Share

Chapter 6

Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar.

"Bos," panggil Fin pelan.

"Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik.

"Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.

“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.

Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.

“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra.

"Bos,  jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu  beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal.

"Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.

Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara menaikan adrenalin. Bukan jumlah uang yang diincarnya, tapi banyak informasi juga didapatkannya.

Tampak seorang pria kekar yang akan dihadapkan dengannya.

Dru menampilkan smirknya.

Sementara itu, Kendra bersama Fin, akhirnya tiba di tempat yang ingin didatangi Kendra. Mungkin dia akan mencari Bodyguard baru.

Saat masuk ke dalam, tampak pertarungan sedang terjadi. Netra Kendra membola melihat siapa yang bertarung saat ini. Lagi-lagi mereka bertemu.

Dru terlihat berdarah di sudut bibir, tapi tetap terlihat tenang menangkis setiap serangan yang ditujukan padanya. Kendra seperti melihat Dru yang tidak serius dalam bertarung. Seperti terlihat sedang bermain untuk membuat kesal lawannya.

Lalu pada puncaknya pukulan cepat yang diarahkan Dru pada perut dan juga leher lawan membuat lawannya tumbang.

Dru terlihat tersenyum, lalu melangkah pergi, menepuk pundak bandar dan secepatnya meninggalkan arena pertarungan liar yang semakin panas. Dru tidak pernah mengambil uang hasil bertarung. Karena bandar tahu, uang kemenangan Dru yang ada pada dirinya, akan dibelikan makanan dan diberikan pada anak-anak jalanan. Bandar tidak pernah menyelewengkan uang milik Dru. Karena ia pernah hampir mati dihajar oleh Dru yang tahu uang yang didapatkannya, bukan diberikan pada anak-anak jalanan. Dru terlalu sadis jika tidak menyukai sesuatu.

Kendra menatap Dru yang menjauh, lagi-lagi mereka bertemu.

Kendra yang sudah malas, segera mengajak Fin untuk pergi ke bar. Menghabiskan malam dengan berpesta bersama teman-temannya. 

Pagi kembali menyapa, Kendra tidak pulang semalaman, dan berakhir tidur di apartemen.

Kendra sudah rapi dan sedang menyesap kopi sambil melihat tablet di pangkuannya, saat Fin masuk untuk menemuinya.

"Bos ...  jangan lupa temui tuan dan nyonya. Mereka ingin bertemu anda pagi ini." Fin mengingatkan Kendra jika kedua orang tuanya sudah kembali dari perjalanan bisnis.

Senyum Kendra mengembang, jika Mamanya ikut pulang, berarti keponakan cantiknya yang masih berusia enam tahun juga  ikut pulang.

Kendra segera menyuruh Fin agar mengantarkannya pulang. Ia sudah tidak sabar melihat senyum manis Yuri.

Tidak berapa lama mereka tiba di rumah.

"Ayah ...." Pekik gadis kecil yang cantik saat melihat Kendra. Gadis kecil itu berlari, mendekap Kendra dengan penuh kerinduan.

"Yuri kangen Ayah," ucap bocah cantik itu makin mempererat pelukannya.

"Ayah juga kangen Yuri." Kendra segera menggendong putri dari kakak perempuannya tersebut.

"Ken ...." Panggil wanita cantik dengan gaya anggun.

"Mama." Kendra tersenyum manis lalu memeluk wanita yang teramat dicintainya tersebut.

"Kendra kangen Mama," ucap Kendra lalu mencium pipi wanita terkasihnya tersebut.

"Bagaimana kabar kak Nara ?" Tanya Kendra, menanyakan kabar kakak perempuannya yang sudah lama menetap di luar negeri.

"Nara baik, hanya saja masih suka menangis saat malam hari." Wanita yang dipanggil Mama oleh Kendra tersebut, mengusap lembut pipi putranya.

"Dia ingin Yuri tinggal, tapi Yuri tidak mau. Entah mengapa anak itu tidak mau pergi terlalu lama dan ingin selalu pulang kembali." Kendra menatap keponakannya yang saat ini sedang membelai lembut kucing miliknya.

"Yuri sayang ... nanti sore, jalan-jalan sama Ayah ya." Kendra menggendong kucing cantik milik keponakannya tersebut. Yuri mengangguk senang, lalu ikut membelai Kucing  dengan bulu lebat tersebut.

Sore hari, tampak Kendra berjalan bersama Yuri dan tentu saja Fin yang mengawalnya.

Di saat bersamaan, Kendra melihat Dru yang sepertinya sedang bersama Kai. Karena tampak Kai sedang duduk bersama seorang wanita dan juga seorang anak kecil yang Kendra taksir, usianya sama dengan keponakannya, Yuri.

Kendra memperhatikan Dru yang duduk agak jauh, dan terlihat fokus pada keluarga kecil Kai. Wajah tegas tanpa senyum. Mereka kembali bertemu dalam satu hari ini.

Kendra berjalan ke arah keluarga kecil Kai, menyapa laki-laki yang pernah dikenalkan Papanya. Pengacara keluarga Danendra yang terkenal playboy pada masanya.

"Pak Kai," sapa Kendra pada Kai yang segera berdiri untuk menyalami putra bungsu, kolega bisnis Danendra.Nadine dan Arka juga ikut menyalami Kendra.

"Wahh ... apa saya mengganggu ?" Tanya Kendra yang dibalas gelengan Nadine.

"Tidak, eh ... siapa gadis cantik ini ?" Nadine bertanya saat melihat Yuri yang terlihat diam tanpa senyum.

"Ini keponakanku, putri dari kakakku," ucap Kendra memperkenalkan keponakannya.

Mereka lalu ngobrol bersama, walau beberapa kali bertemu, tapi Kendra bisa cepat akrab dengan Kai. Apalagi Nadine juga tipe ramah, sehingga tidak sulit dekat dengan mereka.

"Itu Bodyguard anda ?" Tanya Kendra pada Kai yang membalasnya dengan senyum.

"Dia adikku." Kai melirik Nadine lalu tersenyum penuh arti saat mengatakannya.

"Kenapa ?" Tanya Kai ingin tahu.

"Tidak apa-apa, hanya saja aku menginginkan Bodyguard seperti dia." Kendra berbicara jujur yang ditanggapi senyum tipis Nadine.

Kendra tipe yang tidak menyerah jika menginginkan sesuatu.

"Dia tidak akan menjadi Bodyguard siapapun. Dia kesayangan keluargaku," ucap Kai dengan senyum manis tapi dengan nada tegas.

"Kecuali, bos dan dirinya sendiri yang meminta untuk mengawal seseorang." Lanjut Kai lagi.

"Ryuu ?" Tanya Kendra cepat yang dibalas anggukan Kai.

"Sudah - sudah, jangan membahas hal yang enggak penting." Nadine menengahi suasana yang mulai tidak nyaman.

"Kai ...." Suara Dru memecah suasana yang mulai kaku.

Kai mengangkat dua alis tanda bertanya.

"Aku harus pergi,ada sesuatu yang harus aku urus, bisakah kita kembali sekarang ?" bisik Dru yang dibalas gelengan Kai.

"Pergilah, jangan khawatirkan aku. Semua akan baik-baik saja." Kai menyuruh Dru agar cepat pergi.

Setelah itu, gadis dengan tampilan manly itu segera pergi dengan langkah cepat.

Saat ini lexy berada di Rumah Sakit. Pihak panti asuhan meneleponnya. Anak itu terserempet mobil saat menyebrang.

Dru melajukan kuda besinya dengan kencang, jantungnya benar-benar hampir copot mendapat kabar tersebut.

Saat di Rumah Sakit, ia berlari dengan kencang menuju tempat Lexy di rawat. Tampak Ibu panti bersama seorang lagi yang menjaga. Lexy tampak tidur lelap.

"Lexy berusaha kabur, ia mengatakan rindu padamu. Saat kami lengah, dia kabur, dan berakhir begini." Ucap Ibu Panti pada Dru yang terlihat menatap Lexy.

Dru menarik nafas panjang. Semua salahnya. Lexy makin besar, dan tentu saja tidak ingin jauh darinya.

Dru menelepon Kai mengabarkan jika dirinya sedang ada masalah, tanpa menyebutkan permasalahannya. Kai juga bukan tipe yang ingin tahu jika tidak di beri tahu.

Dru juga menghubungi bos besarnya, terkait dirinya yang akan menghilang sementara waktu.

Dru menatap Lexy yang masih terbaring lemah. Bocah tampan itu tidak apa-apa, hanya tangan dan kakinya saja yang terkilir, dan juga shock.

"Maafin Kakak Lexy, setelah ini, kamu bisa tinggal sama kakak," ucap Dru pelan sambil membelai rambut bocah tampan tersebut.Dalam otak Dru saat ini adalah bagaimana dia membawa Lexy untuk tinggal bersama dirinya tanpa menimbulkan kesulitan pada bocah tampan tersebut. Ia hanya mengkhawatirkan keselamatan Lexy. Ini jugalah yang menjadi alasan Dru tiak memiliki siapapun atau seseorang untuk dicintai. Ia takut orang yang disayanginya terluka.

Sementara itu, di lain tempat, tampak Kendra sedang bersama Yuri yang tiba-tiba saja demam.

Raina, Mama dari Kendra terlihat khawatir, dan memerintahkan Kendra untuk membawa Yuri ke Rumah Sakit. Kendra cepat mengantarkan keponakannya ke Rumah Sakit. Yuri akhirnya dirawat.

Kendra tampak keluar untuk menghirup udara segar di area taman belakang rumah sakit, karena Yuri sudah ditangani dan sekarang tertidur lelap dalam penjagaan Oma nya.

Tapi kedua netranya membola, menatap ke depan. Lagi dan lagi, pertemuan ini. Apakah ini skenario yang sudah diatur ?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Barra
kalian berdua memang berjodih....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status