Share

Chapter 5

"Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.

Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya.

"Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru.

Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.

Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama.

"Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya.

"Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokter yang segera mengangguk sambil tersenyum mengiyakan. Merasa aneh juga, apa mungkin pemuda di depannya malu, jika harus bertelanjang dada ? batin Dokter cantik itu sambil tersenyum memaklumi.

"Keluarlah Kendra, biar aku lebih mudah merawat lukanya." Dokter muda yang cantik itu memerintahkan Kendra untuk keluar. Kendra dengan patuh menuruti permintaan Dokter.

Dokter dengan cekatan merawat luka Dru, setelah itu meresepkan obat untuk diminum.Lengan Dru sudah di perban, tampaknya Ia masih demam. Kendra cepat memerintahkan Fin untuk menebus obat sesuai resep.

"Terimakasih Dokter."

"Panggil saja aku Zia." Dokter cantik itu menyebutkan namanya pada Dru sambil tersenyum manis. Kendra merotasi bola matanya.

"Kalau sudah selesai, Fin akan mengantarkanmu pulang." Dokter Zia mengangguk, lalu kembali menatap Dru.

"Cepat sembuh." Ucap Dokter cantik itu sebelum beranjak pergi.

Setelah minum obat,dan memakai.kembali jaket miliknya, Dru hendak pergi.

"Kamu demam, sebaiknya istirahat dulu" ucap Kendra yang dibalas gelengan Dru.

"Aku baik-baik saja, terimakasih banyak atas bantuannya. Kita impas sekarang." Dru menatap Kendra. Dia hanya menolong Kendra satu kali. Tapi pemuda di depannya sudah menolong dirinya sebanyak dua kali.

Dru melangkah untuk pergi.Kendra hanya menatap tanpa menghentikan. Kendra mengingat sesuatu, parfum yang digunakan Dru mirip dengan parfum wanita misterius yang pernah ditolongnya.

"Laki-laki dengan wangi selembut itu," batin Kendra tersenyum sedikit heran.

Prangg!

Terdengar suara dari depan. Buru-buru Kendra berlari ke depan. Tampak Dru yang berjongkok dengan guci yang pecah di dekat kakinya.

"Kamu enggak apa-apa ?" Tanya Kendra bergegas mendekati Dru.

"Kepalaku sakit sekali," ucap Dru pelan. Mungkin pengaruh demam yang di deritanya saat ini. Sial sekali, kenapa harus sakit di saat seperti ini, maki Dru di dalam hati.

Kendra mendekat, memegang lengan Dru yang tidak sakit, membantunya untuk berdiri. Kendra dapat merasakan panasnya badan Dru.

"Istirahatlah dahulu, setelah kamu pulih, maka pergilah. Apartemen ini aman, tidak ada yang akan datang," ucap Kendra meyakinkan Dru yang mengangguk lemah.

Kendra merasa jika dekat dengan pemuda di sampingnya membuat Wanginya makin kuat, wangi parfum milik wanita misterius yang dipeluknya di balkon.

"Aku bisa berjalan sendiri, pinjam kamarmu untuk satu malam. Setelah membaik, aku akan segera pergi," ucap Dru melepaskan pegangan Kendra.

"Kamu bisa pakai pakaianku yang ada di lemari." Kendra berteriak sebelum Dru masuk ke dalam kamar.

"Dasar keras kepala !" Gumam Kendra pelan.

Dru mengambil benda pipih dari saku jaketnya, menelepon seseorang.

"Kak, aku belum bisa pulang sekarang. Aku di serang,tapi saat ini keadaanku baik-baik saja.Aku berhasil melumpuhkan mereka. Setelah keadaan aman, aku segera kembali. Besok aku hubungi lagi." Dru segera menutup telepon setelah lawan bicaranya mengetahui keadaannya.Dru sengaja tidak menekan jam nya sedari awal, selama ia bisa mengatasinya sendiri.

Ia kembali membuka jaket,berjalan pelan menuju kamar mandi membersihkan muka dan juga mengganti bajunya dengan milik pemuda yang bernama Kendra tersebut.

Dru segera naik ke atas ranjang, merebahkan tubuh penatnya. Mengusap pelan cincin miliknya, lalu jatuh tertidur.

Keesokan pagi, Dru terbangun dengan kepala yang masih berat.

"Kamu sudah bangun ?" Dru segera melompat dari tempat tidur melihat si pemilik apartemen yang bersandar di ambang pintu kamar.

"Jam berapa ini ? Aku sangat haus, bisa aku minta segelas air ?" Tanya Dru yang dibalas anggukan Kendra yang segera keluar kamar mengambil air.

Tidak butuh waktu lama, Kendra sudah kembali ke kamar, memberikan air dan juga membawakan sarapan untuk Dru.

Setelah minum air, tampak wajah Dru lebih segar.

"Makanlah, aku hanya punya nasi dan telur goreng saja," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru.

Dru makan dalam diam, walau mulutnya terasa sangat pahit, tapi dipaksakan untuk makan.

"Setelah minum obat, kembalilah istirahat."kendra menatap pemuda tampan, tapi lebih tepatnya manis di mata Kendra.

Drrrtt !

Ponsel Dru bergetar, cepat diangkatnya benda pipih tersebut.

"Kak Theo ... bisa jemput aku ? alamatnya sudah aku kirimkan." Dru cepat berbicara lalu menutup telepon setelah terdengar jawaban dari lawan bicaranya.

"Terimakasih banyak," ucap Dru pada Kendara setelah selesai makan.

"Jangan sungkan, aku yang berhutang nyawa padamu. Ini belum seberapa." Kendra berbicara menatap Dru yang jengah di tatap begitu.

"Kenapa terus menatapku ?" Tanya Dru yang membuat Kendra tertawa.

"Jadilah Bodyguardku, aku akan membayar dua kali lipat dari gaji yang dibayar Kai Aryasena." Kendra ternyata masih menginginkan Dru menjadi Bodyguardnya. Apalagi Fin adalah bodyguard Papa nya yang hanya sementara mengawalnya.

Bagi Kendra, Dru terlihat lain daripada yang lain. Apalagi Dru sudah pernah menolongku, membuat dirinya merasa lebih nyaman jika bisa memiliki Bodyguard dari Kai Aryasena tersebut.

"Bukan masalah uang, ini masalah kepercayaan. Aku akan menjadi Bodyguard seseorang jika Bos sendiri yang memerintahkan." Dru menatap tajam ke arah pemuda di depannya.

"Ryuu ?" Tanya Kendra cepat. Tentu saja Dru kaget, bagaimana Kendra bisa tahu nama Bos nya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengenal Ryuu. Selebihnya, mereka hanya tahu jika Ryuu adalah Devan. CEO dari Danendra Group.

"Jangan terlihat kaget begitu, aku mengetahui Ryuu, walau tidak mengenalnya.

"Bagaimana bisa...?"

Ting tong!

Suara bel pintu, menginterupsi pertanyaan Drupadi.

Kendra segera melangkah ke depan diikuti oleh Dru di belakangnya. Begitu pintu depan dibuka, tampak sosok tampan dengan rambut cepak tersenyum pada Dru.

"Are you okay ?" Tanya Theo melihat keadaan Dru. Yang ditanya menganggukkan kepala.

"Terimakasih banyak," ucap Dru pada Kendra sebelum pergi. Kendra mengangguk tanpa membalas ucapan terimakasih dari Kendra. Ia hanya menatap Dru yang saat ini di papah pemuda tampan, menjauh.

"Hmm ... Sepertinya aku harus memaksa dia menjadi Bodyguardku." Kendra tersenyum penuh misteri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status