra tertuju pada Bar atau diskotik, batin Drupadi menerka.

"Kalau pergi, bolehkan aku menumpang ?" Tanya Kendra makin berani.

Dru yang malas meladeni Kendra memilih pergi. Tapi sial, saat hendak menyalakan kuda besi, motor itu seperti mengajaknya bercanda.

"Sial !" maki Dru, disaat begini motornya mogok. Sebenarnya salah dirinya, karena dalam satu bulan ini, ia tidak ada waktu membawa kuda besinya ke bengkel.

Dru melirik Kendra yang terlihat tersenyum. Sepertinya ia harus memanfaatkan kesempatan. Bajingan di dekatnya ini mengatakan jika ingin ke Bar, sedangkan tujuannya juga ke sana.

"Hmm ... kamu juga mau ke bar ? Apa kendaraanmu bisa digunakan ?" Tanya Dru yang membuat Kendra tertawa sambil mengeluarkan kunci mobilnya.

"Aku akan menumpang," ucap Dru dengan raut kesal karena kali ini harus meminta tolong.

"Oh tentu saja, aku jadi memiliki teman." Kendra terlihat senang. Sejujurnya ia tidak terlalu memiliki banyak teman dekat. Dru sepertinya selain bisa dijadikan Bodyguard, bisa juga dijadikan teman. Tapi membuat pemuda keras kepala di depannya ini setuju untuk menjadi Bodyguarnya, akan sangat sulit.

"Cepatlah !" ucap Dru seperti memerintah. Ia harus cepat, atau orang yang ingin ditemuinya pergi.

Saat di dalam mobil, Kendra kembali mencium wangi yang menguar dari Dru. Wangi lembut milik wanita misterius yang pernah ditolongnya saat berada di balkon. Kendra mencium udara, menghirup harum yang manis tersebut."Mengapa wanginya sangat mirip," batin Kendra dalam diam.

"Nama panggilanmu Dru ? Nama panjang Andrue." Kendra menyebut nama Laki-laki milik Dru yang tertera di pengenal palsunya. Sedangkan pengenal aslinya adalah nama aslinya, Drupadi.

"Kamu memata-mataiku ?" Tanya Dru dengan tatapan tajam ke arah Kendra yang fokus menyetir.

"Haha ... hanya mencari tahu, orang keras kepala yang tidak mau menjadi pengawalku. Aku selalu mendapatkan apa yang ku inginkan." Kendra terlihat tersenyum dingin.

Drupadi malas mendebat karena dia bukanlah tipe yang suka banyak berbicara jika tidak terlalu penting. Alasan yang diutarakan Kendra sudah cukup baginya.

Tidak ada percakapan lagi hingga mereka tiba di Bar yang ingin di tuju Dru.

"Kita berpisah disini, kamu cari minuman favoritmu, dan aku akan memilih milikku. Jika mau pulang terlebih dahulu, maka pulanglah. Terimakasih banyak," ucap Dru tanpa basa-basi.

"Aku akan menunggu di dalam, jika sudah selesai cari saja aku. Kita punya tujuan kembali yang sama bukan." Kendra menginterupsi sejenak langkah Kendra. Setelah itu Dru cepat masuk ke dalam tanpa mempedulikan Pria yang seperti hantu baginya.

"Entah mengapa dia terlihat tampa dan cantik secara bersamaan," gumam Kendra menatap punggung Dru yang memasuki Bar.

"Aduhh ... kenapa aku ini," batin Kendra sambil menggelengkan kepala lalu berjalan memasuki bar.

Di dalam bar, tatapannya tertuju pada Dru yang terlihat keluar melewati pintu belakang bersama dua orang pria.

Di belakang bar, tampak dua pria yang bersama Dru memberikan amplop pada gadis Manly tersebut. Dru membukanya dan dahinya tampak berkerut.

"Sial !" Si plontos racun  yang tidak bisa dianggap enteng." Dru terlihat sangat marah hingga buku-buku jarinya memutih.

"Ampun ...." Tiba-tiba dari arah yang gelap, tampak dua orang berbadan kekar membawa seorang pria yang terlihat berantakan.

Begitu tiba di depan Dru, gadis dengan tampilan manly yang sangat dingin itu langsung mengahajarnya tanpa ampun.

"Bajingan ! Penyakit sepertimu harus dimusnahkan. Ryuu memberi kesempatan padamu saat mengeksekusi temanmu, tapi kamu masih main-main." Dru menghajar lagi dengan pukulan keras dan tidak main-main.

"Bawa dia pergi ke markas, pastikan dia buka mulut siapa lagi temannya yang tersisa !" Dru memberi perintah pada empat orang pria di depannya yang dengan patuh membawa si pesakitan untuk pergi.

Tanpa Dru sadari, Kendra yang ingin tahu mengikutinya, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ganasnya seorang Dru menghajar seseorang. Tidak ada belas kasihan, dengan wajah yang ingin membunuh.

Dru segera masuk kembali ke dalam, tapi sebelumnya Kendra sudah terlebih dahulu menyingkir sehingga Dru tidak menyadari kehadirannya.

"Hai sayang ... kapan kamu datang." Seorang pria dengan gerakan gemulai segera memeluk Dru yang saat ini duduk untuk mengatur nafas.

"Aku datang dari tadi kak Ari," ucap Dru manis, sambil memberi kode pada bartender untuk meracik minumannya.

"Kenapa wajahmu terlihat lelah begitu ? Tapi lelah yang terlihat sexy," goda Kak Ari pada Dru yang membuat gadis manly itu tertawa pelan, menanggapi sekedarnya, karena pikirannya saat ini sedang tidak disini.

Dru segera mencicipi minumannya begitu tersaji di hadapannya. Tapi gadis itu cepat menyembunyikan amplop dalam genggamannya, saat melihat Kendra berjalan ke arahnya.

"Eh Tuan muda Kendra," sapa Kak Ari pada pria dikenalnya sebagai tuan muda yang memang sering datang ke bar miliknya.

"Kamu tidak ingin pulang sekarang ?" Tanya Kendra pada Dru yang membuat laki-laki yang dipanggil Kak Ari mengerutkan keningnya.

"Kamu kenal Tuan Kendra ? Atau jangan -jangan kalian ada hubungan ?" Kak Ari menggoda Dru dengan menempelkan dua jari telunjuknya.

"Dia teman biasa, saya masih suka dengan wanita, bukan dengan pria menyebalkan seperti dia," timpal Kendra membuat Kak Ari melongo. Jangan-jangan Tuan muda dengan senyum dingin di depannya ini belum tahu kalau Dru adalah seorang wanita.

Kak Ari segera melihat ke arah Dru yang mengedipkan mata sebagai kode akan pertanyaan lelaki kemayu tersebut.Kak Ari manggut-manggut paham akan kode dari Dru.

"Mari pulang," ucap Dru mengajak Kendra untuk segera pergi, sebelum Kak Ari membongkar identitasnya.

Saat di dalam mobil, tidak ada pembicaraan antara keduanya. Tampak Dru memejamkan mata. Sedangkan Kendra tenggelam dalam pikirannya. Melihat Dru yang memukul seseorang dengan wajah garang, terlihat sangat menakutkan.Walau Kendra sering melihat perkelahian, tapi  melihat amarah yang dikeluarkan Dru saat marah sangat menakutkan. Kendra tidak bisa membayangkan bagaimana saat Dru memegang senjata untuk membidik musuhnya. Apa seperti di film action yang pernah di tontonnya. Sepertinya Dru sangat cocok sekali untuk jadi Bodyguardnya.

Saat tiba di Rumah Sakit, Kendra melihat Dru yang tertidur. Saat dirinya hendak mendekat membangunkan, tiba-tiba Dru membuka mata, menatap ke arah Kendra yang berada dekat sekali dengannya.

"Terimakasih," ucap Dru sambil mendorong Kendra menjauh. Wangi dari Dru yang membuat Kendra tadi terdiam sesaat. Itu wangi dari wanita misterius yang memeluknya di balkon.

"Terimakasih atas bantuannya, setelah ini, jangan menyapaku lagi. Cukup sampai disini."

Dru segera keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban Kendra, yang masih terhipnotis parfum milik Drupadi.

"Kenapa wangi parfumnya begitu mirip ?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status