PRIA TAK PEKASontak rasa bahagia yang ditunjukkan oleh Dokter Christy itu mengundang rasa penasaran Daren dan juga Danisa. Sejak tadi, sang dokter terus fokus menatap pada layar hitam yang ada di hadapannya. Sebelumnya, dia merasakan sebuah kejanggalan yang terjadi di dalam rahim Danisa. Dia yang terlalu fokus atas pemeriksaan yang sedang dilakukannya itu, bahkan sama sekali tidak memberikan keterangan apapun seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya terhadap pasiennya tersebut.Rasa tak percaya yang terjadi pada dirinya, kala mendapati sesuatu yang berbeda pada layar monitor atas USG yang dilakukan olehnya.Rasa penasarannya itu semakin jelas terbukti kalau mendapati adanya dua kantong janin dan bulatan kecil yang ada di dalam rahim Danisa. Tentu, baginya itu adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan. Karena memang sebelumnya, mereka sama sekali tidak pernah merencanakan program bayi kembar pada program bayi tabung yang dilakukan oleh Daren dan juga Danisa. “Apa yang terjadi,
Telak. Satu kata yang berhasil membuat Daren bungkam tak lagi mampu berkata. Dia bingung harus berbuat apa atas kalimat yang dikatakan oleh Dokter Christy kepada dirinya tersebut. Danisa memahami kecanggungan yang terjadi pada pria kaku yang menjadi suaminya. Tentu saja, Danisa pun tidak ingin berada di situasi yang menyulitkan dirinya juga. Dia dan Daren yang terpaku dengan tatapan saling tak nyaman dengan kata sang dokter itu pun berdehem pelan. Danisa harus bisa mencairkan suasana canggung yang terjadi antara dia dan juga suaminya. “Dok. Jangan seperti itu. Daren tidak mungkin melakukan itu di tempat umum.” Kalimat Danisa memecah keheningan yang terjadi di ruang pemeriksaan Danisa. Doktor Christy menghela nafas, beralih menatap Danisa kemudian kembali berkata pada pasiennya yang sudah sangat tahu bagaimana pria itu. Sedang Danisa mengulas senyum kakunya pada sang dokter. Lewat senyum yang dilakukannya, Danisa memberitahukan jika dia tidak apa-apa. “Kalian ini.” Dokter
KABAR BAHAGIA RIANADanisa tentu saja merasa bingung, atas penolakan yang baru saja dari lakukan untuk keinginannya yang akan memberitahukan kepada Mama mertuanya tentang kabar kehamilan dirinya itu.Kerutan pada kening wanita itu semakin jelas terlihat. Sedangkan pria yang menolak itu masih mampu bersikap tenang. “Kau ini kenapa? Mengapa aku tak boleh memberitahu kabar bahagia ini? Bukankah kabar ini yang sedang ditunggu-tunggu oleh Mama Riana?” Tanya Danisa lagi masih dengan kebingungan yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.Entah apa, yang ada dalam pikiran pria kaku yang menjadi suaminya ini. Bahkan sudah jelas jika pernikahan yang terjadi antara dirinya dengannya itu semata-mata untuk memberikan keturunan kepada wanita yang selalu menuntut untuk meminta cucu dari Putra kesayangannya.Keduanya masih menyusuri koridor rumah sakit. Danisa yang dalam kebingungannya, sedangkan Darren mengabaikan wanitanya yang menatap bingung kepadanya.“Jujur saja. Aku semakin bingung dengan car
BERBAGI KEBAHAGIAAN Riana yang mendengar kabar dari sang putra itu sempat terdiam sejenak. Hingga akhirnya, dia mengalihkan tatapan pada dua orang yang masih berada tepat di hadapannya. Buliran bening di balik kelopak matanya itu mulai menggenang. Sungguh, sama sekali dia tidak pernah menyangka jika Tuhan akan mengabulkan setiap mimpi yang ia harapkan itu tercapai dengan begitu cepatnya. “Apa kau bilang? Mama akan punya cucu?” Tanya Riana lagi, masih dengan tatapan tak percayanya pada sang putra. Kemudian, dia mengalihkan tatapannya pada Danisa yang sejak tadi hanya diam tanpa sepatah kata. Wanita yang menjadi menantunya itu, hanya mengulas senyum tipis dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Seperti yang Daren minta, dia tidak boleh bicara apa pun. Karena, Daren sendiri lah yang berhak menyampaikan kabar bahagia itu kepada sang mama tercintanya. Daren menarik kedua ujung bibirnya, menatap teduh pada wanita yang begitu berjasa dalam hidupnya. Dan dia pun memberikan angguka
TAK TERIMA DISAMAKANSuasana di rumah utama menjadi semakin ramai, saat Riana memberi pengumuman Jika dia akan memiliki cucu. Tidak tanggung-tanggung bukan hanya satu cucu yang akan dimilikinya. Melainkan sekaligus dua yang saat ini Danisa kandung.Bahagia pasti, Mungkin anggapan sebagian orang atas kebahagiaan yang Riana rasakan saat ini terlalu berlebihan. Tidak bagi Riana, karena memang ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu.Dengan Daren- putranya, memiliki keturunan dari hasil pernikahannya Itu adalah sebuah pembuktian besar baginya. Dengan begitu Riana akan bisa membungkam mulut-mulut teman sosialitanya itu yang selalu bersikap julit kepadanya. Tentu saja, sebentar lagi pun dia akan memamerkan cucu kepada mereka.Bukan hanya Riana yang antusias menunjukkan rasa bahagianya atas kabar yang disampaikan oleh Putra kesayangannya itu kepadanya. Melainkan, seluruh pelayan yang ada di rumah utama itu pun tak kalah hebohnya. Bagaimana tidak? Selain kabar bahagia yang disampaikan oleh Ny
TUNTUTAN BERHENTI KERJABukan hanya Daren yang penasaran dengan orang yang diceritakan oleh Riana-mamanya. Danisa yang sejak tadi menjadi pendengar yang baik dari dua orang yang saat ini menjadi bagian dari hidupnya itu pun dibuat penasaran. Dia merasa tertarik, ingin juga belajar untuk membuat kue-kue enak yang selalu disuguhkan oleh Mama mertuanya itu saat dia datang. Siapa tahu, Danisa bisa belajar untuk membuat kue bersama dengan mama mertuanya.Seandainya, dia harus membayar. Toh, uang yang Daren berikan untuknya cukup banyak. Dia yakin, sama sekali tidak akan membuat pria kulkas kaya raya yang menjadi suaminya itu akan menjadi rugi. Terlebih dia semakin yakin, jika hasil belajar membuat kue yang akan Danisa bikin nanti bisa Daren nikmati juga. “Wah, itu sangat menarik, Ma. Lain kali, Danisa harus ikut belajar buat. Dengan begitu, Danisa bisa selalu membuat cemilan yang enak untuk suami Danisa.”Danisa menyela percakapan antara ibu dan anak tersebut. Menunjukkan antusiasmenya
RASA INGIN TAHU DANISA Daren yang sejak tadi diam tentu saja mendengar perbincangan yang terjadi antara sang mama dan istrinya. Memilih tidak menanggapi, karena dia sedang melakukan pengecekan pada email yang masuk ke dalam ponselnya yang dikirimkan oleh sang asisten untuknya. Saat Danisa bertanya, dia mengalihkan perhatiannya dari benda pipih itu pada sang istri. “Hm. Tentu saja yang Danisa bilang itu benar,” kata Daren, memperjelas setiap kalimat yang Danisa sampaikan pada sang mama. Kesungguhan yang baru saja Daren berikan, tentu saja semakin membuat senyum pada kedua ujung bibir Riana semakin merekah. Wanita yang sudah melahirkan dan mempertahankan Darren itu semakin dibuat bangga oleh tindakan yang dilakukan oleh Putra semata wayang yang menjadi tumbuhan hidupnya selama ini. “Mama semakin bangga denganmu, Sayang. Melihat bentuk perhatianmu kepada istrimu semakin membuat mama bahagia. Karena mama semakin yakin, jika putra mama akan menjadi pria dan suami yang bertanggung j
Selain menatap datar ke arah Danisa, pria kaku itu menautkan kedua alisnya.“Kenapa?” Tanya Daren dengan nada datarnya.Danisa terdiam, dia mengulas senyum kakunya atas pertanyaan yang sudah Ia berikan kepada Deren - suaminya. “Hm. Tidak, Aku hanya ingin tahu saja. Sebab tadi saat aku keluar dari toilet, Aku sudah tak mendapati dirimu di kamar. Jadi aku pikir kau kembali ke kantor,” kata Danisa berterus terang. Tidak ada satupun yang ditutupi atas rasa ingin tahu yang mengganjal dalam benaknya sejak tadi dia keluar dari kamar dan tidak mendapati pemilik kamar yang sudah ia gunakan untuk beristirahat siang ini.“Tidak. Aku pergi ke ruang kerja. Ada beberapa email masuk yang harus aku periksa langsung. Dan Leo akan mengantarkan berkasnya nanti,” terang Daren pada sang istri. Danisa mengangguk canggung, “Baiklah. Kalau gitu aku akan membersihkan diri dulu,” katanya, dia pun segera berlalu menuju ke pintu penghubung toilet yang ada di kamar tersebut. Meninggalkan Daren yang masih menat