Share

Chapter 4

Beberapa orang duduk mengelilingi meja, menanti pimpinan mereka.

Tampak pintu dibuka, sosok dengan topeng goblin itu memasuki ruangan dengan gayanya yang tenang. Berjalan di belakangnya dua bodyguard dan seorang bodyguard lagi dengan pakaian yang berbeda.

"Ryuu ...," Gumam salah satu orang yang hadir disitu dengan tatapan takut.

Ryuu duduk dengan santai, lalu menyilangkan kaki. Menatap semua yang duduk dari balik topeng yang dikenakannya.

"Aku menjaga kalian agar hidup layak, tapi masih saja pengkhianat berkeliaran di sekelilingku. Sudah aku katakan, tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat!" Laki-laki yang dipanggil Ryuu itu berbicara dengan tenang, tapi penuh penegasan. Suasana terasa sangat dingin sekali.

Ryuu tentu saja kesal karena gara-gara si plontos yang sudah dibahabisi oleh Dru, dia hampir saja kehilangan beberapa anak buahnya. Beruntung mereka cepat menyadari sehingga bisa memanilupasi keadaan, walau salah satu anak buahnya terluka parah.

Ryuu mengangkat jarinya. Dru dengan cepat mengarahkan pistol pada pria yang duduk paling ujung.

Pistol dengan peredam itu membuat Pria yang tadi menatap Ryuu dengan wajah ketakutan, jatuh dari kursi, dengan nyawa yang sudah melayang. Karena Drupadi menembak tepat pada kepalanya.

Dia juga termasuk salah satu otak pengkhianat yang berada di dalam badan organisasi. Dia mencuri data organisasi untuk di jual pada lawan.Itu juga menyangkut perusahaan milik organisasi, yang menghasilkan pendapatan bersih dari bisnis legal. Bisnis ilegal mereka hanya berkisar pada pasokan senjata api.

Apa yang terjadi hari ini adalah pembelajaran jika Ryuu tidak pernah main-main akan ucapannya. Ia memiliki hati baik, tapi tidak ada ampun pada pengkhianat. Hatinya akan sangat tega untuk menghabisi, daripada si pengkhianat menjadi boom, yang akan menghabisi mereka semua secara perlahan.

"Tanam di otak kalian, hukuman buat pengkhianat adalah mati!" Ryuu menekan kalimatnya sebelum beranjak pergi.

Dru dan juga dua bodyguard Ryuu berjalan di belakangnya.

"Kak ... aku akan pergi dulu," ucap Dru dari luar jendela mobil, saat Ryuu yang sudah masuk ke dalam mobil dan melepas topengnya dan kembali menjadi Devan.

"Nanti malam datanglah ke rumah jika Kai tidak memintamu menemaninya pergi," perintah Devan yang dibalas anggukan Dru, sebelum menuju kuda besi miliknya. Ia lebih senang mengawal dari jauh menggunakan kuda besi. Sehingga mudah melumpuhkan jika mereka dikepung secara tiba-tiba.

Dru melarikan kuda besi miliknya menuju salah satu yayasan yang mengurus anak- anak yang dibuang atau yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

Dru adalah salah satu yang sering memberikan sumbangan pada anak-anak tersebut. Ia merasakan bagaimana ditinggalkan dan hidup tanpa orang tua.

"Kakak ... teriak seorang anak laki-laki pada Dru yang dengan cepat memeluk anak itu. Membawanya dalam dekapan hangatnya.

"Alexy," ucap Dru mencium kening bocah tampan tersebut. Bocah yang pernah diselamatkan, saat tengah malam.

Lexy masih berusia sekitar dua tahun saat ia temukan dekat sungai. Waktu itu, Dru yang terluka parah, kabur dari pengejar malah menemukan Lexy yang juga sekarat. Entah siapa yang sudah membuang anak itu. Dengan sisa tenaganya, ia membawa lexy, berlari menembus pekat malam.

Saat ini usia Lexy sekitar enam tahun,anak itu juga sudah bersekolah. Ia selalu mengunjungi bocah tampan itu. Mereka sempat terpisah, saat ia harus keluar negeri atas perintah bos besar.

"Kakak, kapan Lexy tinggal sama kakak ?" Tanya bocah tampan itu menatap dalam manik mata Drupadi.

Sebenarnya ia sangat ingin, tapi membawa Lexy tinggal bersamanya akan sangat menyulitkan. Dru hanya ingin Lexy selalu aman.

"Setelah keadaan membaik, kamu akan segera tinggal bersama kakak. Untuk saat ini tetap jadi anak baik disini ya," ucap Dru pada Lexy yang dibalas anggukan patuh bocah tampan tersebut.

Setelah kunjungan mendadaknya ke panti, Dru segera kembali ke markas yang di sebutnya rumah. Tapi telepon dari salah satu kenalan yang mengajaknya bertemu membuat ia berbelok. Melajukan kendaraan menuju bar sebagai tempat bertemu.

Dru masuk ke dalam, saat ini ia tidak ingin minum apapun. Keinginannya saat ini adalah segera bertemu lalu pulang untuk istirahat.

"Hai ...," Sapa Dru pada lelaki dengan gaya kemayu yang segera merangkul Dru, lalu memerintahkan bartender membuatkan minum.

"Seperti biasa," ucap Dru yang dipahami bartender.

"Hai sayang ... Hmmm ... Aku memiliki informasi bagus mengenai tempat pembuatan cincin yang pernah kamu tunjukan padaku." Si lelaki mengedip pada Dru.

Dru memang pernah meninta tolong pada pemilik Bar yang saat ini di datanginya, untuk mencari tahu tempat mana saja yang biasa membuat cincin seperti miliknya. Pemilik Bar berhutang budi pada Dru karena pernah menyelamatkan Bar nya yang saat itu hendak di hancurkan beberapa orang preman.

"Kak Ari." Suara salah satu anak buah si lelaki kemayu yang dipanggil Kak Ari menghentikan obrolan mereka.

Anak buah kak Ari berbisik yang dibalas anggukan lelaki kemayu tersebut.

"Hmmm ... Dasar, mereka datang membuat masalah saja." Gerutu si pria kemayu dengan gayanya yang feminim.

"Ada apa ?" Tanya Dru setelah menyesap wine jenis moscato di gelas miliknya. Kadar alkoholnya hanya lima persen. Dru tidak bisa minum wine dengan kadar alkohol tinggi. Moscato Bertekstur fizzy, memiliki aroma fruity dan rasanya cenderung manis.

"Hmm ... Biasa, transaksi, Jokul," ucap lelaki kemayu yang biasa dipanggil Kak Ari dengan wajah kesal. Dru hanya tertawa melihat kekeselan lelaki setengah wanita di hadapannya.

"Eh sayang ... kamu lihat, itu wanita cantik itu dari tadi lihatin kamu terus," ucap Kak Ari menggunakan alisnya untuk memberi kode. Dru melihat ke arah yang di tunjukan Kak Ari. Tampak duduk dengan manis disana,seorang wanita cantik yang mengedip padanya. Dru hanya tersenyum untuk membalasnya.

"Aku masih normal kak Ari, mendingan aku cium kak Ari daripada cium dia." Dru tertawa melihat wajah lelaki kemayu di hadapannya yang menyumpah serapah pada Dru.

Tidak ada yang menyangka jika Dru adalah seorang wanita. Gayanya terlalu manly, dengan wajah dingin dan juga dada tiarap, membuatnya tidak akan mudah dikenali sebagai seorang wanita, kecuali ia membuka baju.Tapi Kak Ari mengetahui jika Dru adalah seorang wanita.

"Jadi ... Cincinnya bagaimana ?" Tanya Dru kembali ke pokok awal mengapa ia datang ke bar.

Kak Ari mencubit gemas pipi Dru, andai Dru laki-laki, pasti sudah disimpannya.

"Cincin milikmu limited edition, hanya dibuat sesuai pesanan dan memiliki seri yang hanya dipesan oleh kalangan bangsawan. Pembuat cincin itu sudah lama mati. Bunuh diri tepatnya. Belum diketahui pasti penyebabnya." Kak Ari menjelaskan secara detail yang dibalas anggukan Dru yang memikirkan jika makin sulit baginya untuk menemukan siapa pemesan cincin itu.

"Jangan memasang wajah jelek begitu, aku akan mencari informasi lainnya. Sekarang temani aku berdansa ya." Rayu kak Ari yang dibalas gelengan Dru, tapi wajah cemberut Lelaki kemayu itu membuat Dru akhirnya menyetujuinya.

Music yang tadinya riuh, berganti musik romantis. Kak Ari merebahkan kepalanya pada dada Dru, memeluk pinggang gadis manly itu dengan erat. Dru melihat sekeliling tidak bisa menikmati musik. Tatapannya terhenti pada seorang pria muda yang memperhatikannya. Pemuda yang pernah di tolongnya. Pemuda itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita sexy dalam pelukannya, yang Dru yakini pasti juga cantik.

Dru mengalihkan tatapannya, jengah diperhatikan begitu oleh si pemuda.

"Kak Ari, aku pamit dulu, aku tunggu info selanjutnya," ucap Dru lalu mengecup pipi lelaki kemayu yang seleranya adalah sesama batang. Lelaki itu melambai pada Dru yang segera keluar dari bar.

Ia segera menaiki kuda besinya, pikirannya saat ini adalah pulang lalu tidur. Beberapa saat melaju dengan kencang, tiba-tiba Dru merasa ada yang tidak beres.

laju kuda besinya mendadak melambat karena dirinya merasa ada yang mengikutinya.

Benar saja perkiraannya. Tiba-tiba saja empat motor mengepungnya. Tiap orang yang turun dari goncengan segera mengarahkan senjata api ke arahnya. Dru segera menghentikan motornya. Turun dari motor dengan tangan di angkat ke atas.

Salah satu dari mereka segera membekuk Dru yang langsung terduduk dengan pelipis berdarah akibat di popor menggunakan pistol.

Dru mencari celah untuk bisa meloloskan diri. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah tetap diam mengikuti keinginan lawannya, tapi tetap harus waspada hingga bisa menggunakan senjata yang ia sembunyikan. Dia juga perlu tahu motif dari mereka yang tiba-tiba menghadang perjalanannya.

Sebuah mobil hitam berhenti, Dru. segera dinaikan. Lalu empat motor mengikuti saat mobil itu bergerak

pergi.Tapi saat berbelok, keempat kuda besi berpisah arah.

Dru duduk diam di dalam mobil, karena kedua tangannya di borgol. Satu supir dan dua orang bersenjata yang duduk di belakang, siap menembak jika ia berulah.

Ia berpura-pura tidur, saat melihat si pemegang senjata lengah, dengan cepat Dru mencongkel borgol menggunakan kunai yang selalu dibawanya. Dia sudah terlatih untuk itu. lalu dengan cepat juga menyerang mereka. Memelintir kepala salah seorang dari mereka dengan borgol di tangannya, sedangkan yang seorang lagi ditahan lehernya menggunakan kakinya.

"Ahhhh !" Dru mengaduh saat pria yang dipelintir kepalanya dengan sekuat tenaga menikam lengan Dru dengan tangannya yang bebas.

Dru menyerang mereka kembali setelah merebut pistol. Ia hanya melumpuhkan dengan menembak kaki mereka, tanpa membunuh. Lalu menghajar supir hingga pingsan. Dru segera keluar dari mobil.Tidak mungkin membawa mobil itu walau dia ingin. Akan cukup berbahaya karena akan mudah dilacak.Dru berlari sambil menahan perih di lengannya.

Sorot lampu mobil dari kejauhan membuatnya menepi. Tapi ia benar-benar terluka saat ini dan membutuhkan bantuan. Dengan menggunakan pistol milik penculik, dirinya menghadang mobil yang lewat.Mengetuk pintu mobil, saat kaca terbuka, wajah pemuda yang pernah ditolongnya muncul dari dalam mobil.

"Kamu?"Dru terlihat kaget.

"Kamu baik-baik saja ?" Tidak ada waktu menjawab, Dru dengan cepat masuk ke dalam mobil.

Pemuda itu, Kendra, sangat kebetulan sekali.Bagaimana mereka kembali ditakdirkan bertemu. Dru tidak habis berpikir sambil menahan sakit di lengannya.

Kendra terlihat khawatir melihat darah yang keluar dari lengan Dru.Dia sebenarnya melihat saat Dru dibawa masuk ke dalam mobil,karena kebetulan ia juga hendak pulang ke rumah. tapi Kendra tidak mengetahui pasti itu siapa.Hanya saja sosok Dru familiar dalam ingatannya, sehingga ia memerintahkan Bodyguard yang bersamanya, untuk mengikuti mobil itu. Kendra hanya mengikuti kata hatinya dan juga karena penasaran. Ternyata dugaannya benar. Sosok itu Dru, pemuda yang pernah menolongnya.

"Kita ke Rumah Sakit," ucap Kendra pada Dru yang menggeleng kuat.

"Jangan ke Rumah Sakit, bawa saja aku ke penginapan." Dru tidak mungkin memberitahukan pada Kendra di mana ia tinggal.

"Fin, kita ke apartemen," ucap Kendra pada Bodyguardnya yang mengangguk patuh.

Setelah tiba di basemant, Kendra meminta Bodyguard yang bernama Fin untuk tetap di mobil. Ia lalu memapah Dru menuju unit miliknya. Dru menepis tangan Kendra karena ia masih mampu berjalan sendiri.

Begitu tiba di unit milik Kendra. Laki-laki itu segera menelepon Dokter keluarga tanpa sepengetahuan Dru.

Tampak Dru tertidur di sofa, ia benar-benar lelah dan sakit sekarang.

Kendra menatapnya, dalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status