Sementara itu, tampak Dru yang telah tiba di sebuah rumah. Memarkir motor dan memasuki rumah milik Kai, bos yang selama ini dikawalnya. Kai adalah sepupu dari Devan atau Ryuu.
"Kamu kenapa ?" Tanya Kai dengan kening berkerut saat melihat tangan dan juga lengan Dru yang terluka. Kai terlihat khawatir. Walau bukan sekali ini saja dirinya melihat Dru terluka seperti ini.Dru tidak menjawab, hanya segera duduk. kai segera mengambil kotak p3k. Membantu Dru mengobati lukanya. Setelah selesai seadanya, ia lalu mengantar Dru ke rumah Dokter Adrian, adik dari Devan atau Ryuu.Dru bungkam saat Dokter Adrian menginterogasinya tentang luka di tangan dan juga di lengannya.Freya, Istri dari Dokter Adrian, hanya menghela nafas melihat Dru. Gadis manis yang terlihat seperti laki-laki itu tampak sangat tenang dengan keadaannya. Tidak ada teriakan kesakitan yang keluar dari bibirnya saat Adrian mengobatinya."Aku tadi menolong seorang pemuda yang diserang," ucap Dru pelan setelah Dokter Adrian selesai mengobatinya.Kai menganggukan kepala, biasanya Dru paling malas ikut campur urusan yang bukan tugasnya. Apalagi itu terkait perkelahian, yang bisa saja akan berbuntut panjang."Biasanya kamu malas ikut campur, atau kamu mengenal orang itu ?" Tanya Kai dengan kening berkerut."Sepertinya mereka pembunuh bayaran yang ditugaskan menculik si pemuda yang aku tolong tadi," jawab Dru tenang yang dibalas anggukan Kai dan juga Adrian."Terimakasih," ucap Dru pada Adrian dan Freya saat berpamitan pulang. Adrian dan Freya membalasnya dengan senyum dan sebuah pelukan hangat dari Freya.Gadis maskulin itu bahagia walau terluka. Masih ada yang sayang padanya, walau dirinya sendiri tidak mengenal siapa keluarga aslinya."Dua hari lagi, aku akan ikut pada jamuan makan yang akan kamu datangi," ucap Dru saat di dalam mobil."Tidak usah, aku bisa menjaga diriku. Kamu istirahatlah yang banyak," balas Kai yang dibalas gelengan Dru."Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil, besok juga sudah sembuh," ucap Dru lagi masih bersikeras. Kai hanya diam saja, berdebat dengan Dru tidak akan pernah menang jika menyangkut tugas."Hmm gadis keras kepala," gumam Kai yang ditanggapi cengiran Drupadi.********Hari berganti, tampak Kai telah rapi dengan jas formalnya. Demikian juga dengan Dru,yang mengenakan jas formal, terlihat tampan. Ia tidak terlihat seperti seorang gadis dalam kodratnya.Dru mengemudi dalam diam, demikian juga Kai yang asyik dengan ponselnya."Dru ...." Kai memanggil Dru yang mendapat anggukan kepala."Nanti jangan berdiri jauh dariku, duduk saja di dekatku. Aku tidak nyaman diawasi dari kejauhan. Kalau tidak mau, lebih baik tidak usah mengikutiku," ucap Kai yang mendapat senyum tipis dari Dru. Bos nya ini selalu saja begitu, padahal dirinya lebih nyaman mengawasi dari jauh.Setelah memarkir mobil pada tempat yang sudah disediakan, Dru mengikuti Kai memasuki gedung yang akan menjadi tempat makan malam. Tampak Devan juga hadir. Kai melangkah ke arah Devan, lalu duduk di samping sepupunya itu. Dru tampak kikuk karena Kai memintanya untuk duduk. Tentu saja dia merasa canggung jika harus duduk, dalam keadaan bertugas. Apalagi ada Devan, pria dingin yang merupakan bos utama, pimpinan Red Eagle dengan nama samaran Ryuu."Duduk saja dan jangan kaku begitu," ucap Devan lalu tersenyum manis pada Dru yang mengangguk sambil tersenyum.Kedua netra Dru tampak berkeliling meneliti ruangan yang di tata demikian bagus. Tapi tatapannya berhenti pada seseorang yang terus menatapnya tanpa berkedip.Berdiri disana, pemuda yang dua hari lalu ditolongnya. Masih terdapat bekas luka pada bibir bawah si pemuda. Tapi wajah babak belurnya sudah hilang, berganti wajah tampan yang lebih pada cantik. Indah tanpa celah, hanya luka itu saja yang membuatnya sedikit ternoda.Dru segera berpaling, tidak nyaman di tatap begitu tajam. Ingin rasanya dia menghampiri si pemuda, lalu menghajarnya hingga babak belur."Aish ... sial, kenapa dia terus menatapku, aku akan buat perhitungan dengannya nanti," gumam Dru pelan yang masih dapat di dengarkan oleh Kai."Kamu marah sama siapa ? Mau menghajar siapa lagi ?" Tanya Kai yang mendapat senyum cengengesan dari Dru.Selesai acara makan malam dan pembahasan beberapa hal. Tampak Devan berjalan ke arah laki-laki yang berdiri bersama pemuda yang di tolong oleh Dru. Karena Kai mengikuti Devan, tentu saja Dru juga mengekor dari belakang."Halo tuan Tanaka," sapa Devan pada laki-laki paruh baya yang masih tampak gagah dengan senyum yang manis. Laki-laki itu menyambut uluran tangan Devan dan juga Kai.Dru melirik pemuda yang berdiri di samping tuan Tanaka, yang masih juga menatap padanya."Papa ... pemuda ini yang sudah menolongku dua hari yang lalu," ucap si pemuda yang berada di samping tuan Tanaka. Tentu saja Kai dan Devan kaget. Kai mengaitkan dengan keadaan Dru dua hari lalu."Terimakasih banyak," ucap tuan Tanaka tulus sambil membungkukkan badannya tanda penghormatan. Dru membalas membungkuk sebagai sopan santun."Oya kenalkan, ini Kendra, putra bungsuku, ia baru kembali dari luar negeri satu bulan yang lalu," ucap tuan Tanaka memperkenalkan si pemuda pada Kai dan juga Devan.Si pemuda segera menyalami dua pria yang diperkenalkan oleh Papanya dengan penuh hormat.Setelah berbasa-basi Devan segera berpamitan diikuti Kai dan juga Dru yang berjalan di belakang Kai. Dari gerakan Dru, tuan Tanaka sudah dapat menebak jika pemuda yang bersama dua orang yang dihormatinya itu adalah seorang bodyguard."Aku menginginkan bodyguard seperti itu," ucap Kendra menatap punggung Dru yang menjauh."Apakah Papa bisa usahakan ?" Tanya Kendra lagi pada sang Papa yang menggeleng dan mengangkat bahu."Jika itu adalah orang kepercayaan Devan atau Kai, maka akan sulit mendapatkannya. Mereka dilatih dengan kesetiaan yang tiada duanya." Setelah mengucapkan hal itu, tuan Tanaka segera meninggalkan putra kesayangannya itu, untuk menyapa beberapa koleganya.Persaingan bisnis mengharuskan memiliki bodyguard untuk berjaga-jaga akan keselamatan.***Kendra sedang bersantai di bar bersama teman-temannya, saat kedua netranya tidak sengaja melihat pemuda yang pernah menolongnya. Ia segera berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah si pemuda sambil membawa minumannya.Kendra duduk di kursi yang kosong di samping kursi Dru."Kita bertemu lagi," ucap Kendra pada Dru yang hanya memutar kepalanya untuk melihat siapa yang menyapanya, lalu kembali pada posisi semula dengan gaya cuek.Dru menyesap wine yang ada di tangannya tanpa mempedulikan Kendra yang masih duduk di sampingnya."Aku ingin berterimakasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku waktu itu. Aku orang yang tidak bisa hidup dengan memiliki hutang budi pada seseorang. Berapa uang yang kamu minta, maka akan aku berikan," ucap Kendra masih menatap ke arah Dru."Cukup jangan ganggu aku, anggap saja kita tidak pernah bertemu. Itu caramu berterimakasih padaku dan caramu membayarku. Aku menolongmu bukan karena aku ingin, tapi keadaan yang mendesak." Dru meneguk habis wine nya, lalu segera meninggalkan meja bartender. Berjalan pergi tanpa mempedulikan Kendra yang kesal di buatnya. Baru kali ini melihat orang yang demikian keras kepala dan menolak sesuatu hal tentang uang. Kendra makin penasaran pada sosok pemuda tersebut."Kenapa dia terlihat cantik," batin Kendra menggelengkan kepalanya, tidak paham pada dirinya.Seorang gadis cantik berdiri di depan cermin, rambut panjangnya tergerai dengan sedikit gelombang. Dandanan yang sempurna untuk wajahnya yang cantik. Menggunakan pakaian mewah dan berkelas,tidak lupa high hells melengkapi kesempurnaan penampilannya."Dru, panggil seorang pria yang mengenakan jas formal sambil tersenyum ke arahnya. Siapa yang menduga jika wanita cantik itu adalah Drupadi, bodyguard yang selama ini terlihat manly, menutupi sifat feminim yang dimilikinya. Wig yang digunakan mempertegas penampilan cantiknya."Aku sudah siap," ucap Drupadi yang malam ini harus berdandan feminim, untuk menyelidiki sesorang yang diklaim berkhianat pada organisasi."Jangan tersenyum mengejek begitu padaku Theo Jelek...!" Umpat Drupadi sambil meninju pelan lengan theo, rekan sesama bodyguard.Theo hanya tertawa pelan lalu mengangkat dua jempol."Cantik banget nona Drupadi, tapi jalannya juga harus anggun ya." Setelah memuji, Theo kembali menggoda Drupadi yang kali ini melotot kesal.Drupadi
Beberapa orang duduk mengelilingi meja, menanti pimpinan mereka. Tampak pintu dibuka, sosok dengan topeng goblin itu memasuki ruangan dengan gayanya yang tenang. Berjalan di belakangnya dua bodyguard dan seorang bodyguard lagi dengan pakaian yang berbeda. "Ryuu ...," Gumam salah satu orang yang hadir disitu dengan tatapan takut.Ryuu duduk dengan santai, lalu menyilangkan kaki. Menatap semua yang duduk dari balik topeng yang dikenakannya. "Aku menjaga kalian agar hidup layak, tapi masih saja pengkhianat berkeliaran di sekelilingku. Sudah aku katakan, tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat!" Laki-laki yang dipanggil Ryuu itu berbicara dengan tenang, tapi penuh penegasan. Suasana terasa sangat dingin sekali. Ryuu tentu saja kesal karena gara-gara si plontos yang sudah dibahabisi oleh Dru, dia hampir saja kehilangan beberapa anak buahnya. Beruntung mereka cepat menyadari sehingga bisa memanilupasi keadaan, walau salah satu anak buahnya terluka parah.Ryuu mengangkat jarinya. Dru de
"Ahhh ...!" Dru mengaduh pelan saat merasakan seseorang memegang lengannya. Ia membuka mata, mengumpulkan nyawa, menatap sekeliling. Mengingat kembali dimana dirinya berada saat ini.Kedua netranya berhenti saat melihat siapa yang saat ini berada di dalam kamar. Tampak Kendra dan seorang wanita cantik yang tersenyum manis padanya."Dokter akan mengobatimu," ucap Kendra yang dibalas anggukan Dru. Gadis androgini itu segera beringsut dari posisi berbaring dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sambil meringis menahan sakit.Dru melepas jaket yang dipakainya. Jaket miliknya koyak akibat tikaman yang cukup kuat. saat Dokter memintanya melepas kaos, ia hanya terdiam cukup lama."Biar aku bantu membukanya," ucap Kendra, hendak maju karena melihat Dru hanya diam saja. Tapi Dru dengan cepat mengarahkan tangannya ke depan, meminta Kendra untuk tidak mendekat dan membantunya."Yang terluka lenganku, bukan dadaku, jadi aku tidak perlu membuka baju," ucap Dru sambil menatap pada Dokt
Malam yang pekat, Kendra sedang duduk termenung menatap keluar jendela kamar."Bos," panggil Fin pelan."Hmm ...." Kendra sedang tidak dalam kondisi mood yang baik."Identitasnya sangat dirahasiakan, orang suruhanku tidak bisa melacaknya. Hanya saja, dia sering mengunjungi panti asuhan, dimana anak- anak dirawat." Kendra berbalik menatap ke arah Fin.“Aku membutuhkan informasi lengkap, bukan setengah-setengah !” Kendra terlihat dingin saat ini.Kendra selalu mendapatkan apa yang diinginkan.“Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mengumpulkan informasi.” Fin berusaha menenangkan Kendra."Bos, jadi melihat pertarungan liar hari ini ?" Tanya Fin mengalihkan rasa kesal Kendra. Bos mudanya itu beberapa waktu lalu ingin pergi melihat para petarung jalanan ilegal."Tentu saja, apa kita bisa pergi hari ini ?" Tanya Kendra mulai bersemangat, yang dibalas anggukan Fin.Sementara itu, di sebuah ruangan besar yang penuh kepulan asap rokok. Dru ikut dalam pertarungan liar. Salah satu cara men
Dru berjalan menuju parkiran untuk mengambil beberapa keperluannya di rumah.Seorang pengasuh dari panti asuhan datang untuk menjaga Lexy. Setelah sadar dan melihat Dru, anak itu mulai tenang dan kembali ceria seperti sedia kala.Wajah Dru terlihat lelah karena kurang tidur beberapa hari ini. Ditambah setelah bertarung menguras tenaga, ia belum beristirahat sama sekali.Sudut bibirnya juga masih terlihat biru akibat pukulan yang di dapatkn saat bertarung."Hmmm ... kita berjumpa lagi." Suara seseorang membuat Dru membalikan badan dan memicingkan kedua netranya."Kamu ...," Ucap Dru urung menaiki kuda besinya."Seharian ini kita bertemu tiga kali," ucap Kendra sambil bersandar pada tiang dan melipat tangannya. Dru mengerutkan keningnya, seingatnya, ia baru bertemu pemuda di hadapannya ini dua kali.Kendra melihat kebingungan yang ditunjukan oleh Dru."Aku melihatmu bertarung pada pertarungan ilegal," ucap Kendra yang sontak membuat Dru kaget."Kamu mengikutiku ?" Dru bertanya dengan teka
Pagi kembali menyapa, Lexy sudah makan pagi dan terlihat senang melihat Drupadi bersamanya. "Kakak,jangan pergi lagi. Lexy sedih enggak lihat kakak." Bocah tampan itu memeluk Dru penuh sayang, takut Dru pergi lagi. Walau dia paham jika kakaknya bekerja untuk mendapatkan uang demi dirinya, tapi semakin besar, Lexy tidak ingin berjauhan dari Drupadi."Kakak akan disini sama kamu, kakak janji." Dru mengucapkan janji yang ia sendiri tidak yakin dapat menepatinya. Drupadi mengerti, Lexy sudah makin besar, tentu saja ia ingin selalu bersama dirinya. Anak itu butuh kasih sayang daringa, bukan dari para pengasuh di panti. Apalagi ia sempat meninggalkan Lexy cukup lama saat berada di luar negeri."Beneran janji ya, kali ini ? kakak sudah sering bohong sama Lexy," ucap bocah tampan itu dengan mata berkaca-kaca. Drupadi juga ikut sedih karenanya."Kakak akan usahakan yang terbaik untuk adik kakak yang paling tampan ini," jawab Drupadi lalu memeluk Lexy erat."Kak, Lexy mau jalan-jalan boleh ? bo
Malam ini, Drupadi menemani Kai menghadiri jamuan makan malam di kediaman keluarga Tanaka. Tampak bangunan yang megah, Dru teringat saat ia mengantarkan pemuda yang pernah di ditolongnya ke rumah ini, beberapa waktu lalu. Apakah ia akan berjumpa lagi dengan pemuda menyebalkan tersebut ? yang selalu saja muncul akhir-akhir ini, dan itu sangat menganggunya. Walau tidak bisa dipungkiri jika pemuda itu sudah menolongnya dua kali.Drupadi sangat berterimakasih, tapi tetap saja, kehadiran si pemuda mengusik ketenangan hidupnya. Tampak Kai menyapa beberapa kenalannya yang juga hadir pada acara jamuan makan malam tersebut. Sedangkan Dru berdiri sedikit menjauh dari Kai, tapi tetap fokus mengawasi dengan raut wajah dingin sepertia biasa.beberapa kali, wanita yang hilir mudik menyapanya, tapi Dru malas menanggapi. Andai mereka tahu, jika dirinya juga sebangsa mereka, pasti para wanita itu akan segera menghindar.Kendra tampak bersandar, memegang wine dan menatap tajam ke arah Dru yang dilihat
Drupadi menemui Ryuu, sudah saatnya mereka mengambil alih penuh black wolf yang semula dipimpin Daniel, Daddy dari Kai. Jadi organisasi itu benar-benar akan berada dalam kendali Red Eagle. Drama kematian Kai sudah disusun demikian rapi sehingga tidak ada yang akan mengetahuinya, kecuali Alma, Mommy dari Kai, serta Ryuu dan beberapa orang kepercayaannya.(Cerita Kai, bisa dibaca di Platform ungu, dengan judul Find Me,Love)Kai sendiri juga tidak mengetahui pasti drama yang sudah disusun. Ia hanya mengetahui sebagian, tanpa tahu sisanya.Malam hari, rencana berubah, karena pihak musuh menahan Daniel diluar perkiraan Ryuu.Dru belum bisa menemui Kendra karena penangkapan Daniel, pemimpin Black Wolf, membuat Kai harus membebaskan Daddy nya tersebut.Maka, Dru harus memastikan Kai selamat dalam sandiwara tersebut. Pistol yang digunakan oleh tangan kanan Dario untuk menembak Kai, sudah diganti dengan peluru bius oleh salah satu anak buah Ryuu yang menyusup.Drama yang sempurna, karena kelu