Seorang gadis cantik berdiri di depan cermin, rambut panjangnya tergerai dengan sedikit gelombang. Dandanan yang sempurna untuk wajahnya yang cantik. Menggunakan pakaian mewah dan berkelas,tidak lupa high hells melengkapi kesempurnaan penampilannya.
"Dru, panggil seorang pria yang mengenakan jas formal sambil tersenyum ke arahnya. Siapa yang menduga jika wanita cantik itu adalah Drupadi, bodyguard yang selama ini terlihat manly, menutupi sifat feminim yang dimilikinya. Wig yang digunakan mempertegas penampilan cantiknya."Aku sudah siap," ucap Drupadi yang malam ini harus berdandan feminim, untuk menyelidiki sesorang yang diklaim berkhianat pada organisasi."Jangan tersenyum mengejek begitu padaku Theo Jelek...!" Umpat Drupadi sambil meninju pelan lengan theo, rekan sesama bodyguard.Theo hanya tertawa pelan lalu mengangkat dua jempol."Cantik banget nona Drupadi, tapi jalannya juga harus anggun ya." Setelah memuji, Theo kembali menggoda Drupadi yang kali ini melotot kesal.Drupadi berjalan anggun dengan high heelsnya. Tidak sia-sia belajar menggunakan sepatu menyebalkan ini selama satu bulan bersama Nadine, kekasih Kai. Tentu saja alasan yang dikemukakan pada Nadine adalah ingin tampil feminim. Nadine dengan senang hati mengajarinya. Nadine juga menyewa model prefesional kenalannya untuk membantu Drupadi.Masuk dalam suasana pesta dengan menggunakan Priority pass Card yang diberikan Devan. Dru tidak datang sendiri, karena beberapa bodyguard dan sniper mengawasinya dari kejauhan.Ia menyapa tamu yang juga membalas sapaannya. Mengambil segelas wine, lalu berjalan santai untuk berkeliling.Senyum manis dan juga gaya anggunnya sangat sedap di pandang, walau sebenarnya ia risih ditatap demikian oleh beberapa pria yang disapanya. Tapi mau tidak mau, karena ia sedang dalam tugas.Saat suasana lengah, Dru dengan cepat naik ke lantai atas. Mengendap-endap menuju ruangan yang menjadi targetnya. Pintu tidak sepenuhnya terkunci, dengan cepat Dru masuk ke dalam setelah melepaskan High heelsnya.Tampak tiga orang pria di dalam ruangan, terkejut melihat kehadiran Dru. Masing-masing mengeluarkan pistol yang diarahkan padanya. Dru mengangkat tangan."Hmmm ... Sialan, ternyata benar, ada pengkhianat di dalam organisasi!" umpat Dru di dalam hati, saat melihat dari ketiga orang itu, salah satu adalah rekannya. Sedangkan dua orang lagi adalah musuh mereka, yang selalu ingin menguasai wilayah yang berada di bawah pengawasan Red Eagle."Hahaha ... siapa kamu gadis cantik ?kamu salah masuk kamar, tapi karena sudah datang, mari kita bermain," ucap salah seorang yang tidak dikenal oleh Dru dengan senyum mesum.Karena yang datang adalah gadis cantik, mereka segera meletakan pistol kembali."Hmm ... Dru tersenyum samar, lalu menatap kepada pria plontos yang merupakan pengkhianat dalam organisasi mereka.Si pria memperhatikan Dru dengan tatapan menyelidik.Saat menyadari siapa yang ada di hadapannya, ia kembali mengarahkan pistol mengancam Dru yang terlihat tanpa senjata."Hmm ... Sudah sadar ?" Tanya Dru dengan smirk. Begitu selesai Dru berucap, dua orang lagi juga ikut mengangkat senjatanya kembali."Kamu akan mati hari ini, jadi apa yang mau dilaporkan," ucap Pria plontos, si pengkhianat yang dimaksud oleh Dru."Kamu terlalu bodoh untuk bisa menembak kepalaku," balas Dru , lalu dengan gerak cepat melempar Shuriken miliknya, hingga ketiga orang tersebut terkapar dan menjerit kesakitan, dengan tangan terluka sebelum sempat menembak.Dru menggunakan sarung tangan,lalu mengambil pistol milik si plontos pengkhianat. Memberikan pistol itu kembali pada si plontos."Kamu yang akhiri atau aku yang mengakhiri !" ucap Dru dengan dingin pada pengkhianat di depannya.Gara-gara pengkhianatan si plontos ini juga, nyawa beberapa rekannya hampir saja hilang sia-sia. Dia membocorkan pergerakan Red Eagle pada salah satu musuh Ryuu, yang menginginkan wilayah untuk pengiriman senjata ilegal.Si plontos terlihat sangat ketakutan, ia sangat paham sekali maksud gadis di depannya. Gadis dengan aura dingin yang membuat siapapun enggan berada di dekatnya."Aku akan membayarmu berapapapun, asal tolong lepaskan aku," mohon si plontos dengan penuh ketakutan. Walau sangat tidak mungkin menggoyahkan hati gadis di depannya. Hukuman pengkhianat adalah mati. Saat ini si plontos hanya bisa mengutuk dirinya yang mudah terpengaruh uang yang lebih banyak, padahal Ryuu sudah menjamin hidup mereka dengan begitu baik.Dru menatap tajam ke arah si plontos, karena tidak kunjung meledakan pistol ke kepalanya sendiri, Dru yang tidak sabar, segera mengarahkan tangan si plontos yang memegang pistol.Dorrr!Suara pistol menyalak, disusul si plontos yang ambruk bersimbah darah."Ada apa ini !" Teriak seorang pria yang baru masuk ke dalam ruangan."Bunuh dia !" Ucap salah seorang pria yang terluka pada anak buahnya yang baru datang.Perkelahian tak bisa terelakan, Dru sedikit merobek gaun yang digunakan agar mudah bergerak.lalu menjadikan potongan gaun sebagai masker, menutupi mulut hingga hidungnya, Saat beberapa orang lagi datang, ia dengan cepat melancarkan pukulan pada si pria, dan menikam kaki si penyerang menggunakan kunai, lalu cepat kabur.Berlari dengan cepat untuk menghindari lawan. Saat berada di atas balkon, ia segera naik ke atas pembatas untuk melompat ke bawah."Hei ... berhenti !" Teriak seseorang lalu cepat menarik badan Dru sebelum melompat."Sial !" Umpat Dru kesal pada Pria yang pasti mengira dirinya akan bunuh diri. Sudah tidak ada waktu, karena para pengejar terlihat berlari ke balkon. Dru dengan cepat menarik si pemuda, lalu memeluknya dengan erat, serta menenggelamkan wajahnya pada cerukan leher si pemuda."Tolong aku,bersandiwaralah sebagai kekasihku," bisik Dru pada si pemuda yang segera melepas jasnya, lalu memakaikan pada Dru, dan juga membalas memeluk Dru erat.Para pengejar hanya melihat sepasang kekasih yang sepertinya sedang dimabuk cinta.Mereka segera pergi, karena merasa yang dikejar telah pergi.Dru segera melepaskan pelukannya begitu merasa suasana aman. Jantungnya sedikit berdebar, baru sekali ini dirinya dipeluk demikian erat oleh seorang pemuda."Terimakasih, ucap Dru pada si pemuda. Tapi kedua netra Dru segera membola mengetahui siapa yang sudah menolongnya. Pemuda itu adalah Kendra, pemuda yang pernah ditolongnya. Mereka impas sekarang. Tapi Kendra tentu saja tidak bisa mengenalinya yang masih memakai masker dari potongan gaunnya."Terimakasih," ucap Dru lalu dengan cepat melompat ke atas pembatas untuk segera melompat dan kabur.Tapi lagi-lagi Kendra dengan cepat menangkap tangannya, hingga Dru bergelantungan sambil memegang tangan Kendra."Jangan bunuh diri, ceritakan masalahmu,aku akan membantu," ucap Kendra terlihat khawatir pada gadis yang berusaha ditolongnya. Dru ingin sekali tertawa, tapi di tahannya.Di tatapnya dalam manik mata Kendra."Lepaskan aku, tidak akan terjadi apapun, aku tidak akan mati. Aku hanya sedang kabur. Percayalah padaku," ucap Dru meyakinkan Kendra yang menggeleng.Akhirnya Dru mengambil Kunai, sedikit melukai tangan Kendra yang refleks melepaskan pegangannya. Membuat tubuh Dru melesat ke bawah."Maafkan aku," gumam Dru saat sudah mendarat di bawah sambil melihat ke atas.Kendra yang berdiri di atas balkon, memegang tangannya yang berdarah sambil melihat ke bawah, memastikan wanita yang ditolongnya baik-baik saja. Saat melihat wanita dengan gaun robek itu terlihat baik-baik saja dan berlari menembus pekat malam, Kendra tersenyum senang.Masih diingatnya wangi parfum si wanita. Wangi lembut dan manis yang mendebarkan.“Wanita misterius, aku berharap bisa bertemu dengannya lagi,” gumam Kendra lalu segera melangkah pergi.Apa Kendra dan Drupadi bisa berjumpa lagi ??Beberapa orang duduk mengelilingi meja, menanti pimpinan mereka. Tampak pintu dibuka, sosok dengan topeng goblin itu memasuki ruangan dengan gayanya yang tenang. Berjalan di belakangnya dua bodyguard dan seorang bodyguard lagi dengan pakaian yang berbeda. "Ryuu ...," Gumam salah satu orang yang hadir disitu dengan tatapan takut.Ryuu duduk dengan santai, lalu menyilangkan kaki. Menatap semua yang duduk dari balik topeng yang dikenakannya. "Aku menjaga kalian agar hidup layak, tapi masih saja pengkhianat berkeliaran di sekelilingku. Sudah aku katakan, tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat!" Laki-laki yang dipanggil Ryuu itu berbicara dengan tenang, tapi penuh penegasan. Suasana terasa sangat dingin sekali. Ryuu tentu saja kesal karena gara-gara si plontos yang sudah dibahabisi oleh Dru, dia hampir saja kehilangan beberapa anak buahnya. Beruntung mereka cepat menyadari sehingga bisa memanilupasi keadaan, walau salah satu anak buahnya terluka parah.Ryuu mengangkat jarinya. Dru de
"Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya."Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru. Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama."Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya."Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokt
Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar."Bos," panggil Fin pelan."Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik."Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra."Bos, jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal."Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara men
Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan teka
Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo
Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat
Drupadi menemui Ryuu, sudah saatnya mereka mengambil alih penuh black wolf yang semula dipimpin Daniel, Daddy dari Kai. Jadi organisasi itu benar-benar akan berada dalam kendali Red Eagle. Drama kematian Kai sudah disusun demikian rapi sehingga tidak ada yang akan mengetahuinya, kecuali Alma, Mommy dari Kai, serta Ryuu dan beberapa orang kepercayaannya.(Cerita Kai, bisa dibaca di Platform ungu, dengan judul Find Me,Love)Kai sendiri juga tidak mengetahui pasti drama yang sudah disusun. Ia hanya mengetahui sebagian, tanpa tahu sisanya.Malam hari, rencana berubah, karena pihak musuh menahan Daniel diluar perkiraan Ryuu.Dru belum bisa menemui Kendra karena penangkapan Daniel, pemimpin Black Wolf, membuat Kai harus membebaskan Daddy nya tersebut.Maka, Dru harus memastikan Kai selamat dalam sandiwara tersebut. Pistol yang digunakan oleh tangan kanan Dario untuk menembak Kai, sudah diganti dengan peluru bius oleh salah satu anak buah Ryuu yang menyusup.Drama yang sempurna, karena kelu
Bahu Kendra bergetar hebat, menumpahkan semua tangisnya. Walau belum dibuktikan dengan tes DNA, tapi melihat dari foto milik Drupadi , dan juga tanda lahir di bawah ketiak, tentu saja itu sangat mengarah pada keponakan laki-lakinya yang menghilang empat tahun lalu. Keponakan yang dianggap hilang, sehingga membuat Kakak perempuannya seperti mayat hidup karena depresi tiap kali mengingat putranya itu. Drupadi duduk di samping Kendra setelah menemani Lexy makan dan menitipkan Lexy sebentar pada ibu panti. Kepala Drupadi masih pusing, tapi masih bisa ia tahan sebentar."Aku menemukannya saat lari dari kejaran musuh. Saat itu aku terluka parah dan bersembunyi diantara batu besar, di sungai. Tubuh Lexy terbaring tidak jauh dariku bersembunyi. Dia sangat lemah sekali kala itu, dengan luka benturan di beberapa bagian tubuhnya. Tapi anak tampan itu sangat kuat sekali. Dan aku sangat menyayanginya." Kali ini Drupadi juga menangis. Ia tidak bisa membayangkan jika Lexy adalah Yuki, maka secara o