"Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.
Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya."Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru.Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama."Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya."Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokter yang segera mengangguk sambil tersenyum mengiyakan. Merasa aneh juga, apa mungkin pemuda di depannya malu, jika harus bertelanjang dada ? batin Dokter cantik itu sambil tersenyum memaklumi."Keluarlah Kendra, biar aku lebih mudah merawat lukanya." Dokter muda yang cantik itu memerintahkan Kendra untuk keluar. Kendra dengan patuh menuruti permintaan Dokter.Dokter dengan cekatan merawat luka Dru, setelah itu meresepkan obat untuk diminum.Lengan Dru sudah di perban, tampaknya Ia masih demam. Kendra cepat memerintahkan Fin untuk menebus obat sesuai resep."Terimakasih Dokter.""Panggil saja aku Zia." Dokter cantik itu menyebutkan namanya pada Dru sambil tersenyum manis. Kendra merotasi bola matanya."Kalau sudah selesai, Fin akan mengantarkanmu pulang." Dokter Zia mengangguk, lalu kembali menatap Dru."Cepat sembuh." Ucap Dokter cantik itu sebelum beranjak pergi.Setelah minum obat,dan memakai.kembali jaket miliknya, Dru hendak pergi."Kamu demam, sebaiknya istirahat dulu" ucap Kendra yang dibalas gelengan Dru."Aku baik-baik saja, terimakasih banyak atas bantuannya. Kita impas sekarang." Dru menatap Kendra. Dia hanya menolong Kendra satu kali. Tapi pemuda di depannya sudah menolong dirinya sebanyak dua kali.Dru melangkah untuk pergi.Kendra hanya menatap tanpa menghentikan. Kendra mengingat sesuatu, parfum yang digunakan Dru mirip dengan parfum wanita misterius yang pernah ditolongnya."Laki-laki dengan wangi selembut itu," batin Kendra tersenyum sedikit heran.Prangg!Terdengar suara dari depan. Buru-buru Kendra berlari ke depan. Tampak Dru yang berjongkok dengan guci yang pecah di dekat kakinya."Kamu enggak apa-apa ?" Tanya Kendra bergegas mendekati Dru."Kepalaku sakit sekali," ucap Dru pelan. Mungkin pengaruh demam yang di deritanya saat ini. Sial sekali, kenapa harus sakit di saat seperti ini, maki Dru di dalam hati.Kendra mendekat, memegang lengan Dru yang tidak sakit, membantunya untuk berdiri. Kendra dapat merasakan panasnya badan Dru."Istirahatlah dahulu, setelah kamu pulih, maka pergilah. Apartemen ini aman, tidak ada yang akan datang," ucap Kendra meyakinkan Dru yang mengangguk lemah.Kendra merasa jika dekat dengan pemuda di sampingnya membuat Wanginya makin kuat, wangi parfum milik wanita misterius yang dipeluknya di balkon."Aku bisa berjalan sendiri, pinjam kamarmu untuk satu malam. Setelah membaik, aku akan segera pergi," ucap Dru melepaskan pegangan Kendra."Kamu bisa pakai pakaianku yang ada di lemari." Kendra berteriak sebelum Dru masuk ke dalam kamar."Dasar keras kepala !" Gumam Kendra pelan.Dru mengambil benda pipih dari saku jaketnya, menelepon seseorang."Kak, aku belum bisa pulang sekarang. Aku di serang,tapi saat ini keadaanku baik-baik saja.Aku berhasil melumpuhkan mereka. Setelah keadaan aman, aku segera kembali. Besok aku hubungi lagi." Dru segera menutup telepon setelah lawan bicaranya mengetahui keadaannya.Dru sengaja tidak menekan jam nya sedari awal, selama ia bisa mengatasinya sendiri.Ia kembali membuka jaket,berjalan pelan menuju kamar mandi membersihkan muka dan juga mengganti bajunya dengan milik pemuda yang bernama Kendra tersebut.Dru segera naik ke atas ranjang, merebahkan tubuh penatnya. Mengusap pelan cincin miliknya, lalu jatuh tertidur.Keesokan pagi, Dru terbangun dengan kepala yang masih berat."Kamu sudah bangun ?" Dru segera melompat dari tempat tidur melihat si pemilik apartemen yang bersandar di ambang pintu kamar."Jam berapa ini ? Aku sangat haus, bisa aku minta segelas air ?" Tanya Dru yang dibalas anggukan Kendra yang segera keluar kamar mengambil air.Tidak butuh waktu lama, Kendra sudah kembali ke kamar, memberikan air dan juga membawakan sarapan untuk Dru.Setelah minum air, tampak wajah Dru lebih segar."Makanlah, aku hanya punya nasi dan telur goreng saja," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru.Dru makan dalam diam, walau mulutnya terasa sangat pahit, tapi dipaksakan untuk makan."Setelah minum obat, kembalilah istirahat."kendra menatap pemuda tampan, tapi lebih tepatnya manis di mata Kendra.Drrrtt !Ponsel Dru bergetar, cepat diangkatnya benda pipih tersebut."Kak Theo ... bisa jemput aku ? alamatnya sudah aku kirimkan." Dru cepat berbicara lalu menutup telepon setelah terdengar jawaban dari lawan bicaranya."Terimakasih banyak," ucap Dru pada Kendara setelah selesai makan."Jangan sungkan, aku yang berhutang nyawa padamu. Ini belum seberapa." Kendra berbicara menatap Dru yang jengah di tatap begitu."Kenapa terus menatapku ?" Tanya Dru yang membuat Kendra tertawa."Jadilah Bodyguardku, aku akan membayar dua kali lipat dari gaji yang dibayar Kai Aryasena." Kendra ternyata masih menginginkan Dru menjadi Bodyguardnya. Apalagi Fin adalah bodyguard Papa nya yang hanya sementara mengawalnya.Bagi Kendra, Dru terlihat lain daripada yang lain. Apalagi Dru sudah pernah menolongku, membuat dirinya merasa lebih nyaman jika bisa memiliki Bodyguard dari Kai Aryasena tersebut."Bukan masalah uang, ini masalah kepercayaan. Aku akan menjadi Bodyguard seseorang jika Bos sendiri yang memerintahkan." Dru menatap tajam ke arah pemuda di depannya."Ryuu ?" Tanya Kendra cepat. Tentu saja Dru kaget, bagaimana Kendra bisa tahu nama Bos nya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengenal Ryuu. Selebihnya, mereka hanya tahu jika Ryuu adalah Devan. CEO dari Danendra Group."Jangan terlihat kaget begitu, aku mengetahui Ryuu, walau tidak mengenalnya."Bagaimana bisa...?"Ting tong!Suara bel pintu, menginterupsi pertanyaan Drupadi.Kendra segera melangkah ke depan diikuti oleh Dru di belakangnya. Begitu pintu depan dibuka, tampak sosok tampan dengan rambut cepak tersenyum pada Dru."Are you okay ?" Tanya Theo melihat keadaan Dru. Yang ditanya menganggukkan kepala."Terimakasih banyak," ucap Dru pada Kendra sebelum pergi. Kendra mengangguk tanpa membalas ucapan terimakasih dari Kendra. Ia hanya menatap Dru yang saat ini di papah pemuda tampan, menjauh."Hmm ... Sepertinya aku harus memaksa dia menjadi Bodyguardku." Kendra tersenyum penuh misteri.Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar."Bos," panggil Fin pelan."Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik."Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra."Bos, jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal."Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara men
Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan teka
Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo
Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat
Drupadi menemui Ryuu, sudah saatnya mereka mengambil alih penuh black wolf yang semula dipimpin Daniel, Daddy dari Kai. Jadi organisasi itu benar-benar akan berada dalam kendali Red Eagle. Drama kematian Kai sudah disusun demikian rapi sehingga tidak ada yang akan mengetahuinya, kecuali Alma, Mommy dari Kai, serta Ryuu dan beberapa orang kepercayaannya.(Cerita Kai, bisa dibaca di Platform ungu, dengan judul Find Me,Love)Kai sendiri juga tidak mengetahui pasti drama yang sudah disusun. Ia hanya mengetahui sebagian, tanpa tahu sisanya.Malam hari, rencana berubah, karena pihak musuh menahan Daniel diluar perkiraan Ryuu.Dru belum bisa menemui Kendra karena penangkapan Daniel, pemimpin Black Wolf, membuat Kai harus membebaskan Daddy nya tersebut.Maka, Dru harus memastikan Kai selamat dalam sandiwara tersebut. Pistol yang digunakan oleh tangan kanan Dario untuk menembak Kai, sudah diganti dengan peluru bius oleh salah satu anak buah Ryuu yang menyusup.Drama yang sempurna, karena kelu
Bahu Kendra bergetar hebat, menumpahkan semua tangisnya. Walau belum dibuktikan dengan tes DNA, tapi melihat dari foto milik Drupadi , dan juga tanda lahir di bawah ketiak, tentu saja itu sangat mengarah pada keponakan laki-lakinya yang menghilang empat tahun lalu. Keponakan yang dianggap hilang, sehingga membuat Kakak perempuannya seperti mayat hidup karena depresi tiap kali mengingat putranya itu. Drupadi duduk di samping Kendra setelah menemani Lexy makan dan menitipkan Lexy sebentar pada ibu panti. Kepala Drupadi masih pusing, tapi masih bisa ia tahan sebentar."Aku menemukannya saat lari dari kejaran musuh. Saat itu aku terluka parah dan bersembunyi diantara batu besar, di sungai. Tubuh Lexy terbaring tidak jauh dariku bersembunyi. Dia sangat lemah sekali kala itu, dengan luka benturan di beberapa bagian tubuhnya. Tapi anak tampan itu sangat kuat sekali. Dan aku sangat menyayanginya." Kali ini Drupadi juga menangis. Ia tidak bisa membayangkan jika Lexy adalah Yuki, maka secara o
Pagi yang mendung, Kendra telah bangun semenjak tadi. Ia juga memerintahkan maid di rumah untuk datang ke apartemen dan memasak secara lengkap, sehingga ketika Drupadi dan Lexy bangun, semua sudah tersaji. Begitu selesai semua, Maid segera kembali ke kediaman keluarga Kendra.CklekKamar, dimana Drupadi tidur terbuka, menampilkan sosok gadis dengan gaya maskulin itu, melangkah keluar menuju arah dapur. Tapi langkahnya terhenti melihat Kendra yang sedang duduk santai sembari menyesap secangkir kopi."Sudah bangun ? apa masih sakit ?" Tanya Kendra lalu menepuk space kosong di sampingnya agar Drupadi duduk disitu.Drupadi duduk di samping Kendra yang segera mengambil air untuknya."Jangan seperti ini, aku tidak terbiasa," ucap Drupadi menerima gelas dari tangan Kendra dan segera meminumnya."Maka buatlah dirimu terbiasa, karena aku akan terus melakukannya," jawab Kendra yang merasa nyaman melihat Drupadi."Kenapa ? kamu suka padaku ?" Tanya Drupadi to the point. Mereka terbiasa dilatih t
Mereka tiba di kediaman keluarga Tanaka. Tampak Drupadi yang ragu untuk keluar dari dalam mobil."Keluarlah," ucap Kendra pada Drupadi yang masih diam."Semua akan baik-baik saja, please," pinta Kendra dengan lembut yang membuat Drupadi akhirnya mau keluar dari dalam mobil bersama Lexy.Kedua orang tua Kendra sudah menunggu, karena sebelum datang, Kendra sudah menelepon untuk bertemu karena ada hal yang ingin dibicarakan. Papanya membatalkan meeting dan Mamanya juga tidak jadi pergi untuk bertemu teman-temannya. Yuri juga dijemput lebih awal dari sekolah.Drupadi mengikuti langkah Kendra sambil menggenggam tangan Lexy.Meong ...!Suara kucing mengalihkan atensi Lexy yang melepaskan tangan Drupadi untuk mencari sumber suara. Tampak seorang gadis kecil seusia Lexy yang terlihat menggendong kucing cantik berbulu abu-abu yang lebat. Lexy berjalan mendekati gadis kecil tersebut, yang menatap Lexy tidak berkedip. Gadis kecil itu terlihat mengeluarkan air mata, tapi mengapa ia sendiri juga